Hati-hati: Ada Peluang di Balik Setiap Tulisan

Dua minggu lalu saya dikagetkan oleh datangnya telepon dari nomor asing, plus pakai bahasa asing.

Is this Rudi?” tanya suara di ujung sana dalam bahasa Inggris.

Yes, who is this?” jawab saya singkat.

This is Raimi speaking. Are you Rudi the one who writes for belalang cerewet?” tanyanya lagi agak belibet menyebut kata dalam bahasa Indonesia.

Correct. But Raimi who? Do I know you?” saya balas tanya sedikit waswas kalau ini penipuan.

Sam Raimi. Glad to reach you finally, Rudi.

Sam Raimi? Shut up! You are….” mata saya terbelalak, mulut melongo–iler menetes.

Yep, I am what I am, Rudi…” jawabnya sambil tertawa kecil.

So how may I help you, Sam?” saya langsung to the point.

I have been interested in using your blog to feature my next movie Spiderman Reboot. Would you consider it?” ujarnya lugas.

Malu aku malu

Saya terdiam. Bibir kelu saat mendengar alasannya memilih blog ini. Bisa diduga, Sam Raimi–sutradara beberapa film Spiderman itu–tertarik melirik blog Belalang Cerewet karena rumah maya saya ini sudah dipenuhi jaring laba-laba dan sarang reptil serta lumut di mana-mana. Ibarat gua, batu-batuan di dinding blog ini kian menghitam, beberapa masih basah karena rembesan air hujan.

Tentu saja dialog di atas adalah fiktif belaka. Itu gambaran betapa mengerikan dan memalukannya punya blog namun tak terawat, seperti blog ini yang pernah hampir dua bulan terlantar. Kadang malu juga mengklaim diri sebagai blogger. Betapa tidak, blog yang tidak kontinu diperbarui dengan aneka tulisan rasanya seperti menzalimi pembaca terutama para sobat narablog yang berkenan menjadi follower. Giliran muncul dengan postingan baru, belum tentu juga isinya bermanfaat. Duh, malu aku malu…

Di Balik Sebuah Blogpost

Nah, sekarang Mak Uniek yang kecenya trala trilili itu menantang saya buat membeberkan hiruk pikuk kisah sebelum posting tulisan di blog. Ya semacam bihain de sin gitu deh. Ini sebenernya ngajak gelut sebab seolah-olah menyindir saya yang jarang update tulisan. 😀 Walaupun jujur saya sibuk banget, tapi demi menjaga citra white dan harga diri (emang laku?), kuterima tantangannya!

Yang paling penting diingat, saya ini termasuk blogger pemikir. Bukan, bukan pemikir kayak Aristoteles atau Plato dan semacamnya. Maksudnya blogger yang kebanyakan mikir dan pertimbangan sebelum atau sesudah menampilkan tulisan di blog. Entah berapa judul dan konsep tulisan yang sudah saya buang dari Bilik Draft, lalu ada juga posting yang saya hapus setelah dimuat sebelumnya. Ada pula beberapa draft tulisan yang masih menanti ditampilkan, atau dituntaskan. Memang kebanyakan mikir, jadi harap maklum enggak bisa update secara rutin (hehe..cari alasan 😉 ).

1. Hati Nurani

Gambar dari theconversation.com
Gambar dari theconversation.com

Pertimbangan utama sebelum memposting sebuah tulisan di blog adalah nilai. Oke agak serius. Apakah isi tulisan itu sesuai dengan prinsip yang saya anut dalam konteks kebaikan dan keyakinan? Jika sebuah tulisan bertentangan dengan hati nurani, maka saya memilih tidak memublikasikannya. Bila hati berkata tidak, tulisan itu tidak akan lolos tayang. Atau bila masih dalam bentuk embrio ide, ia tak akan dibesarkan menjadi tulisan.

Contoh sederhana sebagai berikut. Saya suka tergiur melihat hadiah lomba blogging. Selain temanya, hadiah menjadi penarik yang kuat. Meskipun mengincar hadiahnya, saya cari tahu dulu siapa penyelenggaranya. Bila penyelenggara lolos verifikasi, maka masuk ke tahap tema atau bentuk kontes. Bila oke juga, ya ikutlah. Bila tidak cocok penyelenggara dan temanya, saya stop–terpaksa dadah bubayz ke hadiah yang menggiurkan.

