Catatan Sederhana: 10 Pupuk Cinta Itu

Kami terperanjat. Saat menjemput wingko jolla-jolly pesanannya, dengan wajah datar Anya menceritakan kisah perceraiannya. Walaupun bahasanya mengalir, namun matanya jelas memantulkan pendar kegalauan, atau mungkin kekalahan. Sesekali ia lemparkan pandangannya pada dua anaknya yang tengah asyik bermain dengan Rumi anak kami. Jiwanya tentu kalut, pikir kami. Namun kami tentu saja lebih memilih menghemat kata-kata sambil sesekali memberinya semangat.

Perceraian memang monster yang tak pernah dinantikan kehadirannya. Bila sebuah kapal retak atau bocor, mungkin banyak cara untuk menambalnya. Namun bila hati yang tersakiti, bahkan hingga batera rumah tangga pecah dan koyak, ke manakah obat hendak dicari? Walaupun tentu saja setiap petaka ada obatnya.

Saya membuka postingan kali ini dengan kisah Anya untuk menjalin koneksi dengan tema giveaway Bunda Lahfy, yakni menyemai cinta. Tulisan sederhana ini sama sekali tidak bermaksud menggurui apalagi mendoseni sobat pembaca semua, karena saya pribadi masih terus belajar dalam membangun hubungan yang baik dan sehat dalam rumah tangga. Belajar menjadi suami yang baik, ayah yang penyayang, dan istri yang pengertian (loh!).

Ketika mendengar frasa “Menyemai Cinta”, entah mengapa sepuluh hal berikut yang terbayang dalam benak saya. Mungkin bukan hal besar, bukan sesuatu yang cetar membahana, namun setidak-tidaknya selalu kami pelihara untuk saling memahami.

1. Masak bersama
Sebagai orang yang doyan makan, kami juga gemar memasak. Tentu saja masakan yang kami kuasai teknik dan penyajiannya. Memasak bersama bisa menjadi sarana markotop untuk mengasah kerja sama dan saling memahami. Team work dan insting dindalkan. Apalagi sekarang kami mengelola bisnis pembuatan wingko yang menuntut kami mengerjakannya bersama-sama. Dari kegiatan masak bersama istri, saya bahkan mendapat 10 pelajaran berharga tentang kehidupan. Pernah saya ceritakan di sini dan ini.

2. Nyupir dan nyetrika
Nyuci piring (nyupir) adalah hobi kedua saya selain menyetrika. Melihat air yang mengucur segar dari keran untuk membasuh piring-piring kotor sungguh hal yang ajaib. Menuangkan cairan sabun dan mencampurnya dengan air menawarkan sensasi yang berbeda. Dan puncaknya adalah ketika piring-piring atau perabot masak telah bersih dan rapi tertata di tempatnya. Rasanya ada kebahagiaan tak ternilai, haha…. Lebay ga sih?

Gambar dari forumgarden.com dan lytherus.com
Gambar dari forumgarden.com dan lytherus.com

Kegiatan menyetrika boleh dikata mengalami kemunduran. Dulu saat masih mengajar di Semarang anak-anak menjuluki saya sebagai Mr. Ironman alias Tukang Setrika atas kegemaran saya menyetrika. Haha…. Namun saat sudah menikah, menyetrika tidak terlalu menyenangkan. Mungkin karena baju yang disetrika jumlahnya berlipat-lipat banyaknya 🙂

3. Nyebokin dan mandiin anak-anak
Karena saya bukan orang kantoran, maka sehari-hari saya lebih banyak ada di rumah. Nah, membantu istri untuk memandikan atau membersihkan anak sehabis pup konon sangat melegakan kaum ibu. Paling tidak itulah yang saya dengar dari pengakuan istri saya. Dalam beberapa kesempatan, tak jarang kami bahkan berebut untuk memandikan anak-anak kami.

4. Pijat kaki
Dalam sebuah postingan seorang teman blogger beberapa tahun silam, juga dalam tulisan Mas Azzet, disebutkan bahwa memijat kaki istri yang kecapaian sangatlah berpahala. Kesibukan para istri seharian setidaknya bisa diringankan dengan pijatan dari suami mereka. Tak perlu jago urut dan refleksi. Cukup pijatlah dengan keikhlasan dan kasih sayang. Insya Allah lama-lama tangan kita juga bakalan pegal, hehe…. 😀

5. Safari masjid
Karena tak terikat waktu kerja seperti karyawan kantoran, kami kerap jalan bersama. Jalan di sini artinya mengendarai motor atau menumpang kendaraan umum. Namun yang paling sering adalah meluncur dengan Mio ungu kesayangan kami. Dengan Si Ungu kami bisa bebas berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Salah satunya dari masjid ke masjid, tempat favorit kami.

