Enam Kiat Bijak Kelola Keuangan dengan Cerdas

Di zaman yang serbasulit seperti sekarang, saya yakin keuangan mendapat porsi perhatian yang besar. Sebab, saat harga-harga barang dan jasa terus melambung, pendapatan seolah tidak berbanding lurus alias tidak turut meningkat. Walhasil, keterampilan mengelola penghasilan sangat mutlak diperlukan.

Gaji besar tidak identik dengan kekayaan. Pun demikian penghasilan kecil atau sedang tidak pula menggaransi bahwa seseorang tidak akan bisa kaya. Gaya hidup dan pengelolaan keuangan punya pengaruh besar terhadap efektivitas hidup dan masa depan seseorang. Baik yang sudah berkeluarga maupun yang masih lajang, pengelolaan keuangan menjadi keterampilan strategis untuk menciptakan pola ekonomi yang sehat.

Lalu bagaimana cara mengatur keuangan agar setiap pendapatan tidak hanya numpang lewat? Berikut enam langkah bijak yang saya sarikan dari setiap huruf yang membentuk kata CERDAS. Bila diuraikan, CERDAS bisa menjadi kependekan dari Cukup, Ekonomis, Rapi, Deposito, Amal, dan Setia. Bagaimana keenam kombinasi kata tersebut dapat membantu kita mengelola keuangan? Mari simak dengan santai. 😀

cukup

CUKUP bukan sekadar kata sifat loh. Menurut  definisi dalam kamus KBBI, cukup berarti tidak kurang atau sudah memadai (tidak perlu ditambah lagi). Perasaan cukup adalah langkah paling dasar dalam dalam mengelola keuangan. Saat seseorang merasa cukup, maka hidupnya tidak akan dihantui kekhawatiran bahwa yang didapatkannya selalu kurang dan kurang. Perasaan terus kurang akan membuat seseorang cenderung tidak fokus dan hidupnya seolah diburu waktu.

Gambar dari: www-sacredfigretreats-com-au
Gambar dari: www-sacredfigretreats-com-au

Dengan merasa cukup, maka kita bisa menentukan arah yang jelas dalam pengelolaan atau perencanaan keuangan. Perasaan cukup bukan berarti pasif dan tidak mengusahakan yang lebih. Dalam hal ini, cukup menjadi sebuah mindset atau sikap mental sebagai pijakan (pivotal role).

ekonomis

BILA SUDAH merasa cukup, maka kita perlu menerapkan pola hidup EKONOMIS. Pengertian ekonomis sudah sangat gamblang: berhati-hati dalam mengeluarkan sekecil apa pun sumber daya baik saat kita berkelimpahan dan terutama saat kekurangan. Pada kata ekonomis tersirat pelajaran untuk cermat membelanjakan uang; mendahulukan terpenuhinya kebutuhan dibandingkan keinginan serta mampu menentukan skala prioritas pada beberapa kebutuhan yang tampaknya bertentangan. Dengan berlaku ekonomis, kita bukan hanya akan mampu menyisihkan sebagian pendapatan, melainkan juga akan terbiasa berpikir dan bertindak efektif yakni bisa mengeksekusi pilihan-pilihan sulit dalam bidang-bidang lain.

Pak Toni dan mobil bekas

Saya punya cerita yang sangat tepat menggambarkan sikap ekonomis ini. Kenalan baru saya, sebut saja Pak Toni, awalnya bekerja di sebuah perusahaan di Jakarta namun entah mengapa malah terjebak dalam utang kartu kredit bahkan sampai disatroni debt collector ke kantornya. Setelah ‘puasa’ pengeluaran, utangnya pun lambat laun terbayar. Ia lalu hijrah ke Bogor dan beralih profesi menjadi penjual kue. Setiap hari dia dan istrinya memproduksi aneka kue di mana Pak Toni sebagai pertugas pengantarnya. Sudah banyak pelanggannya baik konsumen personal maupun korporat. Maka tak heran bila bisnis rumahannya itu kini beromset puluhan juta.