Suatu kali ada kontes yang mudah, hanya bermimpi menjadi CEO suatu perusahaan. Hadiahnya pun menarik. Namun sayang, kontes tersebut digelar oleh korporasi yang terlibat bencana lumpur Sidoarjo. Sudah komitmen saya untuk tidak ikut meramaikan atau membesarkan nama mereka. Ini bentuk sikap dukungan saya terhadap perjuangan dan penderitaan saudara-saudara terdampak di Porong dan sekitarnya. Pun saat perusahaan yang sama hanya menjadi sponsor pada suatu lomba, saya akan urung ikut walaupun belum tentu menang. Ini soal nurani, Bung! (Halah, nggaya bingitz..xixixi). Picik? Biarin.

Ada pula brand-brand global yang tak sejalan dengan prinsip saya sehingga sehebat apa pun hadiah yang mereka tawarkan dalam kontes blogging, saya akan absen. Walau jujur hati pahit melihat hadiah-hadiah keren melayang. Tapi ya mari kita telan pil pahit ini. Toh habis itu ada wingko jolla-jolly yang manis dan legit, hehe. Selain penyelenggara, juga bentuk kontesnya yang menentukan. Intinya ya sesuai atau enggak sama hati kecil.

2. Manfaat

Gambar dari www.in-pharmatechnologist.com
Gambar dari http://www.in-pharmatechnologist.com

Bila materi tulisan sudah nyes dengan hati, saya perlu timbang dulu: adakah manfaatnya, baik untuk saya dan terutama bagi pembaca blog? Kendati sudah pas di hati dan materinya sudah lengkap, namun bila ternyata malah menimbulkan mudarat, saya tangguhkan tulisan itu. Walaupun blog bersifat personal, sebisa mungkin saya menghindari menuturkan curhat yang berpotensi memancing kemarahan atau malah kejijikan. Sekali kita tekan tekan tombol ‘Publish‘, tulisan pun menjadi milik alam semesta. Begitu pesan Pak Mendikbud Anies mengingatkan agar berhati-hati menulis di dunia maya. Alih-alih memberi manfaat, jangan sampai tulisan kita malah menghancurkan hati orang lain tanpa alasan yang bisa dibenarkan.

Sesederhana apa pun tulisan yang akan dimuat di blog, saya harus lewatkan dia melalui filter berbagai pertanyaan, terutama segi manfaat ini. Dalam praktiknya, tentu tidak mudah sebab untuk melihat adanya dampak manfaat atau mudarat kadang-kadang setipis kulit bawang dan subjektif. Intinya saya tak ingin menyesali tulisan yang sudah ter-publish lantaran ia meninggalkan luka di benak pembaca–sesuatu yang mungkin sulit saya insyafi penyembuhannya dengan cara apa pun yang saya bisa. Makanya senang sekali tatkala sebuah tulisan dibanjiri kunjungan dengan komentar yang positif. Rasanya timbal balik mereka seperti oase atau suntikan energi yang melegakan.

3. Bahasa

Gambar dari edl.ecml.at
Gambar dari edl.ecml.at

Komponen penting yang saya garap serius sebelum memublikasikan sebuah tulisan di blog adalah bahasa dan gaya penyampaian. Sebagai seorang (yang pernah dan masih menjadi) editor, kadang ada ‘siksaan’ tersendiri karena ada tuntutan untuk memperhatikan ketepatan bahasa. Namun puas rasanya bila tulisan tampil kepada pembaca dengan rapi, sedikit typo, bahasa yang mengalir dan syukur-syukur menghibur. Saya akui itu memang tidak gampang dan sering kali akhirnya tampil seperti yang Anda baca.

Sisi yang paling menonjol tentu saja kapan menggunakan huruf kapital, tanda baca, dan panjang pendek kalimat atau klausa. Adapun mengenai pilihan gaya bahasa atau gaya bercerita, tak jarang saya merasa tak maksimal sehingga mencampur antara bahasa baku dan nonbaku dan bahkan prokem dalam sebuah postingan. Tapi lama-lama asyik juga menulis dengan aneka bahasa begitu, hehe. Paling tidak ya enggak tersiksa dengan panduan yang sangat ketat.