Kami menemukan kedamaian dan kesegaran saat berada di masjid. Biasanya setelah rampung menyelesaikan urusan kami (misalnya mengantar wingko atau urusan perbukuan) kami singgah di sebuah masjid. Kadang kami bertahan di sana hingga dua kali waktu shalat. Atau kemudian berpindah ke masjid lain karena ada urusan yang harus dibereskan di sekitar masjid tersebut. Syukur alhamdulillah Rumi dan Bumi selalu menikmati dan terlihat enjoyberada di lingkungan masjid atau musala.

Kunjungan semacam ini paling tidak akan membekaskan kesan mendalam pada memori mereka agar hati dan pikiran mereka terpaut pada masjid–dan tentu saja pada Tuhan! Kadang kami sempatkan mengaji Quran bersama dan dilanjutkan dengan bercengkerama di serambi sambil melepas lelah. Kami ajarkan juga Rumi untuk mengisi kotak amal untuk menanamkan semangat bersedekah.

6. Ke perpustakaan/toko buku
Sebagai orang yang sama-sama bergerak dalam dunia perbukuan, mengunjungi pusat-pusat buku adalah wajib ain bagi kami. Perpustakaan daerah Bogor menjadi sasaran kami. Lokasinya yang berada di Jalan Pemuda membuatnya cukup nyaman dan teduh. Perpustakaan yang diapit Jalan Pemuda dan Jalan Ahmad Yani ini memang diliputi pohon-pohon besar yang rindang. Walhasil, suplai oksigen begitu berlimpah–dan semilir angin membuat kami betah berlama-lama di perpustakaan.

Hanya saja koleksinya tidak atau jarang mengalami pertambahan. Judul-judulnya cenderung lama dan sistem peminjaman masih manual alias tidak praktis. Namun tempat ini tetap menjanjikan keasyikan bagi kami sekeluarga karena kami bisa belajar dan menambah ilmu bersama. Jika kami lapar, saya tinggal mengarahkan motor ke arah air mancur untuk menyantap aneka sajian kuliner khas Jawa Timur. Maknyuss!

Pilihan lain tentu saja adalah toko buku. Kami tidak selalu membeli buku baru. Biasanya kami memantau perkembangan judul-judul buku baru yang beredar agar bisa menentukan judul apa yang bisa ditulis sebagai pesaing. Sesekali kami memboyong sekian buku, terutama saat ada pekan diskon 🙂 Rumi dan Bumi pun betah di toko buku.

7. Ke taman
Dua taman favorit kami adalah Taman Kencana dan taman IPB. Taman Kencana biasanya kami kunjungi di akhir pekan (Sabtu/Minggu pagi). Sejumlah anak biasanya terlihat berlatih bela diri, sementara yang lain bermain musik. Kadang ada komunitas fotografi yang berkumpul bersama. Dan tentu saja area taman dipenuhi para penjaja makanan. Menu andalan kami di taman ini adalah pecel Madiun yang lezatnya minta maaf! Sekali menyantap seporsi pecel ini, kami bisa tahan sampai malam hari. Kenyangnya berkualitas, halahhh ….

Taman lainnya adalah taman kampus IPB di Dramaga. Jaraknya sekitar 20 menit dari rumah kami bila tidak macet. Rasanya menyenangkan memasuki kampus hijau nan asri. Tamannya segar dan mengasyikkan. Rumi lagi-lagi betah di kampus IPB ini, apalagi mengingat begitu banyaknya menu kuliner yang bisa disantap dengan harga yang (sangat) ramah di kantong. Masjid IPB pun sangat nyaman. Jadilah kami bisa singgah di sana dan ngobrol seperlunya. Atau sekadar jalan-jalan di sekitar fakultas yang ada.

Di dua tempat ini kami bisa tetap menulis sesuatu pada laptop yang kami bawa. Atau pada kertas bila notebook terlalu berat dibawa.

