Meneropong Potensi Bisnis Wisata Halal dari Buku Cheriatna yang Fenomenal

coverbuku

ANDA BELUM tahu Cheriatna? Jujur, saya pun terkejut mendapati nama ini. Sungguh tak menduga bahwa Cheriatna adalah nama di balik kesuksesan Cheria Group yang sedang moncer dalam lima tahun terakhir–setidaknya berdasarkan pengamatan saya. Makin tidak menduga ketika Cheriatna menulis sebuah buku tentang bisnis yang tengah ia geluti dan terbukti laris manis. Sebagai seorang businessman-wannabe yang secara de jure sekarang sedang menganggur, saya pun langsung melahap buku ini hingga tuntas.

Saya yakin buku ini tidak cuma membeberkan data dan statistik kinerja pariwisata halal, melainkan juga menyibakkan secercah peluang yang boleh jadi bisa saya cicipi. Who knows? Dan betul, semakin membaca lembar demi lembar, pengalaman menarik dan unik ayah 9 anak ini sangat kaya dan resourceful bagi siapa pun yang tergiur menggeluti usaha serupa. Potensinya besar, ibarat kue yang belum banyak diperebutkan. Penasaran seperti apa geliat bisnis wisata halal?

Menyapa Cheriatna

Sebelum mengulik apa itu bisnis wisata halal dan rahasianya, saya perlu memperkenalkan Anda dengan penulis buku ini. Anda tak salah baca, Cheriatna memang diamanahi 13 anak dan kini mengasuh 9 anak yang masih hidup. Dengan komposisi anggota yang terbilang besar itu, saya patut ngiler menelisik bagaimana dia mengelola bisnis wisatanya hingga menjadi tenar seperti sekarang.

4
Formasi kompak!

Kisah kesuksesan Cheriatna bukan tipikal seorang pangeran yang mewarisi imperium bisnis ayahnya yang sudah kaya raya. Sebaliknya, ia berproses melalui perjuangan. Ayahnya adalah seorang petani yang sederhana, yang mengelola kebun bunga yang hasil panennya kemudian dijual di pasar kembang di Rawabelong, Jakarta. Sejak kecil Cheriatna telah terlibat aktif dalam usaha ayahnya. Sebelum subuh ia sudah bangun agar bisa membantu sang ayah membereskan bunga anggrek sambil sesekali ikut membantu menyiram anggrek mereka di kebun belakang rumah.

Seperti anak kecil pada umumnya, tak terkecuali saya, saat melihat pesawat terbang melintas Cheriatna dilanda rasa penasaran tentang ke mana arah pesawat itu dan berfantasi seolah ia ikut dalam penerbangan ke tempat-tempat yang jauh. Siapa sangka mimpi yang terus ia pelihara itu suatu hari benar-benar menjadi nyata. Tahun 1998, Cheriatna muda mendapat kesempatan mengikuti Noogyou Kenshuu di Jepang yaitu program magang untuk mengasah ilmu pertanian selama 8 bulan.

Pengalaman itu rupanya sangat membekas. Keingintahuannya membuncah sejak saat itu untuk menyaksikan pesona alam di belahan dunia yang lain. Semangatnya yang gigih kemudian mengantarkan Cheriatna berkunjung ke Singapora, Malaysia, hingga Cina tanpa mengeluarkan biaya sepeser pun. Padahal kala itu ia belum menjalankan bisnis travel miliknya sendiri. Setelah mengibarkan bendera Cheria Wisata, langkahnya semakin menggurita. Bersama sang istri ia bisa singgah ke Xinjiang, naik kuda di hamparan rumput Mongolia, menyeberangi Selat Gibraltar yang bersejarah–sebagai pintu masuk kapal-kapal ke kawasan Mediterania, hingga menumpang kereta supercepat Shinkasen di Jepang. Kalau ada produser sinetron, ia mungkin akan memproduksi tayangan berjudul Anak Petani Menjelajah Luar Negeri. Hehe ….

Mengapa wisata halal?

Saat mendengar kata halal, pikiran kita otomatis akan merelasikannya dengan agama Islam. Tapi jangan salah kaprah, wisata halal bukanlah wisata ke negara-negara muslim saja. Wisata Halal artinya wisata yang diperuntukkan bagi kaum muslim yang ingin memperoleh pelayanan, fasilitas, dan aktivitas yang sesuai dengan prinsip atau ajaran Islam. Jadi dalam wisata halal setiap detail, mulai dari makanan hingga akomodasi, fasilitas hiburan dan sarana beribadah diatur sedemikian rupa agar sesuai dengan nilai-nilai Islami.

