Jumat yang Indah: Novel Tebal dari Sederet.com

Jumat selalu merupakan hari yang menyenangkan bagi saya. Entah mendung atau panas, saya sangat menyukainya. Kalau kebetulan panas, panasnya terasa sejuk; dan ketika suasana sedang mendung pun, redupnya mengandung kehangatan (Walah, mau cerita apaan sih? Nggak to the point ajah:) Ya, intinya Jumat adalah momen yang indah, apalagi hari keenam ini merupakan hari di mana saya konon dilahirkan (siapa juga yang peduli, hehe…).

Well, sebagaimana Jumat-Jumat yang lain, Jumat 23 Desember 2011 kemarin begitu mengesankan. Hari itu kami berencana akan mengunjungi salah seorang teman yang tinggal agak jauh dari rumah kami. Ya memang jauh untuk ukuran jarak yang harus ditempuh dengan sepeda motor. Setelah kami semua rapi, kami pun berangkat. Saya sudah berniat akan melaksanakan shalat Jumat di jalan (maksud saya di sebuah masjid sembari menempuh perjalanan. 🙂 Karena saya harus mampir ke TIKI, maka motor otomatis saya arahkan ke Jalan Pengadilan, Bogor. Kantor TIKI terletak tidak jauh dari Sekolah Regina Pacis (RP).

Sesampainya di kantor TIKI, waktu sudah menunjukkan hampir pukul 12. Wah, harus bergegas neh!! Setelah memarkir motor, saya segera melesat ke dalam dan menyodorkan secarik kertas kepada seorang petugas yang tengah duduk dengan wajah tak bersemangat (apakah karena melihat kedatangan saya? Oh, sangat mungkin iya….). Ngomong-ngomong, kertas apakah yang saya angsurkan kepada mbak petugas TIKI tersebut? Tentu saja bukan cek dari Google yang hendak saya cairkan. Karena blog saya pernah ditolak oleh Google Adsense, dan setahu saya TIKI juga tidak melayani jasa pencairan cek dari Search Engine ini.

Baiklah saya bocorkan saja (siapa juga yang penasaran….). Lembaran yang saya serahkan kepada petugas TIKI tersebut adalah surat panggilan mengambil paket. Ya, hari Kamis yakni sehari sebelumnya seorang kurir telah datang ke rumah untuk mengirimkan paket. Namun saat itu kami sekeluarga sedang tak ada di rumah. Saat kami sampai di rumah pada Kamis menjelang Maghrib, terlihat oleh kami seonggok kertas itu (yang sudah lusuh akibat diuwel-uwel) di teras kami. Maka Jumat kami meluncur ke kantor TIKI untuk mengambil paket berisi sebuah buku.

Apa??!! BUKU? Paket berisi buku aja ceritanya sok dramatis. Cuma satu buku lagi! (nyesel dah udah baca sejauh ini:() Eits, tunggu dulu sobat! Ini buku istimewa loh, karena saya mendapatkannya dengan cara yang juga istimewa. Buku ini adalah hadiah untuk review yang saya buat dalam rangka menyambut tampilan sederet.com yang kini hadir lebih segar dan menawan. What? Kagak tau apa itu sederet? Browsing aja. Karena sederet memilih review tersebut sebagai pemenang pertama dalam kompetisi blog yang mereka adakan Desember ini, maka saya diganjar dengan sebuah novel tebal karangan penulis muda berbakat Stephenie Meyer. Sementara ini saya baru bisa memberikan deskripsi ‘tebal’ untuk karya fiksi berjudul Breaking Dawn ini, sebab saya belum sempat baca isinya.

Singkat cerita, sesampai di rumah teman tersebut saya langsung mengambil gambar bingkisan paket yang lumayan besar sebagaimana terlihat dalam foto ini (terlihat ga sih gedenya?). Jujur saja saya baru tahu bahwa sederet.com ternyata berkantor di Rasuna Said Jakarta. (Lha memang kenapa kalo kantornya di sana?–Ya ga apa-apa sih. Cuman emang baru tau aja, xixi…) Saat unpacking, yang bersemangat justru istri saya. Dia memang senang sekali sama buku, apalagi yang gratisan, hehe! Bungkusannya cukup rapi dan begitu LIAT! Paket dibalut begitu kokoh dengan jalinan selotip yang saling menyambung. Jadilah proses penggalian ‘harta karun’ ini tak mungkin dilakukan tanpa bantuan sebuah gunting!

Setelah kemasan paket sempurna terbuka, saya mendapati sepucuk senjata surat pengantar terselip rapi di atas novel yang sungguh aduhai tebalnya (hampir 800 halaman). Surat tersebut berisi ucapan selamat atas terpilihnya blogpost saya sebagai pemenang pertama (halah, pengulangan informasi, sombong lu!) dan sekaligus meresmikan bahwa novel yang versi filmnya kini sedang tayang di bioskop itu telah halal saya miliki dengan sepenuh hati. Dengan sampul dominan warna hitam dan ditambah aksen warna putih dari sosok raja dalam permainan catur, buku ini terlihat gagah dan sangat berwibawa. Saya tak tahu apakah isinya semanis atau sehebat penampilan fisiknya karena belum sempat membaca kisah seutuhnya.

