Kopi Ayam Merak, Sangit Harum Enak Bikin Mata Terbelalak

ayam

Kopi sudah menjadi minuman wajib bagi kami sekeluarga setiap hari. Bukan hanya saya dan istri, tetapi juga duo jagoan R dan B meskipun tentu saja dengan kadar berbeda. Mulai dari teman makan atau mengudap, hingga bercengkerama bersama keluarga, kopi hampir tak pernah absen sebagai kuliner penghangat kebersamaan.

Sebagai konsekuensi logis hobi ini, stok kopi tak boleh terbatas. Harus ada beberapa jenis kopi tersedia di rumah agar setiap kali muncul hasrat ingin ngopi maka keinginan itu bisa terpenuhi. Tak elok banget kalau gairah ngopi meletup-letup sedangkan persediaan kopi malah sudah tandas kan?

Hampir semua jenis kopi kami sukai. Mulai dari kopi bermerek di pasaran hingga kopi lokal dengan merek yang belum dikenal secara nasional. Beberapa ulasannya pernah saya unggah di blog ini yang bisa dikulik melalui tag Kopi. Pengalaman ngopi dari berbagai jenis atau merek jelas meninggalkan kesan berbeda seperti yang BBC Mania bisa baca di sejumlah ulasan tersebut.

Legenda yang Direkomendasikan

Kopi terakhir yang baru saja kami stok dan tentu saja rasakan adalah kopi nasional yang mengusung nama Ayam Merak. Karena stok kopi mulai menipis, saya pun mulai bergerilya di marketplace karena masih punya saldo untuk dibelanjakan. Setelah menyelisik berbagai tipe dan merek, akhirnya mata pun tertumbuk pada Ayam Merak–dengan warna khas keemasan dan gambar mencolok ayam jago dan burung merak.

Tampilan visual segera menyihirku. Tak ragu lagi untuk memasukkannya ke dalam keranjang belanja. Apalagi setelah istri merekomendasikan kopi ini sebagai kopi legenda di Jabodetabek sejak dulu. Maklumlah karena dia lahir dan besar di Jakarta sehingga pengalaman dengan Ayam Merak tentu bukan isapan jempol belaka.

Setelah kuterima produknya, rasanya klaim itu benar adanya. Pada kemasan luar terdapat tulisan “SEDJAK 1936” tepat di atas brand name Ayam Merak. Tak perlu berlama-lama untuk terus penasaran pada merek duo unggas ini, segera kubuka kemasan sachet dan menuangkannya ke dalam cangkir andalan: Bogor!

Aroma harum seketika merebak di sekeliling ruangan rumah yang mungil ini begitu saya seduh sebungkus kopi. Langsung memikat dan ingin cepat mereguknya. Sayang sekali saya tak berhasil mendapatkan kopi murni Ayam Merak tanpa gula. Sudah mencoba menjelelajah di berbagai marketplace, tetapi nihil menemukan kopi murni.

Halus-Harum dan Sensasi Unik

Bubuk lebih halus, aroma lebih harum,” begitu kalimat yang tertulis di kemasan luar seolah hendak menegaskan keunggulan Ayam Merak. Setelah mencoba teguk demi teguk, seruput demi seuput, rasanya ini bukan klaim sepihak sebab bubuknya memang terasa lebih halus saat saya pegang dan cecap langsung tanpa air. Ini kebiasaan saya sejak kecil yakni mengudap kopi dan gula langsung tanpa diseduh karena dulu akses untuk air panas tak selalu memungkinkan.

Tumbukan yang halus rupanya punya potensi untuk mempertahankan aroma khas saat diseduh. Entahlah bagaimana rahasianya, yang jelas aroma sedap begitu terjaga saat air panas menyiram kopi. Aroma harum ini otomatis bikin saya ingin segera menyesapnya. Sedap dan enak….!!! Itulah rasa yang spontan muncul menggelitik lidah.

Saya suka, saya suka! Seolah teringat pada ekspresi kegirangan Meimei teman Upin-Ipin. Meminum secangkir Ayam Merak mau tak mau mendorong saya untuk membandingkannya dengan Kapal Api yang beberapa waktu lalu saya tulis. Meski sudah mapan sebagai pemimpin pasar kopi skala nasional, Kapal Api harus takluk pada harum Ayam Merak.

Secara pribadi, pahitnya lebih pas di lambung dan yang paling unik, Ayam Merak menawarkan sensasi ‘sangit’ yang tak ditemukan pada kopi merek lain. Saya kesulitan menemukan bahasa yang tepat untuk menggambarkan rasa Ayam Merak, namun sensasi ‘sangit’ rasanya pas menggambarkannya. Sangat unique dan favorable. Ini citarasa khas yang bikin saya dan istri semringah. Yeehaaa!

Sepuluh sachet Ayam Merak @25 gram perlahan-lahan tandas, berkurang hanya tinggal 3 bungkus setelah tiga hari berlalu. Seperti cerita masa lalunya, istri rupanya begitu menggandrungi Ayam Merak hingga sehari kami bisa menyeduh kira-kira tiga sachet–padahal rekor kami sejauh ini maksimal dua kali sehari.

Harum alami Ayam Merak plus sensasi ‘sangit’-nya kayaknya bakal bikin kami jatuh cinta pada pandangan pertama. Namun yang enggak kalah penting, kami masih berjuang mendapatkan kopi merek ini versi bubuk murni yang dijual tanpa gula. Pagi ini secangkir kopi Ayam Merak sudah siap di meja, hmmm…haruuum! Enaknya bikin mata terbelalak, siap bekerja lagi gaes. Sudah ngopi, BBC Mania?

12 Comments

    1. Gimana ya? Seperti sangrai yang overcooked tapi bukan gosong. Rasanya jadi unik dan ngaruh ke harumnya. Belum pernah ngerasain kopi dicampur arang dibakar jadi belum bisa bandingin hehe.

      Like

  1. Kl mau pesen kopi cap ayam merak yg kemasan besar d mana ya … Yg tau info ke 081904360346 makasih

    Like

Tinggalkan jejak