Lebih lanjut Cheriatna mengelaborasi tentang sejumlah kriteria wisata halal yakni tersedianya masjid/tempat shalat, ada jam shalat, tempat wudhu, arah kiblat di hotel, dan ketersediaan kitab suci. Selain itu, harus dipastikan bahwa selama berwisata turis tidak akan dihadapkan pada aktivitas haram seperti perjudian dan minuman beralkohol.

Lalu kenapa wisata halal layak menjadi pilihan bisnis untuk digeluti? Karena jumlah muslim dunia diprediksi akan terus tumbuh pesat. Pada tahun 2070 populasi kaum muslim akan mencapai peningkatan hingga 35%. Yang paling penting, pertambahan itu diikuti pula oleh melesatnya populasi anak-anak muda hingga mencapai 73%. Anak-anak muda inilah yang bisa menjadi target pasar bisnis wisata secara umum. Gejolak usia muda kerap dibarengi semangat berpetualang yang besar demi memenuhi rasa penasaran yang tinggi untuk melakukan perjalanan lintasnegara atau minimal domestik.

Gejala ini akan turut melecut pertumbuhan bisnis wisata halal pada angka yang prospektif. Bisnis wisata akan bergerak menjadi tren positif di masa mendatang. Belum lagi bila dikombinasikan dengan bisnis umrah. Akan tetapi, Cheriatna mengingatkan agar pemain pemula lebih fokus pada bisnis wisata halal secara khusus dibanding ikut terjun dalam bisnis umrah yang persaingannya sudah cukup sengit dan berdarah-darah.

Menurut Comcec (Committee for Economic and Commercial Cooperation of the Organization of the Islamic Cooperation) pada tahun 2014 jumlah turis muslim dunia yang melancong tercatat mencapai 116 juta dan diprediksi akan naik hingga 180 juta. Khusus di Indonesia, statistik wisatawan muslim naik rata-rata 15,05% pada tiga tahun terakhir. Masih menurut Comcec, pada tataran global wisatawan muslim telah membelanjakan sebesar 142 miliar dolar AS pada tahun yang sama atau 11% dari pengeluaran wisata global. Para pemimpin pasar di industri wisata halal bahkan telah menetapkan target untuk tahun 2020: yakni tumbuhnya pengeluaran hingga mencapai 233 miliar dolar. Wow, potensial banget kan?

Mengintip geliat wisata halal

Merujuk pada pengertian wisata halal di atas, maka negara tujuan turis muslim tidak melulu ke negara mayoritas muslim saja, tetapi juga ke negara-negara mayoritas nonmuslim. Sebab inti dari wisata halal adalah pola dan manajemen selama wisata, bukan merujuk pada negara muslim semata-mata. Oleh karena itulah, geliat wisata halal kini juga terasa di negara-negara nonmuslim. Itu pula yang dikerjakan oleh Cheria Wisata dengan memastikan tersedianya layanan/fasilitas halal di negara-negara nonmuslism seperti Korea, Jepang, Cina, dan kawasan Eropa.

Statistik berikut akan memperjelas bahasan di atas.

8-a
20 negara muslim yang menjadi destinasi wisata

Sebagaimana bisa dilihat, Indonesia menduduki peringkat keempat setelah Turki dan ini merupakan potensi besar jika kita mau menekuni bisnis wisata halal.Sedangkan pada grafik berikut disajikan data 20 negara nonmuslim yang ramai dikunjungi sebagai destinasi wisata dunia. Beberapa negara di antaranya telah mengadopsi wisata halal yang juga menawarkan pasar menggiurkan bagi kita yang mau menggeluti bisnis ini. Tertarik?

8
20 negara nonmuslim yang menjadi destinasi wisata

Korea, Cina, dan Jepang

Di Korea tercatat telah ada 130 restoran muslim di mana 14 di antaranya sudah
mendapatkan sertifikat halal. Makin tenang kan wisata ke negara yang terkenal dengan drakornya? Hehe. Dengan tingkat kunjungan sebanyak 900 turis muslim pada tahun 2015, Korea kini menyediakan 15 masjid beserta 40 tempat ibadah atau musala di tempat-tempat wisata populer seperti Nami Island dan Bandara Incheon International. Kota Itaewon, bahkan memiliki banyak restoran penyedia makanan halal.

