Bloger Jangan Minder; Ini 9 Karakter yang Bikin Bangga Jadi Bloger

Tangan saya gemetar memegang selembar uang 5 ribuan ditambah beberapa keping recehan yang semuanya tak genap 10.000 rupiah. Apa yang bisa dibeli dari uang segitu? Jawabannya bisa sangat beragam, tergantung siapa yang memilikinya dan tingkat kebutuhannya. Yang jelas, di Bogor tahun 2012 silam, saya masih bisa makan sekali di warteg dengan catatan memesan air putih sebagai minuman.

Sayangnya saya tak mungkin makan sendiri. Ada tiga orang yang harus makan: seorang istri dan dua anak balita. Belum pupus kesedihan akibat kehilangan motor baru, kini saya lemas gara-gara gagal melobi penjaga warung untuk berutang 1 liter beras agar uang yang ada bisa kami belikan lauk. Padahal saya janji akan membayar utang nanti malam setelah seorang pembeli wingko membayar pesanannya. Akhirnya saya pulang dengan setengah liter beras dan sebungkus mi instan. Kami pun makan bertiga karena si bungsu masih mengonsumsi ASI.

Setiap mengenang kejadian itu, air mata hampir tumpah. Tak ada uang lagi selain yang bisa kami makan pagi itu: nasi dan mi. Karena alasan medis, saat itu saya tak bisa lagi bekerja kantoran dan memutuskan jadi editor freelance. Sayangnya, pekerjaan ini tak bisa diharapkan datang secara kontinu. Kadang datang gerudukan, namun sering kali kering ibarat kemarau panjang. Ketika kami dilanda kelaparan akut hari itu, saya sebenarnya tengah menanti pembayaran invoice yang terus ditunda dari sebuah penerbit.

Titik balik

Keadaan berangsur berubah ketika Anies (Zoothera) mengajak saya kembali jadi pengeblog tahun itu. Saya gunakan kata ‘kembali’ karena saya sebetulnya sudah jadi narablog sejak tahun 2007 di Multiply yang kala itu sempat digandrungi. Hanya saja selama itu kegiatan menulis di blog sekadar menulis belaka tanpa proyeksi meraup keuntungan ekonomi. Tulisan di blog juga sering tidak diperbarui. Nah, kembali jadi bloger aktif—kali ini di WordPress—ternyata memberi angin segar bagi kehidupan saya. Baik secara sosial (karena bertambah banyak teman di dunia maya) maupun finansial (berkat kemenangan lomba blog dan sesekali tulisan bersponsor).

Ngeblog lagi, mencari rezeki

Sebelum melanjutkan cerita, saya perlu menjelaskan mengapa saya menggunakan tiga kata berbeda untuk blogger: pengeblog, narablog, bloger. Alasannya sederhana: saya menyukai kata-kata yang sudah diserap atau punya padanan dalam bahasa Indonesia. Baik pengeblog, narablog, ataupun bloger sudah masuk dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) sehingga saya tak perlu repot-repot memiringkan blogger dalam setiap tulisan. Selain capek menekan tombol Ctrl + I, rasanya ada kepuasan tersendiri ketika memanfaatkan kata-kata yang sudah terdaftar dalam KBBI.

Kepuasan itu merambah pada aktivitas mengeblog. Lewat perkenalan dengan Teh Ani Bertalah saya kali pertama menerima tugas menulis dari sebuah penyedia jaringan telekomunikasi dengan imbalan yang sangat lumayan waktu itu. Kepuasan menemukan momentumnya ketika tahun 2013 saya mulai menjajal lomba blog dan keluar sebagai pemenang kedua kompetisi mengulas novel berhadiah ponsel pintar Windows yang sangat eksklusif. Tahun itu pula saya kembali mendapat gawai serupa dari lomba menulis ulasan novel yang lain.

Pengalaman itu mendorong saya untuk membulatkan tekad seputar dua hal: pertama, saya akan menekuni blogging secara serius sebab menjadi narablog ternyata bisa menopang kebutuhan; kedua, saya akan berusaha membantu sesuai kemampuan agar orang-orang di sekitar terbebas dari rasa lapar seperti yang pernah kami alami saat itu. Mengeblog bukan hanya meningkatkan keterampilan menulis, tapi juga mendongkrak pundi-pundi ekonomis. Inilah sembilan karakter yang membanggakan bloger.

