Kehilangan Belum Tentu Kerugian

FACEBOOK PUNYA CARA sendiri untuk memanjakan penggunanya. Salah satunya melalui fitur On This Day yang mengingatkan kita pada status yang pernah kita unggah setahun atau sekian tahun lalu di tanggal yang sama.

Meski terlihat sederhana, namun fitur ini punya dampak yang besar. Jika status itu berbentuk kalimat kebahagiaan, maka kita bisa melambung dalam balon kegembiraan hanya dengan mengingatnya. Semacam melodi memori yang menghibur hati. Sebaliknya, bila kata-kata dalam status itu mencerminkan kesedihan, maka kita cukup mengenang ya sebagai setitik pengalaman pahit yang tak perlu kita khawatirkan lagi karena kita sekarang telah menjadi pribadi yang berbeda, yang lebih kuat dan enggak baper.

Tentang kuda yang hilang

Beberapa hari lalu Mark dan timnya mengirim sinyal memori tentang sebuah status yang pernah saya tulis di Facebook. Saya menulis sebuah peribahasa Cina yang berbunyi, Saiweng Shima, Yanzhi Feifu. Sebagai seorang yang pernah mempelajari bahasa Mandarin, saya pun belajar soal peribahasanya. Secara harfiah, kata-kata itu berarti: lelaki tua yang kehilangan kuda, bukanlah kemalangan.

Konon di sebuah perbatasan negara Cina hiduplah seorang lelaki tua. Suatu hari kuda milik Pak Tua ini tiba-tiba hilang. Raib entah ke mana. Lazimnya orang yang tengah dirundung kehilangan, ia pun dihibur oleh para tetangga pascakehilangan itu. Anehnya, Pak Tua sama sekali tidak menampakkan kesedihan. Menurut pendapatnya, hilangnya kuda mungkin akan menjadi hal yang baik. Ucapannya terbukti. Beberapa bulan kemudian kudanya yang hilang pulang ke rumahnya bahkan dengan membawa seekor kuda lain yang jauh lebih bagus.

Para tetangga datang lagi untuk memberi ucapan selamat. Namun sekali lagi, Pak Tua punya pandangan lain tentang kembalinya si kuda. Boleh jadi nasib baik itu akan berubah menjadi hal buruk di kemudian hari. Anehnya, ucapannya sekali lagi benar. Selang beberapa hari, putranya terjatuh dari kuda baru tersebut saat menunggang. Kakinya patah dan ia lumpuh seumur hidup. Justru karena cacat itulah, sang putra akhirnya tidak dipilih untuk ikut wajib militer yang saat itu diberlakukan. Dia hidup damai bersama Pak Tua dan keluarganya.

Kini orang Tiongkok kerap menggunakan frasa saiweng shima untuk menghibur orang lain yang mengalami kemalangan. Intinya, jangan menepuk dada saat mendapat hal baik sebab itu bisa berubah menjadi hal buruk. Dan hal yang sepertinya terlihat sial boleh jadi akan membawa keberuntungan untuk kita. Orang Barat menyebutnya blessing in disguise. Di balik musibah ada berkah.

blessing-or-blessing-in-disguise-jf

Pasti ada gunanya

Saya pernah merenung kenapa saya tidak lahir dalam keluarga kaya raya yang bisa minta apa saja. Namun bila benar saya lahir dalam keluarga seperti itu, barangkali saya akan lalai dan malah tidak menghargai nikmatnya bekerja keras dan mengejar impian dengan susah payah. Mencapai sesuatu berkat usaha keras tentu berbeda nikmatnya dibanding meminta semata-mata dari orangtua.

Mungkin Anda merasa tidak pintar, tidak tampan, tidak cantik, tidak kaya, tidak piawai dalam segala sesuatu, tidak punya hal-hal yang orang lain miliki, janganlah kecewa–jangan galau. Kondisi yang kita alami selalu punya tujuan, ada manfaatnya. Cukuplah dengan bergerak dan berusaha agar kondisi itu bisa dioptimalkan demi memberi kebaikan untuk kehidupan kita.

Ditinggal orang tersayang? Jangan meradang. Kehilangan benda atau materi? Tak perlu emosi. Semua akan diganti dengan yang lebih baik. Alih-alih bersedih dan mengutuk diri, lebih baik beraksi dan memanfaatkan peluang yang ada. Peluang memang tidak selalu menjanjikan uang, tetapi akan menuntun kepada pengalaman yang akan membuka kran rezeki dan kesuksesan.

4 Comments

Tinggalkan jejak