8. Makan di luar
Tak perlu diragukan lagi, kami memang suka makan. Maka selain makan di rumah, makan di luar pun menjadi opsi alternatif kami. Tidak selalu makan makanan mahal atau singgah di restoran mewah. Kami jujur saja kurang cucok dengan atmosfer semacam itu. Tapi tetap tidak menutup diri. Kadang kami keluar sekadar untuk menyantap roti bakar yang enak sekali, atau batagor Bandung yang renyah hinggah lezatnya pecah di lidah. Nasi rawon dan rujak cingur Ahmad Yani juga selalu menggoda. Belum lagi sop ayam Pak Min yang segar tapi bertenaga. Sesekali makan seafood atau tongseng dan sate kambing yang letaknya hanya sepelemparan baru dari kompleks kami. Dan puncaknya: semur jengkol dan empal goreng Rawa Belong yang terus memanggil, hehe.

9. Pengajian dan seminar
Kebutuhan untuk berkembang adalah kebutuhan mendesak. Setiap hari kami berkomitmen untuk menambah ilmu–dengan cara apa pun. Selain membaca buku atau mengakses internet, kami sempatkan mengikuti pengajian yang terjangkau tempatnya, terutama yang nyaman diikuti anak-anak. Selain itu, seminar juga kami usahakan untuk ikuti untuk membantu kami membesarkan anak-anak. Kadang bayar, kadang gratis. yang penting bisa ikut semua. Tapi kalau bisa sih yang gratis, haha! 🙂

10. Ngeteh
Setiap negara dan peradaban mungkin punya budaya minum teh tersendiri. Entah di Barat atau di Timur. Nah, minum teh hangat adalah tradisi keluarga istri yang sampai saat ini kami jalani. Setiap pagi atau malam, ngeteh menjadi momen yang santai dan menenangkan. Apalagi selepas bepergian jauh, minum segelas teh hangat manis sungguh menenteramkan. Tak selalu manis sih, sering juga kami meneguk teh hangat tawar alias tanpa gula. Nah, dalam sesi ngeteh inilah perbincangan seputar apa saja bisa terlontar. Tentang anak-anak, pengalaman hari itu, kabar politik, hiburan, curhat kawan, dan sebagainya.

Inilah 10 hal sederhana yang kami sebut pupuk cinta. Ya, setiap orang memang punya resep sendiri yang bisa memupuk cinta mereka agar tak layu dan terus segar serta tumbuh dengan akar kokoh. Lebih dari itu semua, komunikasilah yang paling penting. Sebab komunikasi memungkinkan dua pribadi berbeda untuk bertemu di ruang rindu. Saling memahami tanpa kata-kata memang bagus. Namun alangkah lebih bagus lagi bila komunikasi juga terjalin secara lisan.

Dan kami berkomunikasi melalui sepuluh hal sederhana di atas. Bagaimana dengan sobat sekalian?

Semoga Anya dan kita semua diberi kekuatan dan kesanggupan untuk menjalani hidup dengan sepenuh tenaga dan keimanan. Terima kasih kepada Mbak Niken atas paksaan ajakan untuk menceritakan hal-hal untuk menyemai cinta.

Tulisan ini diikutsertakan untuk GA dalam rangka launching blog My Give Away Niken Kusumowardhani 

Menyemai Cinta

32 Comments

  1. Udah nih, cuma 10? Masih ada waktu buat nambahin jadi 20.
    Tapi, memang mantap ya kalian sekeluarga. Seperti yang aku suka bilang, hobinya sarimbitan plus anak-anak. Itu anak bayi nggak mau ketinggalan kemana-mana. Kompak, saling menguatkan. Salut deh mas. Salut deh mbak Harni (baca kaan).
    Makanya saya senang sekali kedatangan mas Belalang sekeluarga. Selalu bikin suasana rame. Rela deh jadi supir taksinya. Tinggal itung aja belakangan. wkwkwk.

    Teriam kasih yo mas Belalang. Wis tak ceklok jadi peserta.

    Like

    1. SEbenernya ada 100 sih, cuma khawatir pembaca pada mabok kalo baca semua haha, ngeles.com. Kalau soal pergi harus rame-rame, ada penjelasannya, Mbak. Kalau saya pergi sendiri, kasihan istri pegang Rumi dan Bumi sendirian. Kalau saya pergi sama Rumi, kadang dia suka rewel dan kangen adiknya. Kalau Bundanya yang berangkat sendiri, lebih ga mungkin. Makanya seringnya rame-rame. Kecuali kalau kepentingan mendesak banget 🙂

      Like

  2. xixixixi… apik-apik… nek Oyen senenge dibeliin martabak sama Abi, jadi nek Oyen ngambek, begitu dapet martabak, mecucunya rodo ilang dikit 😛