Beda Korea, beda di Cina. Karena memiliki Taman Budaya Islam Cina, maka wisatawan muslim lebih banyak lagi yang tertarik datang ke negeri Tirai Bambu. Berlokasi di Kampung Najia, Daerah Otonom Hui Ningxia yang juga berdekatan dengan Masjid Najiahu yang tersohor, taman tersebut menjadi satu-satunya taman budaya Islam di Cina yang sengaja dibangun untuk memamerkan arsitektur Islam, cara hidup masyarakat Islam, makanan Islam serta perkembangan agama Islam di Cina. Mau tahu kayak apa indahnya taman itu?

larismanisbisniswisatahalal_page_12
Memukau dari jauh

Bagaimana dengan negera tetangganya? Jepang lebih revolusioner soal pariwisata. Pemerintah menerapkan kebijakan peniadaan visa bagi wisatawan Asia Tenggara yang ingin mengunjungi Negeri Matahari Terbit ini. Adapun jumlah wisatawan muslim yang berkunjung ke negara itu ternyata meningkat sebesar 37% pada tahun 2013. Asal tahu saja bahwa kini restoran di sana sudah mulai menyediakan pilihan menu halal dan tanpa menyajikan minuman beralkohol. Ini tentu perubahan yang positif dalam mendongkrak kinerja pariwisata. Selain itu, pemerintah Jepang terus melakukan pembangunan guna menyediakan tempat ibadah bagi turis muslim.

Salah satu buktinya adalah kehadiran Camii Mosque atau dikenal juga dengan Tokyo Mosque sebagai masjid paling megah dan berukuran besar yang berlokasi tepat di Tokyo. Masjid mewah ini berada di distrik Oyama-cho, Shibuya yang dibangun dengan mengadopsi gaya arsitektur khas Turki yang sangat menawan. Dari sini kita bisa simpulkan bahwa bisnis wisata halal nyata-nyata punya prospek menjanjikan untuk kita garap karena bukan hanya di negara-negara muslim saja.

larismanisbisniswisatahalal_page_13
Keindahan yang menawan

Demi memastikan agar semua komponen halal betul-betul terpenuhi untuk wisata halal di Jepang, direktur utama Cheria Wisata Silvia Anggraeni bahkan langsung menyambangi secara pribadi salah salah satu dapur resto halal di negara tersebut. Bagi beliau, selembar sertifikat halal tentu perlu dikonfirmasi melalui kunjungan langsung agar memantapkan promosi kepada calon klien.

This slideshow requires JavaScript.

Buku fenomenal

Selain di tiga negara tersebut, Cheriatna juga menuliskan geliat wisata halal di Eropa dan tentu saja di tanah air tercinta, Indonesia yang tengah berbenah di segala sisi agar siap menyongsong tahun 2020 sebagai negara terunggul dalam hal pariwisata halal. Kabar baiknya, pasar bisnis wisata halal ini masih terbuka lebar. Sebab kalangan nonmuslim pun ternyata menyambut baik wisata halal ini. Mereka berminat terhadap wisata seperti ini lantaran kegiatan malam selama tur bisa lebih positif tanpa hiburan yang meresahkan terutama bagi bapak-bapak. Belum lagi tersedianya makanan halal yang menurut mereka leih terjaga kebersihannya.

Berbagai informasi seperti ini tak mungkin saya ketahui tanpa membaca buku Cheriatna. Bolehlah saya menyebut bukunya sebagai karya fenomenal. Buku ini istimewa dengan beberapa alasan. Pertama, isinya mengandung kebaruan dalam hal tema. Cheriatna cerdik menangkap peluang merebut hati pembaca dengan menyajikan seluk-beluk bisnis yang masih aktual. Sependek pengetahuan saya, belum ada buku sejenis yang dilempar ke pasaran. Dengan tambahan konten dan beberapa foto lagi, buku ini bisa dicetak secara massal dan akan menemukan pembaca yang lebih luas.

Kedua, bahasa yang digunakan sangat lugas, to the point, dan mudah dipahami tanpa menimbulkan kesalahpahaman selama membaca. Setiap poin ditampilkan dengan kalimat-kalimat keseharian yang bisa dikonsumsi oleh pembaca dari semua kalangan. Contoh-contoh yang dihadirkannya pun faktual dan bisa dicek validitasnya melalui mesin pencari.

Ketiga, bukunya menarik lantaran ditulis oleh seorang praktisi yang memang berkecimpung dalam bisnis yang dibahas. Bukan teori semata atau sekadar rencana belaka. Cara-cara promosi wisata yang ia tampilkan di buku ini sudah pernah ia tempuh sendiri dan terbukti ampuh. Testimoni para pengguna jasa Cheria Wisata, termasuk artis beken di akhir buku, semakin memperkuat relevansi untuk membaca isi buku ini. Intinya, buku Laris Manis Bisnis Wisata Halal ini bisa menjadi buku bisnis praktis sebagai pedoman bagi pebisnis mula–entah yang minim ataupun bahkan tanpa modal.

