Kopdar #4: Trilogi Kebangkitan dan Kopdar yang Muahh

JARUM JAM DI tangan saya baru bergeser beberapa menit dari angka sembilan. Bus yang kami tumpangi kian dekat merapat ke peron Terminal Purabaya. Keluar dari bus, udara Sidoarjo segera mencubiti kulit kami. Gerah dan panas memang. Tempat yang pernah saya kenal sebagai salah satu terminal terbesar di Asia Tenggara ini ternyata tak banyak berubah. Saya terakhir ke sini kira-kira lima tahun lalu. Semua masih sama, baik dari sisi tata letak maupun kenyamanan.

Si merah imut
Sejumlah orang segera (berebut) menghampiri kami untuk menawarkan jasa pengantaran. Suasana gerah tak membuat kami buru-buru memutuskan menyewa jasa mereka. Selain karena Rumi ingin duduk sejenak untuk menyantap bekal pisang, kami juga tengah menanti kedatangan ‘taksi’ istimewa kami. Ya, kami memang telah mengikat janji dengan sebuah mobil merah pabrikan Korea. Kami tak mungkin meluncur ke Surabaya tanpa mobil jemputan tersebut.

Tak lama setelah berkirim pesan pendek dan bertelepon ria dengan mobil penjemput—sambil melirik deretan kardus putu ayu yang sangat menggoda—tampaklah Picanto merah yang melaju gesit di parkiran mobil. Walaupun hanya bagian atas yang tertangkap oleh mata saya, namun saya yakin inilah tim yang menjemput kami. Dan benar, segera setelah saya mendekati mobil imut tersebut, muncullah tiga orang dari dalam. Tak salah lagi, mereka memang datang untuk mengantar kami ke Jl. Dharmahusada Surabaya. Atau dalam bahasa yang lebih eylekhan: mobil tersebut datang untuk kami tumpangi, hehe….

Setelah berkenalan dengan tim pengantar penjemput, kami langsung menghambur ke dalam mobil. Dan beberapa menit kemudian, kami sudah berada di Jl. Dharmawangsa. Hahay, yup! Kami memang tersesat. Entah mengapa saat mengingat alamat tujuan, kami semua sepakat berucap: Dharmawangsa! Namun tak butuh waktu lama bagi kami untuk sampai ke tempat acara sebab doi yang  membawa kami ternyata cukup hafal jalanan Surabaya. Tentu saja setelah terjebak sejenak dalam kemacetan di sebuah pasar yang berada di atas bantaran sungai.

Kopdar MUAHH….
Rumah makan ini berada di ujung Jl. Dharmahusada. Hadir dengan dua lantai, bangunannya cukup gagah dan mentereng. Tidak terlalu mewah, tapi sangat homey. Yang mengejutkan kami adalah ternyata Minggu itu RM Bu Cokro berlabel tulisan TUTUP. Wow, luar biasa! Saya pikir acara kopdar yang digagas Pakdhe hanyalah menyewa sebidang area sementara pengunjung lain masih bebas menyantap pesanan mereka.

Ternyata bukan, sodara-sodara! Hari itu RM Bu Cokro sedang tutup, paling tidak hingga pukul dua siang. Lantai atas dipergunakan oleh kawan-kawan BSMI Surabaya, sedangkan lantai bawah dipenuhi undangan kopdar Pakdhe Cholik. Kopdar kali ini adalah kesempatan kopdar keempat sejak saya menjadi narablog. Sungguh kopdar yang istimewa. Saya menyebutnya kopdar MUAHH: Menyenangkan, Unik, Asyik, Heboh, dan Hebring!

menyenangkan
Saat menurunkan kue dari mobil, pundak saya tiba-tiba dicolek. Karena saya bukan cowok gampangan, maka saya pun menoleh dengan posisi siap menggampar pemilik tangan yang mencolek tadi. Saya memang harus melesatkan pukulan harimau, lebih-lebih yang telah mencolek saya tidak lain adalah musuh bebuyutan saya di dunia maya, baik di blog maupun di facebook. Namun entah tersihir atau kena pelet, alih-alih meluncurkan jab kanan, saya malah meraih tangannya dan menyapa dengan ungkapan meriah. Hampir saya memeluknya kalau saja tak dilihat Muna dan suaminya—juga tukang parkir.