    Like

    1. Betul, Mbak Astin. Berbagi tugas sangat meringankan dan memudahkan:) Kaum suami juga sesekali jangan canggung pegang pekerjaan IRT. Kecuali melahirkan hehe

      Like

  3. Banyak hal-hal sederhana yang bisa dilakukan guna menyuburkan semaian cinta, ya Mas..Manis sekali dan ongkosnya gak pake mahal 🙂

    Like

    1. Langsung dapet penghargaan khusus neh, peserta dengan tip terbanyak berhak mendapatkan satu unit a*us hehe 😀

      Like

  4. Pupuk cintanya mantap mas, semoga cintanya makin berkembang…memang selalu mengasyikkan ya memiliki waktu bersama-sama keluarga..kayaknya jalan2 ke perpustakaan perlu aku praktekkan nih, selama ini cuma ke toko buku, tp dimana ya ada perpustakaan di bdg? Hehee…salam hangat utk klg…

    Like

    1. Iya, Mas. Jalan-jalan sederhana pun bisa terasa seperti liburan 🙂 Yang penting kita bisa atur sedemikian rupa agar tetap menarik. Wah, kalau Bandung saya kurang paham Mas Anton. Boleh nanya Eyang Google….

      Like

  5. 10 pupuk cinta,
    yg 8 sdh bisa di contek langsung, utk safari pengajian/seminar dan ke perpustakaan/toko buku, saya perlu membuat rayuan pulau kelapa neh

    Like

    1. Istilah pupuk cinta ini sebenarnya saya pinjam dari buku Rembulan Cinta Seorang Bunda karya Mbak Niken. Saya terinspirasi dari beliau yang punya aneka cara untuk menumbuhkan cinta kasih dengan pasangan. Kreatif juga ada candlelight dinner murah meriah, hehe. Semoga suami Mbak Ririe segera klepek-klepek berkat rayuan maut Mbak buat jalan-jalan ke toko buku atau perpustakaan 🙂

      Like

    1. Nuhun pisan, Kang. Sebuah kehormatan nih dikunjungi blogger senior dan bos sukses 🙂 Tempo hari katanya Zaki sakit ya? Semoga diberi kesehatan selalu. Mungkin itu sakit mau pinter kali….

      Like

    1. Aduh Idah bisa aja ih. Semoga doa Idah yang baik dikabulkan dan kembali ke kehidupan sendiri. Aaamiiin….

      Like

    1. Biasa aja Mas Imam. Intinya memang berkumpul dan mengobrol. Semua orang tentunya bisa begitu Mas. Salam untuk keluarga Anda, Mas 🙂

      Like

  6. Salam kenal…
    senangnya bisa menyebar pupuk cintanya kapan saja 🙂
    kalau saya mesti bersabar menunggu kakanda pulang baru deh ke sepuluh pupuk (bahkan bisa lebih ya…) di sebar luaskan…. Tipsnya T.O.P

    Like

    1. Terima kasih Mbak Dewi. Sebenarnya banyak ya, tapi saya cuma punya sepuluh, hehe…. salam kenal 😀

      Like

  7. datang berkunjung….

    nah ini dia hal hal sederhana lain yang patut di contoh kelak bersama bidadariku. orang panggilan ini bisa belajar dari si belalang buat mempertahankan cintanya kelak. makasih kang, sudah memberikan inspirasi yang indah di pagi ini…. \m/

    Like

    1. Sebuah kehormatan saudara jauh yang senantiasa memenuhi “panggilan” mau bewe ke sini. Biasanya bewe ke luar pulau, hehe….
      Ah si akang bisa aja. Aaamiin, semoga doa baik sobat juga merambah kehidupanmu ya Sob 🙂

      Like

  8. Aaiihhh… Aciikk nya yg bsa sering di rumah jd ngiri euuyy…. Tulisanku ini mo ku suruh baca abangku biar dia rjin mijitin aku hahaha…. Btw Jd kl sewaktu2 aku perlu kesaktian ironman tgl SMS dikau ya mas acra… I really hate ironing!!!!!

    Like

    1. Sawang sinawang, Mbakbro. Sering di rumah tapi ya yang didapat malah mungkin lebih besar daripada mereka yang kerja di kantor. Loh?! Iya bener, memijat kaki istri selain berpahala juga mendekatkan hati. Bisa saling komunikasi. I’m no longer an ironman. Sekarang jadi mellow man, hehe… Sekilo berapa wes? 😀

      Like

Tinggalkan jejak