Andini dan Ben adalah pasangan suami istri. Baik Andini maupun Ben adalah orang kantoran, bekerja dalam bidang yang sama di kota yang sama namun di perusahaan yang berbeda. Suatu hari Andini berujar kepada Ben, “Liat tuh si Cakra. Dia rajin lembur. Atu liat si Dimas; lemburnya banyak, pasti duitnya juga banyak!”
Ben memang tak bersemangat lembur. Bisa saya pahami karena jarak tempuh rumahnya menuju kantor cukup jauh walaupun masih satu kota. Tambahan lagi, perusahaan tempatnya bekerja masih tergolong baru dibandingkan perusahaan tempat istrinya bekerja. Walhasil, baik gaji maupun uang lembur tentu berbeda dari si Cakra atau Dimas.
Intinya, Andini mengeluhkan penghasilan suaminya dan tersihir oleh pesona penghasilan rekannya sekantor yang “terlihat” lebih besar dibanding suaminya. Padahal Andini sebenarnya hanya silau oleh pendar penghasilan Cakra atau Dimas.
Mengapa saya katakan demikian? Sebab saya mengenal Cakra dengan baik. Kami adalah sahabat karib. Dari beberapa kali pertemuan dengannya, saya tahu bahwa Cakra pun sebenarnya tidak berlimpahan uang. Suatu kali ia bercerita tentang biaya sewa kontrakan yang mendadak naik, atau anaknya yang sakit sehingga membutuhkan banyak biaya berobat. Tak jarang juga ia mengeluhkan tentang beban kerja yang tidak diimbangi dengan kompensasi yang memadai. Beberapa kali ia memberi sinyal tentang keinginannya berhenti kerja dan membuka usaha sendiri atau pindah ke kota lain.
Berbeda dengan Andini dan Ben yang sama-sama bekerja, Cakra bekerja sendirian sementara istrinya menjadi ibu rumah tangga mengasuh dua anak mereka. Andini tak pernah tahu bahwa Cakra juga memiliki problema serta karakter masalah tersendiri. Istri Cakra juga kerap ‘mengeluh’ tentang penghasilan suaminya yang pas-pasan, namun mereka bersyukur karena masih diberikan dua momongan. Cakra kini belum memiliki rumah sendiri sementara Andini dan Ben sudah menghuni rumah milik sendiri di sebuah kompleks perumahan. Diam-diam Cakra dan istrinya juga memandang betapa enaknya hidup Andini dan Ben. Keduanya bekerja dan punya rumah pula.
Orang Jawa menyebut hal ini dengan Sawang Sinawang (atau cukup Wang Sinawang). Kita melihat apa yang tampak menarik, terlihat lebih hebat, atau lebih enak dibanding kondisi sebenarnya. Yang kita tangkap kadang cuma kesan atau pantulan permukaaan saja. Kita tidak pernah benar-benar tahu kondisi orang lain, baik secara finansial maupun psikis-mental.
Sawang Sinawang adalah sebuah perspektif brilian tentang cara memaknai hidup. Sawang Sinawang merupakan sebuah sikap dalam mengukur apa yang perlu dan tidak perlu kita risaukan. Sawang Sinawang adalah ekspresi paling gamblang untuk menumbuhkan rasa syukur di dalam hati. Ini adalah cara murah untuk menekan rasa iri atau kesumat dengki terhadap keberhasilan atau kehebatan orang lain.
Ingatlah bahwa kebahagiaan terletak di hati, bukan (semata-mata) ditentukan oleh kepemilikan materi. Kebahagaiaan bisa kita ciptakan (inward), bukan selalu kita dapatkan (outward).
Apakah Sahabat punya ungkapan bahasa daerah yang menginspirasi? Yuk tulis dan ikutkan pada kontes yang akan saya adakan dengan hadiah-hadiah menarik 🙂
He he,,iya,,wang sinawang,,bener bgt bang,,sepertinya rumput tetangga lbh hijau yaa he he,,klo tinggal di kampung spt aku mgkn ngga bgitu terasa wang sinawangnya bang,,krn rata2 sama lah,,tp klo tinggalnya di kota ato di perumahan mgkn lain lg critanya,, bakalan wang sinawang trs,,
LikeLike
Iya betul, Mbak Tita. Sebenarnya sama saja Mbak. Di mana pun ada rasa kayak gitu, cuma kita aja yang bisa mengendalikan. Jangan lupa ikutan kontes saya nanti ya ^-^
LikeLike
He he mikir dulu niih,,istilah apa yaa,,colek2 ya bang,,suka kelewatan kontes klo dh tenggelam di kantor he he,,
LikeLike
Siiip, Mbak
LikeLike
Itu hampir mirip dengan rumput tetangga tampak lebih hijau, ya Mas Rudi 🙂
LikeLike
Benar sekali, Uni. Dalam bahasa Indonesia sepadan dengan rumput tetangga lebih hijau ya. Padahal tetangga belum tentu punya rumput, hehe.
Nanti ikutan kontesnya ya Uni 🙂
LikeLike
Oooo bakal ada kontes. Insya Allah Mas 🙂
LikeLike
😀
LikeLike
Ya, ada, banyak. Ehg… 🙂
LikeLike
Ya Mas. Nanti jangan lupa ikut kontes di sini ya – 😉
LikeLike
siap…. 🙂
LikeLike
kalu kontesnya mulai, colek2 ya mas, sukaaaa temanya:)
LikeLike
Iya Mbak…. in Sya Allah…. 🙂
LikeLike
Manusia klo krg bersyukur biasanya akan terus sawang sinawang ya mas….