Foto karya Kang yayat
Foto karya Kang yayat

Pertemuan ini sungguh menyenangkan. Selama ini saya mengenal admin mediarobbani ini hanya melalui tulisan-tulisannya yang inspiratif dan penuh hikmah. Tak dinyana ternyata orangnya cuma begitu aja, haha. Orangnya tidak terlalu banyak omong seperti saya. Namun sekali berbisik, selalu saja isinya menyindir atau bernada humor (yang garing), wkwkwkw… Sayang sekali pasangannya yakni Mas MRidwan Ndut (yang lucu) tak bisa hadir karena sedang mudik ke Bondowoso.

azzMemasuki ruang acara, mata saya langsung tertumbuk pada seorang penulis cum ustaz dari Yogya. Siapa yang tak mengenal blogger asal Jombang yang juga piawai menggubah puisi ini? Dialah Akhmad Muhaimin Azzet. Orangnya ramah, supel, dan sopan dengan tawa yang renyah. Konon beliau juga dikenal sebagai orang yang baik hati, tidak sombong, rajin menabung, serta suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan. (Mendadak ingat butir terakhir Dasa Dharma Pramuka :) Senang sekali akhirnya saya bersua dengan sahabat ini. Biasanya kami hanya bertegur sapa dan bertukar semangat lewat dinding facebook atau halaman blog.

Lapor, Komandan!
Kesenangan saya tidak berhenti sampai di sini. Selain tentu saja bertemu Muna dan keluarganya, lega rasanya akhirnya saya bisa menyapa Mbak Yuni, Niar Ningrum si gingsul yang datang bersama ehem-ehem-nya, Elsa, Asmie, Ratri, Mbak Titie Surya, Nunu El-Fasa, Tha Artha, dan lain sebagainya. Jujur saja saya tak mengenal mereka semua. Hanya mengenal lewat blog atau media sosial. Itu pun sebatas nama. Jadi sangat menyenangkan akhirnya berjumpa mereka secara nyata (karena biasanya bersifat maya).

Dan gongnya tentu saja adalah bertemu Komandan Blogcamp sebagai sohibul hajat hari itu. Berbusana hitam dengan blue jins, Pakdhe memang tampak layaknya komandan dirijen. Aura militer memang terpancar dalam pribadinya. Itu terlihat dari ketegasan dan disiplinnya. Namun bukan Pakdhe bila sesekali tak meluncurkan canda dan tawa sehingga suasana menjadi gayeng namun tetap terkendali.

unik

Foto karya Kang Yayat
Foto karya Kang Yayat

Trilogi Kebangkitan
Kira-kira pukul sebelas Pakdhe membuka acara. Kopdar hari itu memang spesial, begitu ujar Pakdhe. Apa sebab? Tanggal 23 Agustus Pakdhe memasuki usia ke-63. Dan sebagai ekspresi rasa syukur Pakdhe menyelenggarakan kopdar chapter Surabaya sekaligus meluncurkan tiga buku sekaligus. Tiga buku karyanya adalah Puisi Enam Tiga (kumpulan puisi), 63 Cermin (kumpulan fiksi mini), dan Dari 63 Menuju 1 (himpunan tulisan reflektif). Maka tak heran bila buku yang Pakdhe tulis semuanya bernuansa 63. Buku pertama terdiri dari 63 puisi, yang bercerita perjalanan sejak kanak hingga pensiun. Buku kedua jauh lebih unik: isinya memuat 63 cerita mini yang masing-masing terdiri dari 63 kata. Sungguh tak mudah kan membuatnya? Sedangkan buku ketiga menyuguhkan 27 tulisan yang sangat menggugah.

Pakdhe menyebutnya dengan Trilogi Kebangkitan. Disebut demikian karena pada usia ke-63 Pakdhe Cholik hendak menegaskan komitmennya untuk terus berbuat baik demi orang lain, bangsa, negara, dan sekurang-kurangnya untuk lingkup keluarganya. Tiga buku yang ia tulis dilandasi semangat berbagi, menebar kasih, dan manfaat bagi sesama. Trilogi ini diharapkan akan mengingatkan Pakdhe (dan juga para pembaca) agar selalu berpikir positif, berkarya sesuai kemampuan, dan terus melangkah dalam optimisme. Blogger juga punya peran untuk memajukan Indonesia. Trilogi Kebangkitan adalah sumbangsih atau suara Pakdhe bagi terciptanya Indonesia yang lebih damai dan kreatif.

