Pekalongan Banyuwangi, Pesona Kenangan dan Sihir Kopi

Walaupun bukan travelblog, blog ini sesekali menyajikan tulisan-tulisan bertema pelesiran. Memang berbeda dari travel blogger yang lokasi wisatanya menjangkau sudut-sudut Nusantara dan tak jarang penuh eksotisme. Sebaliknya, saya hanya mengunggah tulisan traveling ala ala karena kebetulan pernah mengunjungi suatu tempat untuk sebuah keperluan, bukan semata-mata mengincarnya sebagai objek wisata idaman.

Kegiatan blogging memang menyenangkan. Bukan hanya bertambah teman atau kenalan, tapi peluang mengunjungi tempat baru juga besar. Seperti saat blogger gathering dihelat tahun lalu di Pekalongan, Jawa Tengah. Acara bertajuk APNE atau Amazing Petung National Explore itu mengantarkan saya mengenal banyak bloger keren yang hingga kini masih eksis menulis dan masih aktif saling berinteraksi. Banyak ilmu dan pengalaman yang mereka berikan secara tak sengaja.

Sihir kopi liar

Salah satu benda yang tak lekang oleh pupusnya kunjungan adalah kopi. Biji ajaib ini jika dihaluskan memang sangat sedap dan menguarkan sihir yang alami. Diseduh dengan air yang panasnya pas, serbuk dari biji-biji pilihan akan menciptakan sensasi unik yang mungkin sulit dilukiskan dengan kata-kata. Saking nikmat rasanya, boleh jadi kata-kata tak cukup mewakili. Seperti saat mencicipi kopi owa khas Pekalongan yang diproduksi dari Hutan Sokokembang, Petungkriyono.

Tahun 2017 saya berani menahbiskan kopi owa sebagai kopi terenak yang pernah saya minum. Ketika menyeruputnya suatu pagi sebelum memasuki gerbang Hutan Petungkriyono, gurih dan nikmatnya sangat istimewa. Saya patut menduga cita rasa itu terbentuk lantaran kopi owa tumbuh secara liar tanpa campur tangan manusia seperti kopi perkebunan lain. Selain menyiangi rumput dan merapikan cabang-cabang, para petani lokal praktis tidak melakukan apa-apa termasuk perabukan.

Tak heran jika rasanya sangat eksotis seperti eksotisme hutan yang menumbuhkannya. Namun sebagai konsekuensi keliarannya, volume kopi owa tak tersedia banyak seperti kopi pabrikan lain. Saya pernah memesannya dua bulan lalu dan hingga kini belum juga dikabari oleh produsen, hehe. Kendati begitu, pesona kenangan Pekalongan jelas sangat mengesankan hingga saya tulis dalam lima kali etape.

When kopi osing stings

Bulan Mei datanglah kopi lain dari Bumi Blambangan yaitu Banyuwangi. Meskipun berhalangan hadir di acara Kemah Sastra di sana, seorang anggota panitia berbaik hati mengirimkan kopi yang saya pesan. Tentu beserta buku antologi berjudul Senyuman Lembah Ijen yang memuat beberapa puisi saya. Tahun 2018 kopi owa dari Pekalongan terpaksa tergusur oleh kenikmatan kopi osing khas Banyuwangi.

Saya belum tahu banyak seputar kopi osing yang diproduksi oleh Sanggar Genjah Arum ini. Selain belum mengunjungi tempatnya langsung, tak banyak sumber yang membahas keunikan kopi dari kota berjuluk the sunrise of Java ini. Oleh karena itulah tahun depan setidaknya Banyuwangi harus masuk dalam itinerary. Pengin mengulik lebih jauh rahasia kenikmatan kopi osing dan mungkin mampir ke kawah Ijen untuk mengintip api birunya yang kesohor itu.

Sebenarnya ada satu kota lagi yang ingin saya kunjungi dan mungkin bukan jadi target wisata khalayak sebab lagi-lagi berkenaan dengan kopi yakni di Sumatera Barat. Tapi kali lain saja saya ungkapkan. Nah, kota mana atau tempat apa yang BBC Mania harapkan untuk bisa dikunjungi tahun depan? Kenapa pilih kota atau lokasi itu?

9 Comments

Tinggalkan jejak