451_slider2
Gambar dari http://www.cappadociaballoonbookings.com

Empat, kelebihan buku ini terletak pada sisipan informasi berupa Daftar 6 Destinasi Wisata Halal Andalan yang disertakan oleh penulis. Enam destinasi yang meliputi Turki, Korea, Cina, Jepang, Hongkong dan Eropa ini disajikan dengan itinerary yang lengkap sehingga memberi gambaran jelas bagi kita yang akan berpelesiran. Dan gongnya adalah ditampilkannya foto-foto eksotis beberapa tempat terkenal mulai dari Tembok Raksasa Cina hingga balon udara di Cappadocia. Jelas membuat pembaca semakin ngiler untuk bisa bergabung dalam wisata keren ini.

Nah, pengin banget keliling dunia tapi minim rupiah? Atau tertarik mengikuti jejak pasutri Imam dan Siti Nurhayati yang menekuni bisnis wisata padahal dengan keterbatasan modal? Baca buku ini deh. Mumpung masih gratis bisa diunduh di sini. Dijamin bakal tambah ilmu dan semangat untuk menggeluti bisnis wisata halal yang semakin laris ini. Apalagi Cheriatna juga berbaik hati membagikan empat langkah sebelum memulai bisnis ini, masih ditambah bocoran kiat aplikatif untuk mendigitalkan bisnis kita.

Dua catatan

Ada dua catatan kekurangan buku ini. Pertama typo atau salah eja, misalnya pada Kagoshima yang ditulis Kagsoshima di halaman 5. Lalu penulisan koma yang kurang tepat setelah tanda tanya, seperti pada kalimat “...mungkin semua kita berpikiran pesawat itu mau ke mana?, asyik sekali bisa ada diatas sana?, kitapun …” (hal. 5). Harusnya tertulis, “…mungkin kita semua berpikiran pesawat itu mau ke mana? Asyik sekali bisa ada di atas sana? Kita pun …” 

16174956_1463576136999513_8306703940846712745_nCatatan kedua adalah soal sistematika penulisan. Saya tidak menemukan informasi seputar siapa saja yang berperan mengerjakan buku ini. Meskipun berupa sebuah ebook yang diunduh dan bukan dicetak, akan lebih bagus bila dicantumkan daftar penulis, editor, layouter, dan sebagainya di halaman awal buku. Ini sebagai penghargaan terhadap karya kreatif mereka yang berperan–kendatipun itu hanya berupa satu orang saja, misalnya. Selain itu, saat buku diresensi, maka himpunan informasi berupa nama-nama yang ikut menyukseskan penerbitan ebook itu akan bisa dituliskan di awal resensi buku sebagai gambaran bagi pembaca.

Hal lainnya adalah ketiadaan daftar isi yang sangat krusial untuk mempermudah proses pembacaan, terutama saat dibaca di ponsel pintar. Untunglah ketebalan buku menyelamatkan kekurangan ini sehingga kita tidak harus berpaku pada halaman pada daftar isi. Cukup terus menggulung naskah ke bawah hingga tuntas semua informasi dalam buku.

Dengan pemeriksaan lebih teliti, buku ini akan semakin solid jika bisa dibuat dalam versi cetak dan menjangkau pembaca lebih besar. Kelemahan tersebut tentu tak mengurangi kenikmatan menyedot ilmu dari penulis sesuai kepakarannya. Jadi jangan ragu, jangan tunggu lagi, bisnis wisata halal ini berskala global dan bisa kita intip ilmunya dari buku yang fenomenal. Yuk!

Semoga resensi buku ini bermanfaat.

26 Comments

    1. Iya, Mbak L. Bisa tenang selama perjalanan, fokus di wisata, ga waswas. Saya juga menduga gitu Mbak. Kirain dari kata ceria, tapi kok ada tambahan huruf hari. Berarti dari nama pemilik ya.

      Like

  1. Wah, anaknya ada 9, produktif banget ya mirip Pak Kyai Pak Kyai, sukses ya Pak Cheriatna, sukses juga buat admin blog ini, Mas Rudy G. Aswan 🙂

    Like

    1. Iya, Mas. Pasukan banyak malah bikin solid. Bisa belajar bisnis wisata dari buku ini. Download juga yuk, Mas. Terima kasih. Semoga sukses juga dengan resolusi tahun 2017 ya.

      Like

    1. Betul banget, Mas. Potensi ke depan sangat besar dan peluang bisnisnya masih terbuka lebar. Ngomong-ngomong soal Lombok, kota ini pun mendapat penghargaan untuk kategori wisata halal loh.

      Like

  2. Wisata halalnya traveling kah ? Aku bacanya kok belum dapat, itu wisata halalnya apa ya ?
    Wii..gawat aku nih! Otak eror ka pa!

    Like

Tinggalkan jejak