Kadang kala perihal bahasa ini bisa menghambat sebuah tulisan untuk diposting atau tidak. Kadang lama, kadang malah tidak ditayangkan karena idenya tak jelas dan sistematikanya kacau. Namun sebisa mungkin saya usahakan setiap tulisan selalu hadir tanpa salah eja dan mudah dimengerti (ini yang utama). Selain itu, saya berusaha menghindari pemakaian bahasa yang terkesan menggurui atau bernada sok tahu, walaupun boleh jadi hal itu tetap bisa terjadi–toh saya juga punya keterbatasan.

4. Gambar

IMG_20151001_130031_HDR copy

Sudah alami otak kita bisa mengalami kejenuhan oleh berbagai aktivitas baik fisik maupun nonfisik, apalagi bila berhadapan dengan teks yang panjang dan bahasanya sangat ilmiah. Saya pernah membaca sebuah postingan di blog sahabat tentang liburan lebaran dengan bermotor dari Jember ke Tuban. Ceritanya mengalir, alami, penuh emosi dan dikemas apik. Namun mata saya terasa capek sebab sobat tersebut tidak menyisipkan satu pun foto dalam postingannya. Entah lupa atau sengaja, namun foto atau gambar bisa memperkuat isi tulisan serta menghibur mata pembaca agar tidak monoton dan tegang.

Dengan alasan itulah, maka foto atau gambar termasuk elemen yang saya perhatikan sebelum meluncurkan sebuah tulisan di blog. Bila saya punya fotonya, saya langsung edit warna sedikit dan membubuhkan watermark di Photoshop. Bila tidak ada, saya akan menjperet hingga puluhan kali sampai bosan juga, hehe. Istri saya langsung geleng-geleng kepala melihat aksi fotografer amatir yang lebih gaya ketimbang objeknya, xixixixi. Misalnya seperti saat memotret tahu susu bakso yang akan saya review.

Coba perhatikan gambar di atas. Benar, itu adalah sebuah meja belajar, milik Bumi (3 tahun), anak bungsu saya. Karena tidak punya latar yang cukup bagus, saya pun merebahkan meja mini itu 90 derajat ke arah depan seperti tampak pada foto berikut.

IMG_20151001_130150_HDR copy

Dalam posisi seperti itu, saya naikkan ke atas meja lain yang lebih besar untuk mendukung pemotretan tahu susu bakso. Saya ingin ada warna cerah (dalam foto tampak blurred atau bokeh) di belakang objek seolah-olah itu di hamparan rumput dengan latar langit biru. Hasilnya?

Lezat banget...
Lezat banget…krenyes-krenyes dagingnya 😀

Ada juga foto-foto buku karya Pakde Cholik yang saya jepret begitu saja di atas rumput hijau di samping rumah. Walaupun tanpa teknik macam-macam, tapi mengambilnya harus hati-hati. Tengok kanan-kiri pas enggak ada tetangga atau orang lewat depan rumah. Meskipun bukan tindakan kriminal, namun rasanya gimana gitu ambil foto buku sampai segitunya, apalagi dengan beberapa kali jepretan, untuk beberapa judul. Takut dikira sok atau nggaya, hehe. *dilempartongsis*

IMG_20150530_074450 copy

Nah, bila saya pas tidak punya stok foto yang mendukung, atau malas menjepretnya sendiri karena ribet, tinggal cari-cari di Internet. Seperti yang sobat pembaca lihat di beberapa poin  di atas dengan membubuhkan tautan ke sumber aslinya. Singkat kata, foto atau gambar itu penting agar tulisan tampak hidup dan memberi jeda bagi pembaca biar ga bosan atau malah melipur hati mereka yang sedang lara. Tsaaah!

Ciptakan Peluangmu lewat Lima Langkah

Setiap tulisan kita tersusun dari ribuan bahkan jutaan huruf dan karakter. Tanda baca dan aksara yang tadinya tidak punya makna saat sendirian lalu bisa membentuk arti dan menyiratkan pesan tertentu. Oleh karena itu, kita tak bisa menganggap remeh pekerjaan menulis–sependek apa pun sebuah tulisan. Ada jerih payah dan proses kreatif yang melatari penulisannya. Sebuah tulisan telah melewati saringan emosi dan rekaman memori penulisnya, kira-kira demikian.