Saat saya tanya keuntungan bersihnya, dia selalu tersenyum. Dia pernah menegaskan secara eksplisit bahwa pendapatannya sekarang memang jauh lebih besar ketimbang saat masih bekerja dulu. Nah, uniknya Pak Toni sampai saat ini belum tertarik membeli mobil. Untuk keperluan mengantar, ia kadang menyewa angkot atau menyewa mobil untuk pesanan dalam jumlah besar dan tempatnya cukup jauh. Adapun pesanan dalam jarak dekat masih ia kerjakan dengan berkendara motor.

“Mungkin mobil bekas saja, Rud,” begitu jawabnya saat saya menyinggung adanya banyak promosi kepemilikan mobil yang bisa dibeli secara kredit. Menurut hitungan kasar saya, dia sanggup memboyong mobil baru dan membayar cicilannya bahkan yang besar sekalipun. Namun dia berdalih bahwa kredit mobil bisa berbahaya kalau tak maksimal digunakan. Dia lebih memilih mobil bekas agar bisa dibeli secara tunai dan tidak lagi ada utang. Kalaupun membeli secara kredit, dia akan memilih tenor paling pendek agar tidak dicengkeram utang berlarut-larut.

Dodo dan mobil barunya

Saya tercenung merenungkan pilihannya. Pak Toni ini sudah menerapkan pola pengelolaan tahap pertama dan kedua, yakni merasa cukup dan bertindak ekonomis. Berbeda dengan teman saya yang lain, Dodo (nama saya samarkan). Sebagai karyawan kantoran tanpa jabatan, dia nekat mencicil mobil baru padahal tidak punya usaha sampingan. Selain itu, ia belum punya rumah sendiri alias masih mengontrak. Walhasil, selain mobilnya kerap menggangu jalur motor rekan sesama pengontrak, ia pun kerap mengeluh tentang beratnya cicilan sementara usaha yang ia rencanakan tidak juga jalan.

Dari sisi ekonomis, pendapatan Pak Toni berpotensi terus meroket tanpa terusik oleh biaya perawatan atau cicilan mobil, sementara mobil Dodo akan terdepresiasi nilainya padahal cicilan harus terus dibayar tanpa ada dana lain selain gaji. Andaikan Dodo mencicil rumah tinggal, tentu akan lain soal. Selain nilai rumah yang terus naik, lama-lama ia pun jadi punya rumah sendiri. Inilah pentingnya perilaku ekonomis, yakni menimbang prospek nilai secara ekonomi dan fungsi dalam jangka panjang, bukan sekadar gengsi semata.

rapi

KIAT BERIKUTNYA adalah RAPI. Rapi di sini maksudnya memiliki kebiasaan mencatat setiap pendapatan dan pengeluaran secara tertulis. Tidak perlu sistem akuntansi yang canggih. Cukuplah menuliskannya dalam buku atau dalam komputer sebagai rekaman arus kas keuangan kita. Dengan demikian, bulan berikutnya kita akan tahu apakah keuangan kita sehat atau malah mengkhawatirkan. Kerapian dokumentasi keuangan sangat perlu untuk mencegah terjadinya pembengkakan pos-pos tertentu atau kebocoran pada pengeluaran tak terduga.

Saya pribadi selalu mencatat penerimaan dan pengeluaran yang terjadi. Usaha wingko yang kami tekuni kerap menuntut pembelian barang dalam jumlah besar atau grosiran. Kadang saat belanja tepung dan gula, misalnya, kami sekalian membeli kebutuhan rumah tangga. Sesampai di rumah, akan saya pilah dan pilih mana kebutuhan usaha dan mana kepentingan keluarga. Terlihat sepele, namun bila lalai sedikit—ditambah daya ingat saya yang payah—maka tak jarang terjadi kericuhan keuangan, hehe. Maklumlah mengingat kami mengerjakan semua proses hampir sendirian tanpa staf atau pembantu.