1. Filantropi

Saya pernah menulis bahwa ada dua bahasa yang wajib dikuasai oleh seorang narablog. Pertama, bahasa fungsional yakni bahasa primer untuk menyampaikan gagasan dalam bentuk tulisan, misalnya bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Kedua, bahasa cinta kasih yaitu komitmen narablog untuk selalu melandasi seluruh tulisan dengan kasih sayang. Apa pun profesi utama kita, namun ketika menulis sebagai bloger, jangan pernah lupakan spirit berbagi yang mungkin membedakan kita dari warganet (netizen) pada umumnya.  

Seorang narablog asal Jambi pernah dilanda musibah. Suaminya didera penyakit jantung dan akhirnya berpulang. Lewat grup di Facebook seorang narablog lain lantas berinisiatif menghimpun dana dan terkumpullah uang yang cukup besar. Uang tersebut kemudian dimanfaatkan oleh si bloger untuk membuka toko kelontong setelah suaminya meninggal. Tak sekali pun kami pernah berjumpa, namun bahasa kasih sayang menyatukan kami dalam per-sohiblog-an yang kuat.

Kecenderungan filantropis semacam itu menjadi nilai yang membanggakan dan coba saya tiru. Beberapa blog post mengenai Berbagi Nasi meraup trafik tinggi dan mendapat respons positif dari pembaca sehingga ada yang menitipkan donasi lewat saya. Termasuk kegembiraan ketika menjadi admin dan videographer dalam komunitas Nasi Bungkus Community (NBC).

2. Kerja keras

Namanya Amir, asal Kebumen. Mengaku tamatan STM, ia semula bekerja serabutan di Jakarta, kebayakan sebagai kuli. Singkat kata, ia memutuskan menjadi bloger dan berangkat dari nol. Ia akhirnya kembali ke kampung dan serius menggeluti blogging. Kerja kerasnya tak sia-sia. Blog kini menjadi andalannya dalam mencari nafkah. Dari ratusan lomba, separuhnya pernah ia menangkan. Bukan hanya barang, uang 10 juta pun pernah ia sabet.

Sebagai orang yang sama-sama tinggal di kampung, saya belajar dari Amir tentang kerja keras. Saya mungkin sarjana, tapi kobaran semangat Amir terasa unik dan autentik. “Tak ada cara lain bagi orang daerah untuk maju selain belajar,” begitu ujarnya. Pola pikir dan attitude-nya nyaris membuat saya meragukan dia tamatan SMA. Apalagi setelah ia berhasil membangun rumah berkat hadiah mengeblog. Super!

3. Teliti

Dari Amir juga saya menyerap ketelitian. Suatu kali ia gagal menjadi pemenang lantaran tak sengaja mem-pivate akun Facebooknya. Seorang bloger memang wajib teliti. Bukan hanya menyangkut syarat dan ketentuan lomba, melainkan akurasi tulisan hingga seputar tanda baca agar tulisan enak dibaca. Ketelitian bukan untuk memilah ide lomba saja, melainkan kecermatan mengolah bahan agar punya bobot manfaat dan tidak serampangan sehingga berpotensi merugikan.     

4. Gigih

Beberapa waktu lalu Amir mengunggah cuitan di Twitter setelah kalah lomba padahal sudah all-out dan bahkan begadang hingga sakit. Kegagalan dalam aneka lomba tak perlu menghentikan langkah untuk terus menulis. Kekalahan memang sakit dan pahit, namun harus dihadapi dengan kelembaman, yakni bangkit dan semakin kuat menghadapi tantangan. Toh, kemenangan sejati seorang narablog bukanlah ketika menjuarai kompetisi belaka, melainkan saat tulisannya menciptakan magnitudo manfaat bagi pembaca, kendati tak disadari.

5. Antiplagiat

Masih segar dalam ingatan tentang seorang penulis cerpen yang terbukti melakukan plagiat atas karya orang. Bloger adalah pekerja kreatif. Di era serbadigital saat ini, sumber-sumber memang tersedia begitu berlimpah, namun jangan asal mencomot apalagi mengakui karya orang sebagai kreasi kita. Narablog sejati menghargai orisinalitas yaitu dengan mencantumkan referensi jika meminjam karya orang. Memproduksi konten orisinal jauh lebih membanggakan ketimbang jadi plagiator.

