5 Alasan Orang Menunda Pekerjaan

tunda2ALASAN ORANG MENUNDA pekerjaan sangat beragam. Bermacam-macam alasan, sama banyaknya dengan jenis pekerjaan yang ditunda. Apa pun alasannya, menunda pekerjaan ternyata memang sering terjadi dan kadang malah sudah menjadi ‘hobi’. Sejumlah orang malah dengan eksplisit mengaku sebagai procrastinator atau tukang tunda, entah dengan maksud apa menampilkan status sepeti itu.

Omong-omong soal menunda pekerjaan, saya jadi teringat pada komentar seorang dosen killer belasan tahun silam saat mengomentari beberapa mahasiswa yang terlambat atau bahkan gagal menyerahkan tugas paper mata kuliah yang diampunya. “Mau cepat atau lama mengerjakannya, tetap saja: hasilnya sama-sama jelek!” Begitu sergahnya yang segera disambut dengan pandangan kecut para mahasiswa tersindir sambil diam-diam mengamininya.

Saya termasuk di barisan mahasiswa itu, dan siapa bilang sifat negatif itu mudah dikikis. Walau jarang, namun kecenderungan menunda tugas atau pekerjaan tertentu dalam hidup sehari-hari sangat besar dan menggoda. Apa saja alasan yang mendorong orang untuk menunda pekerjaan? Berikut lima di antaranya versi BBC.

1. Punya waktu banyak

Alasan pertama mengapa orang tergoda untuk menunda-nunda pekerjaan adalah merasa bahwa alokasi waktu untuk menuntaskan tugas itu masih cukup banyak. Saat menerima tugas itu, tanggal tenggat atau deadline masih jauh sehingga ada kesempatan untuk berleha-leha sampai suatu titik dia harus mulai menyentuh pekerjaan tersebut.

Contoh paling mudah adalah menunda tulisan untuk lomba blog. Lantaran tenggat pengiriman masih lama, bloger kerap menyimpan informasi seputar lomba dalam buku catatan atau bookmark browser yang akhirnya berujung pada terlupakannya lomba-lomba itu sampai tanggalnya kedaluwarsa. Padahal bila info itu segera ditindaklanjuti dengan penyusunan draft atau minimal kerangka tulisan, maka besar kemungkinan ada salah satunya yang bisa dieksekusi hingga tuntas.

Tugas kuliah atau sekolah kadang tak jauh berbeda. Merasa tenggat masih jauh, pelajar atau mahasiswa asyik bermain dengan teman hingga akhirnya kelimpungan mengerjakan tugas dengan tergesa. Sebagai dampaknya, hasil pekerjaan memang jadi tidak optimal. Padahal bila dikerjakan secepatnya, minimal tidak perlu begadang toh dengan kualitas tugas yang sama-sama memprihatinkan.

Perasaan bahwa waktu kita masih banyak boleh jadi sebenarnya adalah ilusi, dan sangat berbahaya. Kita semua paham tenggat sebuah tugas atau jangka waktu kita hidup di dunia ini punya timeline yang terukur. Merasa punya banyak waktu sebelum mengumpulkan tugas membuat kita abai terhadap kualitas pekerjaan. Sama halnya dengan perasaan berlimpah waktu lalu menunda berbuat baik dan tobat tanpa sadar bahwa kematian bisa menjemput kapan saja.

2. Pekerjaan dirasa mudah

Alasan berikutnya kenapa orang menunda tugas atau pekerjaan adalah lantaran tugasnya dirasa mudah. Karena mudah dan merasa sudah menguasai ilmunya, maka pekerjaan itu bisa diundur nanti-nanti dan bakal diselesaikan dalam tempo yang singkat sebelum tenggat tiba dengan hasil yang bermutu.

Kendati benar-benar mudah, sifat menunda karena alasan ini sebetulnya kontraproduktif. Seandainya dikerjakan sejak awal, maka waktu yang tersedia selepas tugas tuntas bisa dimanfaatkan untuk hal-hal lain yang menunjang dan menghasilkan. Jangan meremehkan sebuah pekerjaan sebagai hal mudah sebab tanpa waktu yang cukup kita bisa saja tersiksa saat terlupa.

3. Pekerjaan dianggap sulit

Berkebalikan dengan alasan kedua, tingkat kesulitan tugas atau pekerjaan juga kerap menggoda orang untuk menunda. Sebab dianggap sulit, maka pekerjaan itu ditunda-tunda terus lantaran tak ingin berjibaku dengan kesulitan yang mungkin bakal bikin stres. Ia menunda pengerjaan dengan harapan bisa mengumpulkan kekuatan dahulu sambil mendapat ilham untuk menuntaskannya dengan brilian.