Itulah kira-kira sekelumit pengantar dari penerbit yang mendapat giliran berbicara setelah acara dibuka. Ini memang kopdar yang unik. Selain kopi darat dan silaturahim antarblogger, diadakan pula peluncuran buku—tiga judul sekaligus—yang inspiratif. Pakdhe memang selalu punya ide untuk menggagas acara yang spektakuler. Maka tak heran bila kawan-kawan BSMI yang naik turun tangga sesekali terkesima menyaksikan acara heboh di lantai bawah. Apalagi saat tiga buku dipajang dan resmi diluncurkan. Sekian fotografer, baik yang amatir maupun yang profesional, segera merangsek ke depan untuk berebut mengabadikan momen langka tersebut. Kang Yayat sampai bingung untuk berpose apa lagi demi memperoleh jepretan yang ciamik. (Yang motret malah lebih ganjen ya, xixixixi….)

asyik
Selain menyenangkan dan asyik, kopdar di penghujung Agustus ini juga asyik lo, Sob. Betapa tidak, selain peluncuran buku juga digelar pembacaan cerita mini yang diambil dari buku kedua Pakdhe. Mbak Titie Surya tampil memukau. Wanita yang telah menghasilkan belasan buku ini membacakan dua buah cerita yang salah satunya disuguhkan pada sampul buku, yakni cerita berjudul “Selamat Tinggal, Dunia Hitam”. Hadirin bertepuk tangan usai pembacaannya yang menawan.

Foto diambil dari blog Pakdhe
Foto diambil dari blog Pakdhe

Keasyikan lain adalah undangan yang hadir tidak perlu merogoh kocek untuk membeli tiga buku tersebut. Pakdhe telah menyiapkan masing-masing satu goodie bag berisi Trilogi Kebangkitan dan semangkuk salad buah beku. Nyam-nyam. Menurut istri saya yang juga hadir dalam kopdar tersebut, isi paket tersebut melambangkan dua kekuatan manusia. Tiga buku penting sebagai vitamin pikiran, sedangkan salad buah mendukung kinerja fisik dan stamina. Ini artinya bahwa manusia harus mendapat suntikan yang seimbang antara porsi pikiran dan porsi fisik agar bisa beraktivitas dengan normal dan prima. Saya mengiyakan saja penafsirannya.

heboh
Setelah semua peserta dimanja dengan tiga buku gratis dan disuguhi pembacaan cerita mini, tibalah saatnya tantangan dari Pakdhe. Pakdhe menyiapkan tiga hadiah bagi tiga orang blogger yang berani tampil membacakan salah satu puisi dari buku Pakdhe pertama. Setelah dilempar kepada hadirin, ternyata hanya dua orang yang menjawab tantangan tersebut. Asmie dan mas Insan pun maju secara bergantian. Bertindak sebagai juri aadalah Mas Azzet yang sudah malang melintang di dunia persajakan nusantara.

Tantangan Pakdhe
Setelah Asmie tampil dengan apik, tibalah giliran Mas Insan. Di luar dugaan, ternyata doi sangat jago membawakan puisi di depan umum. Tak sia-sia saya memaksanya untuk mengacungkan tangan demi menjawab tantangan Pakdhe. Setelah pembacaan, suasana pun heboh. Mas Azzet yang maju untuk mengumumkan pemenang mengaku bahwa sangat sulit menjuri pembacaan puisi secara spontan. Kedua peserta tampil oke. Tapi, seperti dugaan saya, Mas Insanlah yang akhirnya keluar sebagai jawara. Kendati demikian, baik Asmie maupun Mas Insan sama-sama membawa pulang bingkisan hadiah. (Hadiah ketiga dibawa siapa ya? 🙂 )

Foto karya Kang Yayat
Foto karya Kang Yayat

Kehebohan terhenti sesaat ketika Mas Azzet menyampaikan kultum tentang pentingnya silaturahim. Menurut ustaz yang sehari-hari menjadi direktur TPA Al-Muhtadin ini, pilihan ngeblog sudah sangat sesuai dengan ajaran Islam karena berbagi manfaat dan kebenaran melalui dunia maya (dalam bentuk tulisan) memiliki dampak yang luas dan masif. Wejangan singkat yang membekas—dan menyindir. Tausiah diakhiri dengan doa. Hadirin khusyuk mengikuti. Entah ngantuk atau saking khidmatnya ya 😀