6. Pembelajar

“Belajar itu wajib, pintar itu tak harus.” Sekali lagi saya terpukau oleh pandangan Amir yang semula minder atas kondisinya. Sebagai bloger, ia mengaku terus belajar terutama cara membuat infografik dan SEO untuk tulisan. Saya sepakat bahwa narablog harus sudi mengerahkan segala potensi lewat proses belajar. Kalau stagnan, pasti tertinggal.

Google melaporkan bahwa 97% konsumen mencari produk/jasa secara online. Menurut Media Wave, tahun 2014 ada 1,5 miliar orang yang menggunakan Internet dengan 200 juta blog di seluruh dunia. Adapun di Indonesia, Marketing merilis bahwa tahun 2017 terdapat 3 juta bloger atau 3,8% dari pengguna Internet aktif di tanah air. Tahun ini statistik bisa melonjak dan persaingan dipastikan sangat sengit, maka kita wajib meningkatkan diri.

7. Pantang mengiri

Setelah pindah ke kampung dan menjadi bloger penuh waktu, saya lebih banyak mengandalkan pendapatan dari lomba. Di usia menjelang 40 tahun, saya menyaksikan sejumlah narablog muda yang sering menjuarai kompetisi. Ada Handiko, Joe, Adhie, Suga, dan Nodi yang semuanya berbakat dan kompeten. Nama terakhir yang saya sebut bahkan bikin ngiler karena prestasinya sebagai pemenang terus meroket. Boleh dibilang, setiap lomba yang diikutinya selalu ia menangkan. Bersaing dengan anak-anak muda potensial sungguh berat, namun saya tak mungkin menyerah. Alih-alih merasa iri, saya memilih mempelajari blog mereka dan kiat-kiat kesuksesan mereka.  

8. Jiwa berkompetisi

Selama hampir 7 tahun mengeblog dan ikut lomba, sifat kompetitif perlahan terbangun sebagai sebuah sistem dalam diri. Kebiasaan berkompetisi membuat saya memahami arti menulis sesungguhnya, yakni menularkan kebaikan melalui cara-cara kreatif dan positif. Semangat bersaing pun merambah ranah hidup saya yang lain, seperti kontribusi pendidikan dalam bentuk Saung Literasi.

Bersaing dalam kebaikan

9. Antiprovokasi

Tanggal 22 Oktober 2015 Antaranews menyebutkan bahwa kinerja blog dalam menyumbangkan konten pemasaran terus meningkat karena belanja iklan korporasi di media digital juga naik. Dengan gaya menulis personal dan luwes, potensi bloger memang besar dalam menyebarkan pesan apa pun. Nah, kebanggaan lain seorang blogger adalah kesanggupannya untuk menjadi filter dan menetralkan informasi. Jika warganet cenderung latah menyebarkan hoaks, bloger harus teliti dan melepaskan bias dalam memandang sebuah berita.

Saya pernah menulis blog post khusus untuk mengklarifikasi pelarangan shalat di sebuah sekolah di kota saya. Kabar yang santer beredar di medsos mendiskreditkan rezim petahana padahal setelah dicek kasus itu sudah lama usai dan sekadar kesalahpahaman bahkan disinyalir ada konflik kepentingan internal di sekolah. Kebanggaan tersendiri bagi saya dapat mengunggah sepenggal tulisan guna menetralkan kabar negatif agar tidak berkembang menjadi gesekan horisontal dan merugikan keharmonisan sosial.

Saya telah memilih bloger sebagai jalan hidup, sebagai manifestasi kepedulian antarsesama yang mungkin kian terkikis di dunia nyata. Sembilan karakter itu adalah ciri yang tidak begitu saja menempel, tapi perlu terus diupayakan oleh siapa saja yang mengaku bangga sebagai narablog pada era digital. Apa pun latar belakang Anda, bergembiralah sebagai bloger. Banyak hal yang bisa kita lakukan terutama berkontribusi positif terhadap kemajuan bangsa melalui konten yang bermanfaat. Bangga sebagai narablog berarti sudi ‘bekerja’ secara kreatif dan tulus, bukan menepuk dada karena ‘merasa’ sudah cukup mulia dan terhormat.

66 Comments

  1. Inspiratif sekali isinya, Om. Membuat saya menjadi semangat kembali untuk memperbaiki diri. Belajar lebih dalam lagi dan meningkatkan apa yang saya punya.

    Like

      1. Selamat ya Mas, sudah memenangkan lomba blognya mas Nodi. Tulisannya inspiratif sekali. Jadi banyak belajar nih dari tulisan Mas.