Mengingat latar belakang sebuah postingan dan dampak yang bisa diakibatkannya, maka kita perlu berhati-hati saat meramu atau memublikasikan sebuah tulisan di blog. Ingat, ada potensi dan peluang di balik setiap tulisan kita. Peluang dan potensinya bisa positif atau negatif. Kita perlu waspada agar apa yang kita tampilkan bisa menciptakan peluang yang produktif.

Gambar dari http://www.allaboutpeople.net
Gambar dari http://www.allaboutpeople.net

Memang peluang bisa diciptakan? Tentu bisa. Apalagi di jaringan jagat jembar yang semuanya serbacepat dan terbuka. Tulisan di blog kita punya peluang untuk membawa kita kepada jalan rezeki atau dinginnya jeruji besi. Nah, kudu hati-hati kan Sob. Caranya kira-kira sebagai berikut. Pertama, tentukan tema yang kita kuasai. Entah sebagai niche blog secara umum ataukah secara khusus pada postingan tertentu. Penguasaan akan suatu hal akan mencegah kita dari memaparkan materi yang tidak akurat atau berisi kebohongan yang menyesatkan. Bayangkan bila kita menyajikan informasi kesehatan yang tidak valid? Bisa berbahaya kan akibatnya.

Selain itu, bila materi tulisan kita kuasai, maka kita akan mampu menyanggah atau menambahkan informasi lain terkaat bila ada pembaca atau pihak yang butuh keterangan lebih lanjut atau sebaliknya merasa dirugikan. Data-data dan fakta bisa mendukung tulisan kita. Oleh sebab itu, kiat kedua, coba kumpulkan dan gali data serta informasi yang memadai agar tulisan kita berbobot. Bahkan tema curhat kehidupan keseharian pun bisa didukung dengan cerita, lagu, kutipan tokoh atau peribahasa, atau data-data lainnya yang menambah pengetahuan pembaca.

Ketiga, seperti prinsip saya, tetapkan agar setiap postingan sesuai dengan hati nurani kita agar kita bisa menulis dengan lancar, tanpa beban dan rileks. Menulis dengan hati, begitu kata orang. Usahakan untuk menyelami atau membayangkan perasaan orang saat akan membaca tulisan kita nanti. Bila dikerjakan dengan sepenuh hati, maka tulisan kita akan mampu diterima oleh pembaca dengan hati terbuka pula.

Keempat, ciptakan peluangmu dengan menambah keterampilan baru. Para pakar karier dan pengembangan diri hampir selalu mengusulkan hal yang sama, yakni agar kita berupaya mengembangkan diri melalui keterampilan tertentu. Bagi blogger pun berlaku hal serupa. Kita bisa mempelajari bahasa asing yang baru sesuai minat, atau kerajinan tangan, menjahit, communication skill, desain grafis sederhana untuk menata blog agar lebih cantik, memasak dan mencoba resep, keterampilan menulis, dan banyak lagi yang lain.

Seorang teman saya, yang tadinya ibu rumah tangga, kini menjadi pengusaha kue yang sukses di Bogor. Awalnya hanya berawal dari kegemaran mencoba resep yang banyak didapatkan di buku atau Internet. Suaminya yang semula bekerja di bidang asuransi kini bergabung dan mendukung usaha istrinya. Mereka bahkan tadinya sempat terjerat utang dan dikejar-kejar debt collector loh! Kini mereka mapan secara ekonomi dan tanpa utang. Mereka menciptakan peluang lewat tambah keterampilan.

Mbak Rahmi akhirnya berhasil menerbitkan komik pertamanya setelah komik strip yang ia unggah secara kontinu di blog dilirik editor sebuah penerbit. Royalti pun mengalir. Ada lagi blogger khusus pengupas produk otomotif, Stephen Langitan, yang berhasil meraup setidaknya 50 juta rupiah per bulan dari hobinya mengulas mobil. Blognya yang konsisten menampilkan konten dan ulasan otomotif akhirnya dilirik ATPM dan pundi-pundi rezeki pun mengalir, baik lewat iklan bulanan maupun artikel pesanan.