Alakazam! Alih-alih terselesaikan, tugas itu malah teronggok rapi di sudut folder komputer sampai tenggat menyambangi. Bukan ilham atau kekuatan yang didapat setelah sekian waktu dilalui dengan leha-leha, melainkan kekalutan dan penyesalan berat kenapa tak segera dicicil sejak semula. Hasil jelek masih lebih bagus ketimbang tak dikerjakan sama sekali sebab pekerjaan tuntas masih bisa dikoreksi atau diperbaiki. Kata Dee Lestari, kalau karya belum ada, apa yang mau dikomentari? Minimal ya berkarya dulu, seperti apa pun kualitasnya. Yang penting ada.

4. Bukan kewajiban

Alasan lain orang menunda tugas atau pekerjaan adalah merasa bahwa tugas yang dibebankan padanya tidak mengikat secara hukum, dalam pengertian seluas-luasnya. Dalam dunia kerja, mungkin suatu pekerjaan diberikan sekadar untuk meringankan beban teman yang kewalahan sehingga tak ada dorongan autentik untuk menuntaskannya. Selesai tak selesai toh tak akan terlalu berpengaruh padanya.

Atau dalam lingkup yang lebih luas, kita mungkin enggan melakukan sesuatu lantaran orang lain juga tak mengerjakannya. Sebutlah buang sampah, di mana-mana kita jumpai orang menebar kemasan sisa makanan dengan leluasa–dari kota hingga desa. Biarlah gerakan hidup bersih kita jadikan slogan emas yang tercetak di plakat dan dinding tempat umum belaka. Buang sampah pada tempatnya belum mendesak, bisa nanti-nanti, mungkin menanti banjir meluap dari kali.

5. Tak ada imbalan

Reward kadang jadi motivasi kita untuk melakukan sesuatu, termasuk menuntaskan sebuah pekerjaan. Tugas-tugas yang garing alias tidak bikin rekening basah tak jarang membuat saya ogah menyentuhnya. Misalnya dimintai tolong orang lain untuk membuat sesuatu sesuai kemampuan kita, sangat mungkin ada getaran di hati untuk mengerjakannya nanti-nanti saja lantaran tak ada imbalan yang dijanjikan.

Beberapa waktu lalu blogosphere sempat heboh menyusul insiden sejumlah bloger yang diundang ke sebuah event tapi menolak menulis reportase dari acara tersebut. Bloger lain menyayangkan dan menyebut itu tindakan tak beretika dan memalukan. Saya sependapat, karena kehadiran kita di sebuah undangan memang untuk membantu menyiarkan gelegar acara itu (biasanya) selepas acara–dan lazimnya sudah diinformasikan sejak awal tentang harapan penyelenggara/pengundang.

Barangkali ada beberapa bloger yang berniat menulis reportasenya, namun karena ditunda terus dan tidak ada iming-iming insentif, jadilah reportase gagal dibuat dan diunggah di blog. Contoh lain? Sila cari sendiri, BBC Mania! 🙂

Itulah lima alasan orang menunda pekerjaan atau tugas sehari-hari. Adakah yang mau menambahkan atau mengoreksi? Selamat ber-Senin, manteman! Semangat terus ya ….

 

 

11 Comments

  1. Tambahi ya. Mas Belalang

    Malas. Iya rasa malas sering jadi pemicu untuk menunda pekerjaan.
    Hal ini bisa kita atasi dengan harus mengubah cara pandang.
    Lakukan pekerjaan saat itu juga, jangan pikirkan hal-hal lain!

    Berikutnya adalah kurangnya apresiasi terhadap diri sendiri.
    Untuk itu kudu buat komitmen, jika berhasil melakukan pekerjaan, me time, hadiahi diri sendiri kenikmatan.
    Segelas teh tarik hangat misalnya :).

    Gimana, setuju, Mas?

    Liked by 2 people

  2. Setuju dengan kelimanya… Walaupun poin 2 dan 3 bisa disatukan, tergantung tipe orangnya seperti apa. Karena memang ada dua tipe orang. Orang yang simple akan mengerjakan yang dia rasa mudah terlebih dahulu. Sedangkan orang yang suka tantangan, akan lebih memilih untuk mengerjakan yang sulit terlebih dahulu.

    Liked by 1 person

  3. Kalau aku hmmmm, no 3 kayaknya haha. Tapi alhamdulillah sih selalu menulis tepat sebelum DL.
    Saya gagal paham kalau ada blogger udah diundang event dgn kewajiban nulis tapi gk nulis, lha kan dia blogger (yng ngeblog yg nulis…..)

    Like

Tinggalkan jejak