Potong kue sendiri
Kehebohan berlanjut ketika acara ditutup dan sesi santap siang dibuka. Segenap undangan yang sepertianya niat mengosongkan perutnya sejak dari rumah ini langsung menyerbu meja prasmanan yang tersedia di pojok ruangan. Sobat blogger lain mengepung Pakdhe untuk berburu autograf atau tanda tangan. Suasana tentu saja menjadi heboh. Kang Yayat sebagai fotografer resmi sampai kalang kabut mengejar bus kota objek yang layak masuk bidikan kameranya. Dengan stamina yang belum pulih dari sakit, doi tetap bersemangat mendokumentasikan kemeriahan acara. Bahkan saking hebohnya, acara potong kue dan tiup lilin hanya dihadiri keluarga Pakdhe saja. Duh, undangannya ga pada tau diri neh, haha 🙂

Pakdhe mendapat giliran terakhir untuk menikmati santapan siang. Kita simak komentar Pakdhe sebagaimana terlihat dalam gambar berikut.
pak

hebring
Kopdar tanpa foto-foto ibarat makan tanpa lauk. Hambar cuy! Beres makan siang, semua banci kamera dan yang narsis unjuk kebolehan. Bahkan sejumlah blogger sempat berpose ala cherrybelle. Dapatkan segera kaset lengkap dengan cap jempol mereka. selanjutnya biarlah gambar yang berbicara.
Enam-Bidadari-Volume-1-500x282
Kopdar chapter Surabaya memang hebring euy! Ini tentu saja diawali dengan konsep kopdar dan ide penyelanggara dengan meluncurkan tiga buku sekaligus dalam kopdar tersebut. Komandan blogcamp emang hebring pokokna mah. Selamat bertambah bilangan usia Pakdhe, semoga semakin kreatif dan produktif. Dan yang lebih utama: kian istikamah dalam beridabah. Semoga banyak kehebringan lain di waktu-waktu mendatang. Aaamiin.

Foto karya Kang Yayat
Foto karya Kang Yayat

41 Comments

  1. Reportase terkomplit dengan kemasan yang syuuur,gurih,renyah dan berbobot.
    Terima kasih mas atas kehadiran dan bantuan macam2nya.
    Saya sedang membuat proyek berternak buku nich

    Salam hangat dari Surabaya

    Like

    1. Dan tentu saja reportase paling lambat diturunkan ya Dhe? Hehe… Terima kasih juga telah menjamu kami semua para tamu yang kebangetan, xixi. Semoga Pakdhe sehat selalu dan ternak bukunya sukses beranak-pinak 🙂

      Like

    1. Seperti biasa, kopdar di Surabaya memang selalu rame Mbak. Saya yang baru ketemu temen-temen narablog Sby aja langsung asyik kok, asyik makan maksudnya hehe…

      Like

  2. Wwooww komplit plit ceritanya.. Smp kebagian nyasar pula hehehe… Moga2 next time bisa ke Surabaya si merah sdh diganti yg lbh besar jd kalian ga perlu berdesakan lg.. Salam syang utk bunda Aisha, Rumi & ade Bumi 🙂

    Like

    1. Sekomplet lucunya Nadia ya yang pengen Bumi nginep, hehe. bagian yang nyasar itu justru yang pentin coz kita bisa berlama-alam di mobil. Ga berdesakan kok, cuma rebutan tempat, wakaka. Moga-moga kali lain kami ke Sby Mas Indra dah bawa bus, eh maksudku ngendarai Pajero, atau minimal Evalia 😀
      Salam balik dari kami semua ya tante. Salam cubit buat Kak Nadia. Helmnya udah dipake terus dong?!

      Like

    1. Bener Mas, maknyusss banget dah pokoknya. kapan-kapan moga bisa ngumpul ya Mas. Siapkan perut dan amunisi lain ya hehe

      Like

    1. Begitulah, Pak Indra. Kompak dan kreatif sungguh menyenangkan. Jangan teh manis, gudeg aja minggir Pak hehe.
      Salam wisata juga 🙂

      Like

  3. Kala bertemu langsung baru tahu; berarti sama ya, Mas; saya, Mas Insan Robbani, dan Mas Belalang Cerewet itu orangnya tidak banyak omong, atau lebih tepatnya pendiam. Hehehe…. nuwun sewu….

    Like

    1. Kita sama-sama pendiam ya? Tentunya pas lagi makan dan tidur, hehe. Saya kasih rong ewu ya Mas, sewu mah ga bakal cukup ….