        Like

  2. Baca ini, aku nyadarin banget perjuanganku untuk bisa jadi bloger yang mumpuni masih jauuh banget. Bikin terharu sekaligus bersemangat bacanya

    Like

  3. Akhirnya… Mas turun gunung juga ikuti kompetisi blog ini. Terus terang saya ikut kompetisi ini karena melihat dari IG Mas, karena sebelumnya saya tidak kenal dg bung Nodi.

    Mantap banget tulisannya Mas. 9 karakter itu benar-benar dahsyat dan menggambarkan bahwa Mas adalah blogger sejati.

    Salam dari saya di Sukabumi.

    Like

  4. Terharu baca kisahnya mas Amir Mahmud. Memang inspiratif sekali beliau.
    Terima kasih Mas telah membukakan mata saya bahwa banyak hal yang bisa bikin kita bangga jadi blogger. Asal jangan terlalu berbangga diri hingga merasa sombong.

    Like

    1. Iya, Mbak. Semangatnya luar biasa, layak diccontoh bloger pemula atau manula kayak saya hehe.
      Yang penting terus menulis dan menambah pengetahuan, Mbak. Rezeki akan ikut seiring dengan bertambahnya posting dan niat yang tulus.

      Like

  5. iya loh, harus gigih kalau kena kalah. cuek aja gitu, tapi tetap peduli untuk perbaikan blog yang lebih baik.
    ngeblog itu menata mental. mental untuk rajin nulis dan memberikan yang terbaik untuk pembaca… yang entah akan dibaca atau dilewatkan begitu saja

    Like

    1. Betul, betul, betul, Kak Rhos! Sepakat deh mesti mau memperbaiki diri plus menata mental ya karena kalau enggak gitu, pas kalah bisa galau dan malah bete musuhin yang menang atau nyalahin juri.

      Like

  6. setuju banget, Mas.. blogger sejati itu anti plagiat. blogger sejati juga anti provokasi. tapi saya masih suka iri, Mas, hihi.. iri dalam arti positif tapi, bukan iri yang pendendam gitu.

    semoga sukses ya, Mas.. betewe, titik balik kita hampir bersamaan, Mas.. saya setahun setelahnya. 🙂

    Like

    1. Saya juga ngiri dalam pengertian ingin sama baiknya, Mbak, bukan sebal karena dikalahkan.
      Titik balik boleh mirip, namun lesatannya boleh jadi beda nih hehe ….

      Like

  7. “Selain capek menekan Ctrl+I”<<< ini beneran bikin ketawa.
    Saya pun males gitu kalau ada tulisan harus bold, italic, capital, dll.
    Ya, tapi kan sebenarnya gak capek-capek banget bikin pegel linu jg kali ya, pake mouse juga bisa, tinggal klik.

    Ini pasti bang amir sebelah, saya pun salut dengan beliau. Sama salutnya dengan seorang "belalang cerewet"
    Saya pun senang bisa punya beberapa perubahan setelah ngeblog, terutama perubahan diri, yang tidak bisa diukur dengan materi.

    Like

  8. Wah ternyata penuh perjuangan ya mas sampai ke titik ini. sepertinya itu yg bakal kulewatin kl terus konsisten.
    Kang Amir juga aq udh baca blognya, tulisannya bermanfaat semua
    semangat terus mas, jangan lupa untuk saling berbagi 🙂

    Like

  9. MasyaAllah… Saya baru tahu tentang mas Amir yang sebenarnya di artikel ini. Keren… Salut dan bangga. Jadi tambah semangat untuk selalu belajar dan tak menyerah dan pastinya selalu tetap rendah diri…

    Like

  10. Perasaan aku udah komen, apa aku lupa yaaakkk *tenggak Gingko Biloba*
    Intinya, grateful dan bersyukur buanget banget banget Allah menakdirkan kita jadi blogger.

    Like

  11. Terima kasih banyaak atas tulisannya yg begitu inspiratif mas. Pun saya bangga dan bahagia jadi blogger, senang bisa kenal banyak blogger yg gigih, pekerja keras, begitu kreatif, tangguh dan baik hati. Padahal belum saling ketemu di dunia nyata, namun nyatanya kehadiran dan supportnya selalu ada. Tulisan begitu powerful ya mas, terus semangaat menulis dan menginspirasi banyaak orang. Saya salah satu diantara banyak pembaca yang terinspirasi dengan tulisan-tulisan di blog ini. Sukses selalu yaa mas, aamiin

    Like

    1. Terima kasih, Lucky. Kamu muda dan berbakat, sepulang dari Koea semoga bisa berkontribusi lewat keahlian yang dimiliki ya. Punya skill khusus dan bisa menebarkannya lewat blogging, keren! Kapan kita kopdar?