Tentu tidak harus berbayar. Sekarang sudah banyak komunitas yang siap menggembleng kita menjadi sosok yang kita inginkan. Masalahnya apakah kita mau atau tidak. Bahkan dengan blogwalking pun ilmu kita bisa bertambah. Minimal cakrawala berpikir meluas setelah membaca sebuah postingan karya blogger lain. Jadi tunggu apa lagi, mari ciptakan peluang sesuai target yang kita tetapkan. Jangan khawatir, asal menulis terus dengan jujur dan tak menyerah dalam mengembangkan diri, lama-lama peluang rezeki akan menyinggahi saya sendiri kita.

Terakhir, jangan ragu berbagi dan hindari prinsip perhitungan. Mbak Ani Berta sudah membuktikannya sendiri; bermula dari berbagi tanpa pamrih, limpahan rezeki pun seolah berlomba menghampirinya. Silakan kulik blognya (padahal masih berplatform gratisan loh) untuk belajar dan mengikuti kesuksesannya.

Jadi, siapkan setiap tulisan dengan sepenuh hati, sebab selalu ada peluang yang akan kita nikmati atau justru kita sesali.

Giveaway Cerita di Balik Blog

56 Comments

  1. Wah, keren banget Mas Rudi, dilirik sutradara terkenal buat iklan filmnya. Kapan ya aku bernasib baik kayak fitu…:)

    Mengenai lomba dan tulisan, seratus persen seruju. Saya juga gak akan menulis sesuatu yg bertentangan dengan hati nurani. Tozzz Mas. Dan sukses dengan lombanya 🙂

    Like

    1. Uni Evi, itu dialognya boongan kok, sindiran buat saya yang blognya dah kayak sarang laba-laba. Hehe. Blog Jurnal Uni mah udah nganter traveling ke mana-mana, saya malah belum hehe.

      Terima kasih buat doanya, ikuta hore-hore biar ramai aja kok 🙂

      Like

  2. Aaak… Suka sekali sama postingan ini. Terima kasih sharenya. Sy juga pemikir kalau mau posting plus malas. Jadi double2 deh alasannya. Hehehe….

    Like

    1. Tos, Mbak! Hehe. Bila harus memilih, lebih baik mengejar kualitas daripada kuantitas kan, Mbak. Ketimbang suatu hari kita menyesali sebuah postingan yang berdampak buruk pada pembaca atau memicu pembaca melakukan hal-hal bertentangan dengan hukum, lebih-lebih hukum agama. Kalau Mbak Yanti sih mikirnya bisa jadi duit, kan karya resensinya sering dimuat di media. Jadi menguntungkan deh, plus kasih manfaat buat calon pembaca atau pemburu buku 🙂

      Terima kasih sudah mampir, Mbak.

      Like

  3. Tahu baksonyaaa! Wah, jan, kok ya pake close shoot sih? Kepengin…. *nelan ludah*
    —- skip—
    Saya juga gak bisa rutin ngeblog. Masalahnya ya lebih menekankan ke kualitas bukan semata ke kuantitas. Saya sejauh ini menghindari posting tulisan yg kurang berbobot, karena menghargai sahabat blogger yang telah meluangkan waktu visit blog saya. Eh, tahunya cuma nemu tulisan cekereme. Makanya, sebisa mungkin saya setelah dapat ide, terus ngedraft, disempatin baca dan riset sederhana. Habis itu tulis, edit, dipost dah. Walaupun tulisan saya ya gitu2 aja, tapi yang penting ada info yang didapat setelah visit ke rumah maya saya. Gitchuw…

    Sukses ngelombanya, ya. Semoga ketiban rezeki dari Mak Uniek.

    Like

    1. Iya, Mbak Ratri. Saya juga enggak bisa rutin. Kadang mengiri juga sama teman-teman blogger lain yang bisa konsisten sehari satu tulisan. Gapapa juga sih, yang penting tetap negblog.

      Nanti malah mau saya plemeri Tasuba khas Sleman yang maknyusss banget hehe..Terima kasih.