      Like

  4. Ternyata ya, rame di online belum tentu rame di dunia nyata! hihi..
    Jujur saya kemarin gak tau lho klo Mas Rudi itu si Om Belalang Cerewet. Taunya malah pas pulang, waktu baca nama penerbit di bukunya Pakde. Ealah.. klo tau dari awal Om Belalang cerewet pasti tak sindir habis-habisan! haha..
    Habisnya Mas Rudi orangnya pendiam sih.. 😛

    Like

    1. saya sebenarnya rame Mbak, cuma kemaren pas lagi laper aja jadi memilih untuk diam seribu putu ayu hehe. Baru kali ini saya dibilang pendiam, horeeee!!

      Like

  5. Aku membantah kalau mas Rudi dibilang pendiam. Beberapa kali ketemu bawelnya luar biasa gitu kok 😀

    Dari cerita mas Rudi ini, sepertinya ada yang lega dirinya diakui kehadirannya 😀

    Tulisane rame seperti biasanya.

    Like

    1. Maaf, bantahan Mbak Niken terpaksa dibantah temen-temen lain yanag sudah menyaksikan fakta di lapangan 🙂
      Mana ya orangnya belon nongol juga–apa lagi latihan baca puisi buat acara kopdar di Cibinong? 😀
      Tulisannya yang rame, bukan orangnya kan Mbak? :p

      Like

  6. Ini posting kopdar ngajak ribut melulu, masih untung cuman jurus colekan bukan jurus totokan maut yang kukeluarkan..
    demi acara kopdar trilogi kebangkitan dan demi melihat bumi dan rumi saya tak sampai hati mengeluarkan jurus pamungkas…

    Like

    1. Anda jual, saya beli! Ayo sini mau ga kerak telor? saya juga ga mau pamer jurus-jurus andalan. Takut dikira sombong ma orang-orang Mas. Jurus pamungkasnya buat ngabisin makan siang aja ya?

      Like

    1. Makasih atas kunjungan Pak Mars. Kali lain pengen ke Kendal ah kita santap bakso balungan deket masjid besar itu ya Pak 🙂

      Like

  7. ini postingan kopdar ngajak ribut mulu sih…
    Masih untung cuman kukeluarin jurus colek bukan jurus totok maut
    demi kopdar Trilogi dan melihat Rumi dan Bumi aku gak sampai hati ngeluarin jurus pamungkas…

    Ciiiiaaaaaattt… kirim jurus putu ayu….

    Like

    1. Kalau tidak punya sayap, kan bisa tuh numpang ama yang punya sayap, Tante. Tinggal pilih, ada Garuda, Batavia, Airasia, dll. tapi jangan si Singa ya–kabarnya dia sering delay ga jelas 😀

      Like

    1. Maaf telah mencatut nama si Akang tanpa pemberitahuan. Dicolek doang aja dah langsung melipir ke sini, hehe. Pokokna mah hebring si Akang teh, belum pulih betul tapi tetep gesit! (gesit ambil putu ayu, wkwkwk…) 😀

      Like

    1. Sebenarnya Tha Artha mau bilang bahwa doi bacanya bagus Dah, tapi langsung kuancam suruh balikin putu ayunya. Jadi deh jawaban yang keluar ya dengan nada terancam, “Biasa aja, Dhe.” Wakakaka….

      Rame, kompak, dan koplak kayaknya sih :p

      Like

    1. Alhamdulillah akhirnya kopdar ma temen-temen blogger Surabaya dan sekitarnya, Mbak Myr. Memang asyik, asyik, asyik..(gaya Upin). Sayangnya tak terlalu lama jadi belom mengenal satu per satu secara dekat. Kapan yuk kita kopdar?

      Like

  8. bener kan, baca ini aku jadi cengar cengir, mesam mesem sendiri membayangkan acaranya yang seru, tapi tetep aja galau. galau gak bisa ikutan. hedeh….

    tadi juga sempat shockkkzzz… waktu dibilang pasangan kang insan… waduh bisa jatuh harga diri eike bookkk…

    jiagagagagagahagahagagga…

    sampe ketemu lagi di duta kang…!

    Like

    1. Aku kok malah lupa udah nulis kata “pasangan” dalam laporan kopdar kemarin, heheuy…

      Like

  9. Wah meski pendiam, saya mesti ati-ati kalo dekat njenengan nih, apalagi kalo berniat menyolek, bisa-bisa kena tendangan tanpa bayangan.
    Wah kopdar yang bener-bener muah

    Like

    1. Saya sudah jinak kok Pakies, jadi ga usah khawatir. Justru Mas Insan tuh yang berbahaya coz punya jurus langkah seribu haha

      Like

Tinggalkan jejak