Photography 101: Connect

connect

Kata connect bisa ditafsirkan secara luas. Menurut pengertian asalnya, connect berarti menghubungkan sehingga dua hal atau lebih terkoneksi dalam sebuah hubungan, entah hubungan itu disadari atau tidak, saling menguntungkan ataukah sebaliknya.

Gambar tempat sampah inilah yang muncul dalam benak saya ketika membaca kata connect. Sampah adalah problem primer yang jarang mendapat atensi kita secara memadai. Di mana-mana, termasuk di taman tempat saya mengambil foto ini, sampah bisa ditemukan dengan mudah berserakan di mana-mana. Begitu malaskah untuk menggerakkan kaki menuju tong sampah yang telah disediakan untuk menampung sampah hingga mereka menebarnya begitu saja?

Padahal hidup kita berhubungan langsung dengan sampah. Ke mana pun kita pergi, kita membawa cadangan sampah di dalam perut–yang pada saatnya akan kita kosongkan dalam bentuk tinja. Setiap hari kita memproduksi sampah tapi tak juga tergerak untuk mengatasi masalah pembuangannya, sekurang-kurangnya memperhatikan cara membuangnya.

Segala benda yang kita konsumsi seluruhnya berasal dari alam, lalu sebagian menjadi sampah, dan kita kembalikan ke dekapan alam. Alam adalah satu wujud kasih sayang Tuhan kepada manusia. Maka tidakkah kita merasa bersalah bila sampah yang kita hasilkan begitu saja kita hempaskan ke bumi?

Berbicara tentang sampah adalah berbicara tentang kebersihan, dan keimanan. Tentang menghargai keindahan sebagai salah satu kenikmatan bagi kita. Tentang mencegah terjadinya banjir dan dampak lingkungan yang tentu akan menimpa kita. Karena kita dan alam terkoneksi dan saling mempengaruhi. Apa pun yang kita konsumsi akan kita buang ke alam, lalu pada kurun tertentu kita ‘nikmati’ lagi sebagai siklus abadi.

12 Comments

  1. Kalau lihat gambarnya saja (tanpa baca tulisannya) pasti nggak ngerti apa hubungannya connect dengan bak sampah. 🙂

    Yang jadi fokus saya malah justru vandalisme-nya Mas. Itu kenapa ya, kok selalu aja tangan jahil nyorat-nyoret fasilitas umum. 😐

    Like

    1. Kalau soal vandalisme, jangan tanya, Mbak. saya pun heran mengapa tangan mereka itu tak bisa diam aja. Jembatan, pintu gerbang, pagar, dinding apa pun tak selamat dari kejahilan mereka…Duhh

      Like

Tinggalkan jejak