      Like

  4. Sepakat mas memperhatikan kebermanfaatan, bahasa dan manfaat. Kadang supaya pun terhambat salah satunya. Namun hal yang memang harus ada adalah hadirnya hati nurani dan manfaat

    Like

  5. Blogger itu majikan tanpa karyawan. Siabidame terserah sang majikan. Jika blog sampai lumuten, berkarat, penuh sarang laba-laba atau sumpyuh ya itu majikannya juga yang harus dijewer,
    Salam hangat dari Jombang

    Like

  6. Duh mas rudi, ak dah antusias bgt td kirain beneran dicalling sama sutradara spiderman. Hahaha
    Poin yg aku suka “hati nurani” & “manfaat” #NTMS
    Tapi yang plg ak suka dr postingan ini TAHU SUSU BAKSO-nya. Hmmm…. yummy… bisa dikirim ga itu mas? Xixi

    Like

    1. Ini kan menyuarakan bisikan hati, siapa tahu ada produser yang berminat kerja sama ambil konten dari blog ini, gitu Mbak hehe. Atau dikirimi pot-pot berisi kaktus.
      Tidak salah lagi, tahu susu baksonya memang enaaaak–langsung diimpor dari Yogya. Hayuk pesan Mbak! 😀

      Like

  7. Sam Raimi? 😱😱😱 keren mas. Hehehe. Sptnya saya lama banget gak kunjungan ke sini n comment di sini ya mas. *sungkem dulu ah*

    Manfaat – itu yang dianut temen saya yang sy bantu blognya: sangentrepreneur.wordpress mas. Teleportasi Manfaat. Apalah artinya itu semua yang serba wah di blog kalau gak ada manfaat bagi yang baca ya mas?

    Moga menang mas. Sy masih mikir nulis apa. Agak jiper abis baca yang mas n Pakde punya. Hehe

    Like

  8. Dengan pertimbangan2 seperti tersebut diataslah maka kemudian saya memberi label ruang belajar abi pada blog saya, kenyataannya memang demikian, saya masih harus dan terus belajar, belajar membaca pada yang tak selalu berupa tulisan, belajar menulis yang bukan hanya enak dibaca, mudah dicerna namun juga kaya akan makna

    Like

    1. Sepakt, Mas. Belajar tak mengenal usia dan tempat. Bila merasa masih kurang ilmu, kita akan terdorong untuk menimba ilmu dengan cara apa saja dan lebih berhati-hati dalam menulis karena harus didukung dengan “ilmu” yang memadai. Salam hormat 🙂

      Like

  9. Salut lho dengan idealisme Mas Rudi. Gak banyak yang menimbang2 seperti itu.
    Keep blogging dengan memperhatikan hati nurani ya Mas Rudi. Saya belajar banyak darimu tentang ini.
    Sukses GA-nya

    Like

    1. Jadi teringat waktu itu ya Mbak mau ikut kontes dari brand global lalu ga jadi gara-gara doi ikutan agresi militer di Palestina. Terima kasih, Mbak Niar. Sukses juga buat Mbak.

      Like

  10. Saya suka dgn istilah “menulis dgn hati” seperti yg Mas bilang diatas. Suka banget. Tapi pas sampai ke “adakah manfaat bagi pembaca”, duh…saya jadi berpikir, apa tulisan-tulisan saya di blog ada manfaatnya? Aih jangan2 hanya menjadi semacam sampah digital saja…

    Terus, Mak Uniek yg kecenya tralala trilili… Memang sudah ketemu beliau, Mas? Saya pernah ketemu, dan ia memang kece dan ramah, enak banget ngobrol walau baru pertama kali ketemu. Suwer…

    Salam dari saya di Sukabumi,

    Like

  11. Foto tahumu memporakporandakan fokusku. Jadi ngebayangin bentuk gigi2 yg baru aja nancep dan bikin rojah-rajeh tahu itu 🙂
    Suwun ya mas sudah ikutan giveawayku, teruslah menulis dan berpikir… happy blogging.

    Like

  12. Jadi ini ya blog yang menag GA mbak Uniek Kaswarganti itu…Selamat ya 🙂
    Suka baca tulisan Njenengan… 🙂
    Keep blogging keep writing 😀

    Like

      1. hahaha salam persohiblogan.
        Mampir juga ke blog saya mas…
        saya pake blogspot bukan wordpress.
        arintasetia.blogspot.co.id
        makasih 🙂

        Like

        1. Sudah saya catat alamat blogn-nya. Nanti saya BW ya. Btw, kemarin Mbak Arinta yang jadi salah satu pemenang di kontes Smartfren blogdetik bukan? Kalau iya, selamat ya! 😀

          Like

Tinggalkan jejak