Salah Kita Sendiri Kenapa Pilih Yang Kayak Begitu

Ingin kucolok matamu saat kau bilang kau tak pantas makan di Warteg alias Warung Tegal. Kau ini anggota dewan yang dipilih oleh rakyat dengan harapan besar untuk membantu mewujudkan kesejahteraan kami.

Tapi ucapanmu ngawur seolah kau tak berpendidikan. Kau bilang anggaran untuk makan di luar tak cukup karena kalian tak mungkin makan di warteg. Bagaimana kalau mau makan lobster, kurang dong uang segitu? Ujarmu dengan mata mengerjap yang semakin ingin kucolok.

Saat kau bilang kau tak layak makan di warteg, hatiku, hati kami terlukai. Implikasinya ada dua. Pertama, kau merasa terlalu ningrat untuk makan di warung sederhana dengan menu yang biasa kami santap. Tapi kau lupa bahwa kau juga rakyat yang kebetulan menjabat jadi tak pantas jika kamu merasa lebih mulia daripada kami. Kau menghina warteg padahal ia pilar ekonomi sektor riil yang antiinflasi.

Kedua, kamu menghina kami para pelanggan warteg seolah-olah kami ini rendahan dan pantasnya cuma makan di tempat murah meriah. Tukang becak, pemulung, pengamen, pengasong, penjaja makanan keliling, bahkan banyak ibu rumah tangga sangat bergantung pada kemurahan harga di warteg.

Ingin kucolok matamu waktu kau merasa lebih adiluhung padahal kami yang membayarmu. Tapi setelah dipikir-pikir, ya salah kita juga kenapa orang kayak begitu bisa kita pilih jadi anggota dewan. Janji muluk-muluk, tapi aku tetap ingin mencolok matamu….

14 Comments

    1. Ya, Om. Aneh ini si bapak. Kalau mau makan lobster dan menu mahal lain mbok ya pakai duit sendiri. Kan gajinya gede. Ga perlu minta naik anggaran kalau jatah masih rasional. Pake bawa bawa nama warteg segala…

      Like

  1. Owh,,kmrn bca tulisan katanya negara kita lg sekarat keuangannya, mentri keuangan yg baru mikir keras potong anggaran sana-sini,, yg ini malah minta naik anggaran lg? *geleng-geleng*

    Like

Tinggalkan jejak