Bahkan jujur saja, saat ini kami masih menggunakan teknik pengeluaran model lama dengan memasukkan uang ke dalam beberapa amplop sesuai peruntukannya masing-masing setiap bulan. Terbukti memang sangat efektif dan mujarab untuk menghindari kebocoran biaya. Intinya, catatlah semua dana yang keluar dan masuk agar cash flow tetap sehat dan bisa pula menjadi sumber pembelajaran di kemudian hari bila ada mismanagement.

deposito

DI AWAL bulan, saat menerima pendapatan, usahakan untuk segera membagi sesuai pos masing-masing. Selain untuk kebutuhan rutin bulanan, jangan lupa menyisihkan uang sebagai cadangan. Bila kita bisa bertindak ekonomis, tentunya kita berpeluang memiliki dana sisa setiap bulan, sekecil apa pun untuk kita masukkan sebagai DEPOSITO. Deposito yang saya maksud di sini bukan hanya terbatas pada pengertian deposito selama ini. Deposito berarti menyisihkan sebagian uang dari pendapatan untuk disimpan dan tidak dipergunakan dalam waktu dekat. Bentuknya bisa deposito berjangka, tabungan yang bisa diambil kapan saja, investasi, hingga asuransi.

Intinya, deposito mencakup apa saja yang bisa kita andalkan di masa mendatang. Bila uang kita tak cukup didepositokan di bank, bisa kita simpan dalam tabungan reguler. Bila jumlahnya lebih sedikit lagi, bisa kita simpan dalam celengan di rumah. Bila punya dana cukup besar, selain didepositokan di bank, bisa dibelikan tanah atau investasi usaha yang kita minati.

Dan jangan lupa asuransi juga termasuk dalam kategori ini sebab ia bisa kita andalkan nanti saat kita membutuhkan. Kini lembaga penyedia asuransi banyak jumlahnya, baik yang konvensional maupun yang syariah. Tinggal pilih jenis dan besar preminya sesuai kemampuan dan kebutuhan. Asuransi bisa menjadi solusi saat kita kelak tak produktif lagi bekerja atau saat terkena musibah.

Gambar dari: rw-media.s3.amazonaws.com
Gambar dari: rw-media.s3.amazonaws.com

Nur dan gadai sawah

Mengenai poin ini, saya jadi teringat pada Nur yang juga satu perusahaan dengan Dodo. Saya kebetulan mengenal keduanya. Nur tampaknya lebih bijak dalam membelanjakan uang. Beberapa bulan lalu Nur menjual mobil tuanya yang sudah sering sakit dan merongrong biaya. Saat melihat Dodo membeli mobil secara kredit, Nur sebenarnya tergoda. Namun mengingat ia jarang menggunakan mobil (hanya saat akhir pekan), maka ia urungkan niatnya. Sebagai gantinya, Nur membeli motor baru yang lebih bagus dari hasil penjualan mobil. Sisanya ia kirim ke kampung untuk membeli sawah dalam jangka waktu tertentu. Kebetulan tetangganya di kampung butuh uang sehingga sawahnya digadaikan.

Dengan cara demikian, Nur akan memperoleh hasil dari sawah sampai kesepakatan gadai berakhir. Plus, uangnya akan tetap kembali. Saya pikir ini bentuk deposito yang cerdas sekaligus tindakan ekonomis yang brilian. Bayangkan bila Nur ikut membeli mobil yang tidak produktif.

Di penghujung tahun 2006 saya membaca buku Safir Senduk berjudul Siapa Bilang Jadi Karyawan Nggak Bisa Kaya? Saat itu saya memang masih bekerja sebagai karyawan dan buku tersebut termasuk laris kala itu. Apalagi bagi karyawan yang matanya ijo, hehe. Di dalamnya banyak nasihat penting tentang keuangan. Saya bahkan mencatat bagian-bagian primer dalam sebuah buku tersendiri.

Selain anjuran untuk mencari penghasilan tambahan, Safir juga mengingatkan soal bahaya pembelian barang konsumtif. Dan yang paling saya ingat adalah perihal menabung. Bila ada sisa belanja dalam sehari, segera masukkan dalam celengan. Bila Rp20.000 bisa disimpan, maka jumlah total sebulan sangat lumayan untuk dana cadangan bukan?

Gaya menabung seperti ini masih kami lakoni. Kami membeli tiga buah celengan: satu untuk saya dan istri dan dua lainnya untuk kedua anak kami. Kami anggarkan untuk mengisinya setiap bulan, walaupun tak banyak. Bila masih ada dana sisa atau ada pendapat ekstra (seperti honor menyunting atau royalti menulis istri), kami cemplungkan ke celengan-celengan itu.