      Like

  12. Waaah pantesan juara satu….tulisannya bagus banget. Inspired. Selamat ya, Mas. Ternyata ya banyak juga ex multiply come back menulis. Saya pun sempet vakum setelah multiply enggak ada. Hehehe

    Like

  13. Jujur mas, merinding saya membacanya. Sebagai seorang narablog yang baru tobat dan menekuni kembali kegiatan positif ini, saya sangat bersyukur menemukan tulisan ini serasa bertemu dengan orang inspiratif walau belum pernah bertatap muka. Terimakasih atas tulisannya, mejadi pemicu fokus untuk kembali ngeblog hehe. Selamat mas atas prestasinya. Salam hangat dan salam kenal.

    Like

  14. Mas, aku padamu 🙂 Selamattt, aku setuju banget sama 9 karakter itu. Cespleng. Dan, dari sini aku juga belajar kalo kata blogger ga perlu di-italic, wkwkwk. Terimakasih untuk letupan semangatnya. Di lomba ini masih peringkat 37 nih, next competition semoga kita bisa bersanding ya mas, aamin.

    Like

  15. Selamat atas kemenangannya, ya! Saya bekaca-kaca bacanya. Terima kasih sudah berbagi energi lewat narasi yang bisa dinikmati sampai habis. Semoga bisa terus menginspirasi 🙂

    Like

  16. Jujur saja saya baru mengetahui blog Belalang Cerewet ini, Mas. Agaknya saya memang belum berkelana jauh di dunia blog.
    Impresi pertama ketika membaca tulisan di blog ini adalah sungguh saya terkagum dengan perjuangannya sampai di titik sejauh ini, begitu menginspirasi.
    Tak salah bahwa banyak sekali pembaca blog ataupun narablog yang menerima pesan dan energi positif dari sini. Tidak terkecuali saya sendiri. Tulisan yang juga menyelipkan kisah pribadi Mas sendiri dan Mas Amir di atas sungguh membangkitkan semangat saya dalam menulis dan berkaya.
    Salam kenal dan tetaplah menginspirasi.

    Like

    1. Aduh, maaf ternyata ada salah tik. Maksud saya “…membangkitkan semangat saya dalam menulis dan berkarya.”
      Hehe

      Like

  17. Baru sekali ini mampir ke rumahnya belalangcerewet, dan saya terpana. Sungguh banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik. Thanks for writing and inspiring, Kak! Salam kenal dari Jogja.

    Like

  18. Wah baru sempat baca pemenang kompetisi Blog Nodi. Selamat ya mas! pantas bgt jadi pemenang, isinya bagus banget dah! 😀 salam kenal dari aku si blogger newbie

    Like

  19. Hai kakak,

    Berkat Kompetisi Blog Nodi, aku menemukanmu, Kak.
    Sebelumnya, selamat ya Kak atas kemenangannya.

    Aku baca artikel ini, ya ampun aku jadi sedih… Aku sudah bertahun-tahun nge-blog, tapi nggak pernah berhasil. Berawal dari nggak konsisten dan nggak tahu harus nulis apa.

    Tapi, karena blog ini, aku jadi ngerti, harusnya aku tetap semangat dan konsisten nge-blog. Belajar dan belajar terus.

    Terima kasih Kak artikelnya, sungguh menginspirasi sekali.

    Like

  20. Sungguh aku ketagihan baca tulisan Mas Rudi. Satu persatu. Mungkin jika kita gak pernah ketemu, aku gak bisa dengan mudah menemukan belalangcerewet. *iya susah nemu walang yang banyak bicara wkwk.

    Tulisan yang bernyawa. Pantesan juara 1.

    Rasanya aku memang harus banyak belajar dari bloger kawakan seperti Mas. Terimakasih sudah menulis ini ya mas. Semangaaaaat terus bloger!!! Terus nulis *sambil ngomong sama diri sendiri

    Like

    1. Wah, asku tersanjung (7), siapa ya pemerannya waktu itu? Hehe. Yang penting jangan berhenti menulis dan menambah keterampilan yang kita butuhkan walau prosesnya tentu enggak gampang. Semangat, Septi!

      Like

Tinggalkan jejak