Jujur saja, ini bukan jenis novel yang saya gemari, namun saya berjanji akan membacanya demi memperkaya kosakata dan menambah wawasan sintaksis-semantik dalam bahasa Inggris. Jilid buku terlihat kuat dan kertas book paper yang dipakai terasa sangat nyaman di tangan: tebal namun tetap ringan! Sayangnya, kamera ponsel (dan kemampuan fotografi saya) tidak mendukung hadirnya hasil jepretan yang mumpuni.

After all, sungguh sebuah kebahagiaan yang menyenangkan karena telah berpartisipasi dalam kompetisi menulis blog yang diadakan oleh sederet.com dan berhasil menjadi pemenangnya. Mungkin ada yang berbisik sinis, “Halah, cuma menang lomba gituan aja senangnya lebai bin prikitiew…” Boleh jadi demikian. Namun bagi saya, kesuksesan kecil ini adalah sebuah tonggak dan lecutan semangat bagi perkembangan diri pribadi ke depan. (Sumpe lo!!?)

Sebagai penutup, saya senantiasa teringat oleh ucapan seorang guru bahasa Indonesia saya sewaktu saya berkunjung ke rumah beliau beberapa tahun silam. Kala itu satu puisi saya dimuat oleh media lokal dan saya tentu saja senang ga ketulungan walaupun tak diganjar dengan honor sepeser pun. Beliau berkata, “Sesederhana apa pun karya kita dan selokal apa pun media yang memuat karya tersebut, sebuah karya tetap memiliki peran sangat penting dalam konteks motivasi psikologis.

Maka tidak usah berkecil hati ketika karya kita muncul di sebuah media yang belum berskala nasional.” Faktanya, beberapa puisi saya kemudian mulai menghiasi media nasional. Kesuksesan kita saat ini akan berpengaruh pada terciptanya kesuksesan kita mendatang. Maka sekali lagi, kemenangan kompetisi yang diadakan oleh sederet ini akan menjadi penyemangat dan penggembira di kala saya terpuruk. Bahwa saya pernah menang, bahwa saya pernah menyisihkan sekian lawan. Terima kasih, sederet.com! With you I am at a leisurely pace of translating my own life…

13 Comments

    1. Iqbal, kamu penggemar berat novelnya ato penulisnya? Terus terang aku sendiri belum pernah baca, baik dr Twilight, New Moon dkk. Siip gan, terima kasih ucapannya. I guess it’s a matter of luck, anyway. Terima kasih juga sudah mau mampir ke blog ini. Jangan sungkan untuk ajak2 teman2 ya, hehe. Sukses utk Iqbal!!

      Like

  1. “menambah wawasan sintaksis-semantik dalam bahasa Inggris.”
    Kayaknya bakal susah kalo nemuin di novel ini mas. apa lagi kalo inget si sparkling. ampun dah, ngerusak citra vampir yang kuat dan vicious deh *facepalm*
    oia, btw congrats udah menang mas 😉

    Like

    1. Lely, sejujurnya aku ga terlalu paham tentang yang kutulis itu, :). Yang aku maksud hanyalah sekadar menambah perbendaharaan kata (karena koleksi kosa kataku minim) dan mengingat-ingat tata bahasa aja, hehe. Maklumlah penerjemah amatiran neh, hehe…

      Like

  2. hehee, saya suka penulis + novelnya juga sob… saya saranin tonton filmnya juga.
    siip sama-sama sob, suskes selalu ya, ok sob ntar coba saya ajak teman2 buat mampir kesini 🙂

    Like

    1. Ilham, memang sangat asyik dapet kiriman buku gratis, hehe…Beruntung aja , sob. Terima kasih sudah berkunjung dan selamat tahun baru. Semoga 2012 menjadi tahun cerah dan cemerlang utk Ilham bagi tercapainya impian dan semua yang Ilham inginkan. Amiin…

      Like

  3. I like this post…. *2 jempol*
    Pngalaman 1 gw ngerasa seneng krna tulisan dimuat wktu puisi yg brtema agama mejeng di buletin rohis sma.. Senengggg bgt baca namaku muncul di situh 🙂

    Like

    1. Betul, Zooth. Saat nama kita tercetak dengan tinta pada buletin atau media massa apa pun, rasanya ada kenikmatan tersendiri. Sesuatu yang indah luar biasa dan itu memberi pengaruh bagi kita untuk terus menulis. Tak heran jika sampe sekarang Zoothera terus aktif menulis di blog-nya

      Like

Tinggalkan jejak