English Nook: Tanyalah, Maka Kau Dapat Pulsa

SEPEKAN YANG LALU sebuah pesan masuk ke kotak email melalui fitur newsletter yang telah saya langgani. Pengirimnya Bang Jay (Jaya Setiabudi) sang pendiri komunitas Yukbisnis sekaligus pengusaha berpengalaman. Salah satu bukunya memang sangat menginspirasi. Saya merekomendasikan The Power of Kepepet bagi BBC Mania yang ingin memulai wirausaha atau langkah entrepreneurship.

Namun bukan buku itu yang menggerakkan saya untuk menulis post ini. Isi emailnya membuat saya speechless, galau, kalut, dan merenung selama beberapa hari. Saya tersentak tentang topik dunia properti yang ia sampaikan. Bahasan itu menemukan momentumnya kemarin saat Hari Buruh Internasional. Betapa tidak, May Day biasanya menjadi momen untuk mengulik pola relasi kapitalisme dan marginalitas pekerja atau buruh.

Siap bertanggung jawab?

Bang Jay menulis tentang keserakahan yang terjadi di dunia properti. Rumah-rumah terus dibangun lalu dibeli orang-orang tertentu padahal tidak dihuni–hanya sebagai bentuk investasi. Soal ini memang bisa memicu perdebatan, mengingat setiap orang memiliki pertimbangan dan preferensi masing-masing sesuai pilihan hidupnya, lebih-lebih soal ekonomi.

Namun yang menarik dan yang menyetrum saya adalah bagian berikut.

Suka-suka gue donk Mas, kan duit gue sendiri.”

Betul sekali, tapi ingat lho, duitmu itu titipan Allah, yang akan ‘diaudit’ penggunaannya di akhirat nanti.

Mengutip Antaranews, Bang Jay menuliskan bahwa kebutuhan perumahan yang belum terpenuhi (backlog) di tanah air telah mencapai 13,5 juta unit. Di satu sisi, banyak rakyat yang kesulitan punya rumah sementara sekelompok lain merenteng aset properti seolah tanpa batas atau kata cukup.

Saya tak tahu soal properti. Namun soal audit titipan oleh Allah bukanlah hal baru dalam agama yang saya anut. Harta, anak, dan ilmu adalah titipan yang pasti akan dimintai pertanggungjawaban. Dan bertanggung jawab atas itu semua bukan perkara gampang. Konon Nabi Muhammad tidak pernah membiarkan harta tersisa di rumahnya kecuali selalu didonasikan kepada orang yang membutuhkan.

nook

English Nook!

Suatu hari selepas memimpin shalat, beliau tergopoh pulang yang segera menimbulkan rasa penasaran bagi para sahabat. Ternyata beliau teringat akan sepenggal harta yang masih tersimpan di rumah dan belum disedekahkan. Begitulah kehati-hatian beliau agar pertanggungjawaban di akhirat kelak berjalan lancar. Itu kaliber seorang nabi.

Saya tentu saja jauh dari berkelimpahan aset properti atau harta bernilai ekonomi tinggi. Tapi itu tidak melepaskan diri saya untuk tidak mempertanggungjawabkan kepemilikan atau titipan. Saya segera melakukan investigasi. Dan ternyata ada titipan yang masih mangkrak alias belum saya berdayakan. Saya pernah kuliah dan belajar bahasa Inggris. Dahulu saya dan istri pernah mengelola les gratis bernama Bright English Institute (BEI) di Bogor.

Setelah berjalan selama tiga tahun, kami pindah rumah sehingga BEI vakum. Saya yakin betul kalau setitik kemampuan ini bakal ditanyakan pemanfaatannya. Saya memang berniat menghidupkan lagi BEI namun masih banyak yang perlu disiapkan. Nah, demi mengurangi keresahan dan semoga memudahkan pertanggungjawaban sedikit ilmu yang dititipkan, maka saya membuka page baru bertajuk English Nook di blog ini.

Sejak hari ini, 2 Mei 2017, bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional, BBC Mania bisa mengajukan pertanyaan apa pun terntang bahasa Inggris yang akan saya coba jawab sesuai kemampuan dan pengetahuan. Untuk pertanyaan yang masuk hingga 17 Mei, saya akan menyeleksinya guna mendapatkan pulsa 25K.

Silakan bertanya dengan klik di sini. Semoga saya bisa membantu. Terima kasih.

9 Comments

  1. Wainiii.. Saya dulu sempat kuliah di jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Mas. Tapi ngga selesai. 😦
    Mau memulai berbahasa inggris lagi, tapi kalau ngga ada lawan bicaranya kan susah yaa..
    Mau nulis, tapi ingatan tentang structure-nya hilang. Huwaaaa.. 😥

    By the way Mas, apa Mas Belalang juga berbahasa inggris dengan anak-anak di rumah?

    Like

    1. Enggak, Mbak. Anak anak tetap prioritas berbahasa Indonesia dan sekarang belajar bahasa Jawa setelah pindah ke kampung halaman. Bahasa inggris tetap belajar tapi sebagai bahasa asing.

      Like

  2. Halo…. saya mau tanya tapi bingung hehehe…Begini deh, zaman sekarang mau les English rata2 bayarnya mahal, belum tentu pula bisa lancar seperti air hasilnya ya tergantung ‘practice makes perfect’. Bagaimana cara tepat untuk memperlancar English dalam bahasa sehari2? Bagusnya nyebur langsung ke luar negeri sih cuma rasanya blm bisa tuh. Makasih 😄

    Like

    1. Kalau untuk dewasa, bagusnya bikin klub atau kelompok gitu lalu praktik bercakap-cakap. Bila kesulitan, bisa mengundang pembicara yang berkompeten. Kalau les akan sia-sia bila tidak ada praktik aktif.

      Like

    1. Tergantung prioritas dan kondisi keluarga sih, Mbak. Kalau memang pengin lebih fasih dan unggul, bisa tambah les. Baik itu les di tempat kursus maupun via Internet yang berbayar. Bila kondisi finansial dan waktu anak ada, tak apa ikut kursus.

      Like

  3. Wah, sangat bermanfaat pasti page-nya terutama buat aku. Kalau aku masih suka bingung tentang penggunaan kata, misalnya untuk apa, disebut untuk siapa ya kira-kira-kira home sama house, dll. Berhubung ada yang mengganjal langsung cuss ke page ah 😀

    Like

Tinggalkan jejak