Di awal bulan, barulah kami setor ke bank. Memang tidak selalu berhasil, sebab kadang ada kebutuhan yang lebih mendesak yang tak terduga, hehe. Namun teknik ‘deposito’ dengan menabung seperti ini masih sangat efektif, paling tidak bagi kami. So kawan-kawan jangan sampai menghabiskan pendapatan tanpa disimpan dengan berbagai cara ya.

amal

KIAT SELANJUTNYA adalah AMAL. Yup, tentu sepakat dong bahwa kita enggak bisa hidup sendiri. Hidup kita ini terkoneksi satu sama lain. Bila kita kebetulan berkelimpahan, jangan lupa ada mereka yang membutuhkan. Pilihan penerimanya sepenuhnya wewenang Anda. Bisa lewat lembaga amal, panti yatim, atau langsung kepada orang yang menurut kita layak menerima bantuan. Jumlahnya pun tak bisa dipatok, sesuaikan dengan kemampuan.

Belum ada kabar bahwa orang yang gemar berbagi atau beramal akhirnya jatuh miskin akibat berdonasi. Justru sebaliknya, dengan mengalirkan dana kepada orang lain, seolah-olah tempat yang kosong itu kemudian dialiri imbalan yang lebih besar dari Tuhan. Ibarat pohon mangga yang lama tak berbuah, setelah dipangkas, tunas-tunas bermunculan, pucuk-pucuknya lalu tumbuh subur, dan puluhan bahkan ratusan butir biji segera menggantung di ujung tangkainya. Lapang atau sempit, beramal selalu bikin kita happy dan kian sejahtera.

Gambar dari: onemillionbones.org
Gambar dari: onemillionbones.org
setia

LANGKAH TERAKHIR ini sangat penting, yakni SETIA. Apa maksud setia? Maksudnya setelah melalui lima tahapan di atas, kita wajib setia menjalani proses yang sudah kita tetapkan. Sebagus apa pun kita dalam kelima tahapan di atas, akan sia-sia bila kita tidak setia menjalankannya secara kontinu bulan demi bulan. Ketika kita mendapat rezeki ekstra dalam jumlah cukup besar, jangan sampai kita abai lalu menghambur-hamburkan uang tersebut tanpa perencanaan.

Kelima langkah tersebut perlu diterapkan dengan setia, yakni dengan kedisiplinan ketat untuk terus dilakukan dalam kondisi apa pun. Stick to the plan. Mungkin ekspresi itu cocok untuk menggambarkan poin ini.

Orang bijak mengatakan, membangun sesuatu konon lebih mudah daripada mempertahankan. Boleh jadi, perihal keuangan pun sama: beberapa bulan kita mungkin bisa setia menjalani proses lima langkah, namun periode-periode berikutnya akan sangat menantang dan menggoda. Semoga kiat sederhana ini berguna sehingga lama-lama kita bisa punya dana berlebih berkat menerapkannya dengan setia.

So, apa pun profesi kita, kita berpotensi sejahtera di masa depan atau justru terpuruk dalam kemelaratan. Sebelum menyesal, yuk bijak dan CERDAS mengelola keuangan!

32 Comments

    1. Sama-sama, Noni. Jangan habisin loh duitnya. Jangan salah, walau kayaknya ga seberapa bakal bermanfaat banget loh kalau dikelola dengan ati-ati dan baik. Apalagi kalau bagi-bagi buat blogger hehehe 😛

      Like

  1. aseeek nih bisa jadi ahli keuangan juga, saya setuju dengan pak Toni, suami nih kepengen beli mobil, tapi buat saya belum terlalu bermanfaat, saya lebih suka motor yang manfaatnya lebih ketimbang mobil. punya mobil tapi kalo di garasi terus bisa rusak dong

    Like

    1. Betul, Mbak. Hari gini kan gampang banget beli mobil ya, DP dah murah pula. Tapi ya itu sesuai tidak dengan kebutuhan kita. Kalau masih bisa menyewa dan naik kendaraan umum atau motor, tak perlu beli mobil toh. Tapi ya kembali ke masing-masing pribadi ya, bila mobil bakalan produktif dan menunjang pendapatan ya diupayakan punya lebih bagus.

