gelap bersemi
mencengkeram semesta begitu sunyi
ketika matahari pamit
menyisakan setitik nur tanpa bunyi
hanya daun-daun yang bertasbih
hanya pepohonan yang rukuk
mengaburkan kebiadaban kita yang canggih
genaplah ini nyeri
lalu karam kata-kata dalam nyanyi
saat bumi sakit
sebab kita terus bersembunyi
pada apa yang kita baca
namun tak pernah kita pahami
lelap di bumi
lelap ini hati
ketika matahari pupus
ketika cahaya perlahan mampus.
abstrak sekaliiii…. π
LikeLike
Gitu ya, terima kasiiih π
LikeLike
sip… π
LikeLike
Bumi sakit?
Sakit apa mas?
LikeLike
Sanes Bumi Banyubumi Mbak, ini bumi beneran, planet yang kita huni :p
LikeLike
cuma bisa baca aja pak, tapi gak ngerti artiya π
LikeLike
Kalau saya beda lagi Mbak, cuma bisa menuliskan, tapi ga paham juga artinya :p
LikeLike
jgn sp bumi sakit terus pdhl udh siang *komen apa sih saya π
LikeLike
Siang malam jangan sakit ya Mbak π
LikeLike
Hai, boleh minta emailnya untuk tawaran kerjasama?
LikeLike
silakan email ke rudygaswan@gmail.com
LikeLike
Selamat merayakan Hari Raya Idul Adha, bila ada salah kata dan khilaf atas prilaku selama ini, serta bila ada salah baca atau salah dalam berkomentar, atau belum sempat membalas komentar, dari lubuk hati yang paling dalam saya mohon dimaafkan lahir dan batin…salam
LikeLike
Terima kasih, Mas Hari. Bila ada khilaf dan salah saya, mohon berkenan memaafkan. Salam dari kami di Bogor. Semoga sehat selalu Anda bersama keluarga π
LikeLike
Susah kalau tidak ada cahaya ya, Om. Gelaaaaaaaap. . . π
LikeLike
Sulit dibayangkan, Bu. Walaupun dalam gelap kita masih bisa bergerak, namun terang benderang jauh lebih nikmat. Lebih banyak manfaat π
LikeLike
Betul, Bu Guru. Sulit dibayangkan kalau kegelapan menyelimuti hidup kita. Terutama karena jauh dari ilmu atau orang berilmu π
LikeLike
kata terakhirnya ngagetin, “mampus” hahhaa, keren ^^
LikeLike
Sengaja buat untuk menciptakan efek kejut dan agar berima dengan ‘pupus; π Terima kasih.
LikeLike