Wah ditunggu kontesnya ya… insyaallah ikutan ahh….
LikeLike
Akan tersiksa hidupnya Mbak kalau ga bersyukur….
LikeLike
Wang sinawang…aku menyawangmu dr kejauhan..knp kangmasku sombong betul? Ga pernah lg menyapaku 😦
LikeLike
Ini juga baru sempat posting. Anak-anak habis sakit gantian kami juga para ortu. sampe sekarang batpil demam masih…
LikeLike
Woohh..pantesan kok ilang.tak pikir semedi di gunung salak. Syafakilah ya.. sun buat krucil2 ^-^
LikeLike
Yup, kami juga giliran batuk pilek demam dkk. Dikau malah melancong ke Aceh. Pake makan mi aceh yang yummy pulak 😉
LikeLike
Tiap daerah punya ungkapan penuh makna yg juga dijadikan semacam slogan / semboyan penyemagat.. Slogan itu juga merujuk pada identitad daerah setempat.. Spt bbrp kabupaten/kota di Sumsel memiliki slogan berbeda yg masing2 punya makna.. Kapan nih mulai lombanya..insyaAllah aku mau ikut..
LikeLike
Iya Mbak, nanti saya posting di sini kok. Pantengin ya ^-^
LikeLike
Weleh-weleh kontesnya bikin mumet, karena harus nyari ungkapan daerah…lha aku wong jowo e mas, yo podo ae karo sampeyan “sawang sinawang” hahahaaaa trus piye jal xixixiiii
LikeLike
Iya bahasa Jawa kan kaya juga, Mbak Yuni. Buanyak banget kan. Atau bahasa Bali juga boleh 😉 Nanti saya colek kalau sudah mulai kontesnya.
LikeLike
Betul Mas Rudi…. apa yg org lain punya atau rasakan, blm tentu enak seperti dugaan kita. Maka adalah penting memliki ilmu syukur dlm hidup. Jadi pengen ikutan kontesnya *gelartikardulu* 😀
LikeLike
Sepakat, Mbak. Iya Mbak ikutan ya, sambil bawa kacang goreng, hehe.
LikeLike
Nah setuju, bersyukur, itu yang penting. Ngga gampang sih, tapi bukan berarti ngga bisa.
Kontesnya, hmmm … harus tanya2 suami nih tentang ungkapan dalam bahasa daerah sunda. Secara saya mah setengah2, sunda bukan, jawa kagok .. hihihi
LikeLike
kalo saya lebih kacau lagi teh, jawa bukan sunda juga bukan, jadi apaaa dooong… *malahtanya* hehehe
LikeLike
sama bahasanya sama di tempatku,sawang sinawang…kayaknya hidup si A kok enak banget ya, kayaknyaaaa…sawang sinawang itu namanya hehehe
LikeLike
Betul, Mbak. Kayaknya enak ya orang lain. Kayak ikan klotok kiriman Kanjeng Mami, haha
LikeLike
Waiting for new giveaway…. 🙂 sambil cari kosakata daerah…
LikeLike
Iya, Mas. Akan segera saya luncurkan. Tunggu dan ikut ya. Hadiahnya biasa saja, tapi manfaatnya besar sekali, hehe 🙂
LikeLike
Betul sekali. Orang kampung saya bilang saya orang makmur, tapi pengusaha mungkin bilang saya lebih banyak hormatnya daripada gajinya ha ha ha ha
Salam hangat dari Surabaya
LikeLike
Begitulah, Dhe. Yang lihat mesti menanmgkap yang enak-enak saja. Yang merasakan yang paham. Terima kasih dan saya tunggu partisipasi Pakdhe.
LikeLike
wuish mantap neh, yakin deh bakal seru giveaway ini, mo ikutan juga ntar salam kenal
LikeLike
Nanti ikutan ya Mbak ^-^
LikeLike
Hihih iyaa juga berasa sawang sinawang gitu yaa pak, bener2 banyak di sekitar kita
LikeLike
Bertul betul betul, jangan lupa. Pantengin kontesnya di mare ya Niar 😉
LikeLike
Hooh di pantengin, disawang juga #eehh
LikeLike
Wah begitu ya mbak jadi belajar banyak nih saya hehe ^-^ mantap dah ^-^
LikeLike
Ya begitulah …. 🙂
LikeLike
Sebenarnya sikap “melihat rumput tetangga selalu lebih hijau” manusiawi sekali ya mas Belalang …
Asal tau trik utk tdk meninggalkan rasa syukur, maka hidup ini akan lebih nikmat ..
Salam
LikeLike
Rasa syukur bikin hidup kita tambah “makmur” ya, Bunda.
Nanti ikutan kontes ini ya Bunda …
LikeLike
Aku nanti tolong dicolek yo kangmas nek kontes-e wis mulai, sembari mikir nih ungkapan Jawa lainnya selain wang sinawang. Opo takkonsultasi dengan mbahku yg keturunan Jerman yo, opo boso Jerman-e wang sinawang :p
LikeLike
Siap, Mbakbro. Sudah kuposting posternya. Tinggal pengumuman lombanya di blog belum 😉
LikeLike
Saya sudah ndaftarkan artiel di Facebook loch
LikeLike
wah, ternyata banyak ungkapan daerah yang menarik dipelajari ya mas 🙂
LikeLike
Betul, Mbak 😀
LikeLiked by 1 person
Mau ngadain GA tentang istilah bahasa daerah ya Mas?
Semoga diperbolehkan repost..
Soalnya saya pernah menuliskannya, duluuuu banget, hehe.. 🙂
LikeLike
Yang baru aja ya Da biar segar, ghehe. Es kale segar…
LikeLike