      Like

      1. iyah betul, saya juga kepingin mobil kalo pas pingin bawa keluarga jalan-jalan, tapi itukan gak sering, jadi masih belum butuh mobil, motor tetap menjadi pilihan sata ini

        Like

  2. Dengan berlaku ekonomis, kita bukan hanya akan mampu menyisihkan sebagian pendapatan, melainkan juga akan terbiasa berpikir dan bertindak efektif yakni bisa mengeksekusi pilihan-pilihan sulit dalam bidang-bidang lain –> setuju banget Mas, tapi terkadang godaan untuk memanfaatkan uang yang ada begitu hebatnya untuk dilawan ya hehehe…

    Btw ekonomis apakaj bisa diartikan efektif dan efisien dalam membelanjakan uang?

    Like

    1. Menurut saya, bisa Mbak. Tindakan ekonomis berarti menggunakan uang untuk pengeluaran yang benar-benar diperlukan dan bila mungkin pengeluaran yang produktif. Bila harus pergi liburan karena itu bisa menunjang kreativitas dan pekerjaan kenapa tidak?

      Like

  3. rasa cukup itu yg susah dimililki..kr pd dsrnya manusia sifat selalu merasa krg…akn tetapi ya wajib berusaha ya mas agar kita menjadi pandai bersyukur…kr mnrt sy org yg merasa cukup dlm hidupnya itulah org kaya kr dia tdk prnh merasa kurang.

    Like

    1. Betu banget, Mbak Ir. Kita sendiri yang tahu kapan sudah cukup atau belum. Sebab bila tak dihentikan, bisa kebablasan dan terus dan terus sampai merugikan diri sendiri maupun keluarga. Bermula dari rasa syukur karena merasa cukup, proses hidup berikutnya relatif bisa lebih lempeng dan terkelola dengan baik.

      Yang merasa cukup, itulah yang kaya sejati. Sepakat! Ditambah kesanggupan untuk memberi kepada yang lain 🙂

      Like

  4. Kalau aku lebih simpel lagi mas, hanya perlu membedakan keinginan dan kebutuhan maka keuangan kita akan teratur dan aman.

    Like

    1. Sayangnya tidak semua orang bisa dengan mudah membedakan mana kebutuhan dan mana keinginan, Mas Edi. Tidak jarang batas antara keduanya begitu tipis dan ambivalens. Akhirnya kembali kepada masing-masing individu, harus siap memilih dan menanggung konsekuensinya nanti. Paling tidak dengan pengelolaan dan perencanaan keuangan, batas-batas seperti itu bisa lebih diperjelas. Terima kasih udah mampir ya 🙂

      Like

  5. Teknik deposit itu pernah saya lakukan 2 tahun lalu. Setelah setahun lalu celengannya saya pecahin, terkumpul uang kertas & receh sebanyak satu setengah juta lebih. Pantes orang2 tua dulu punya pepatah: dikit-dikit jadi bukit.

    Like

    1. Nah, kan Mas Alris sendiri sudah membuktikan jimat bernama deposito dengan cara menabung uang receh. Saya pun masih punya celengan di rumah, Mas. Enak jadi penasaran sebab ga ada catatan kayak buku tabungan. Pas pecahin, tahu-tahu dah banyak. Saya doakan Mas bisa punya penghasilan unlimited dan jadi bos sendiri ya 🙂 Terima kasih sudah main dan sudi berkomentar.

      Liked by 1 person

  6. Solusinya memang cerdas. Tinggal niat,tekad,semangat, dan disiplin dalam menjalankan tip ini. Maklum jaman sekarang godaan untuk berperilaku konsumtif. HP saja gonta-ganti model padahal hanya tambahi fitur sedikit lalu dikasih nama baru bisa menarik konsumen yang memang kesehatan.
    Menabung tanpa melupakan sedkah merupakan keharusan

    Salam hangat dari Jombang

    Like

    1. Disiplin menurut saya bagian paling sulit, Pakde. Godaan alangkah banyak dan menggiurkan, hehe. Menabung tapi tetap berderma, sungguh menguntungkan lahir dan batin ya De.

      Terima kasih dan salam dingin dari Bogor, brr….! 🙂

      Like

Tinggalkan jejak