Cara Naik Suroboyo Bus dan 4 Alasan Kenapa Kalian Harus Mencobanya

Bagaimana cara naik Suroboyo Bus? Begitu pertanyaan yang sering saya terima dari teman-teman, baik rekan sesama bloger maupun orang yang mengontak langsung melalui WhatsApp (WA). Suroboyo Bus (SB) punya banyak sebutan, salah satunya Bus Tayo karena bentuknya mirip Tayo karakter bus dalam seri animasi yang digemari anak-anak itu, juga karena bus besar ini memiliki per atau pegas yang bisa bergerak memantul seperti Tayo.

Bus Sampah adalah sebutan lain untuk SB karena tiket untuk naik bus ini diperoleh dengan menyetorkan sampah plastik air minum dalam kemasan (AMDK) yang bisa didaur ulang. Ada pula yang menamakan Bus Botol sebagaimana pernah saya dengar dari seorang penumpang yakni Pak Imam lelaki asal Madiun yang sehari-hari bekerja di Surabaya. Disebut Bus Botol lantaran sampah yang disetor untuk mendapatkan tiket konon kebanyakan berupa botol bekas air mineral baik berukuran tanggung maupun besar.

Suroboyo Bus bersiap di Halte Purabaya

Walau tinggal di Lamongan, entah sudah berapa kali saya naik Suroboyo Bus. Awalnya kami sekeluarga menjajal bus ini akhir April silam—cukup lama ya! Pengalaman naik SB pernah saya singgung dalam sebuah post, tetapi belum sedetail dalam tulisan kali ini. Sejak memilih jadi bloger penuh waktu, saya sering bepergian ke Surabaya untuk mengikuti berbagai acara atau liputan. Nah, Suroboyo Bus jadi pilihan andal untuk mengantar saya juga keluarga ke mana-mana.

Konversi stiker

Lalu bagaimana cara naik Suroboyo Bus? Kalau soal naik sih tinggal melangkahkan kaki ke dalam bus, hehe. Namun sebelum diperbolehkan masuk, kita mesti membekali diri dengan tiket yang disyaratkan. Perlu diketahui Suroboyo Bus ini adalah inovasi keren Pemkot Surabaya dalam mengurangi kemacetan, polusi udara, juga meningkatkan partisipasi publik dalam memanfaatkan transportasi umum.

Dengan tujuan itu, DKRTH Surabaya menetapkan bahwa tiket bisa diperoleh cukup dengan menukarkan sampah plastik AMDK. Siapkan KTP saat menyetor sampah. Rincian konversinya: satu stiker bisa ditukar dengan 10 gelas atau 5 botol tanggung atau 3 botol besar. Kalau tak menemukan komposisi yang pas, saya biasanya menggabungkan sampah yang kami miliki. Gunakan saja taksiran agar genap satu stiker. Dilebihkan lebih bagus.

Beda stiker dan tiket

Lalu apa beda stiker dan tiket? Stiker adalah bundaran merah mungil bertuliskan Suroboyo Bus yang ditempelkan pada kartu setor sampah. Enam bulan lalu satu pemegang KTP diperbolehkan mendapat stiker sebanyak sampah yang disetorkan. Akhir April itu saya berhasil mengonversi sampah bawaan dengan 21 stiker yang langsung menutup seluruh kartu setor sampah sebanyak 21 bundaran.

Kartu setor sampah penuh dengan stiker.

Akan tetapi, seiring waktu berjalan, banyak orang tidak bertanggung jawab bertindak nakal dengan memperjualbelikan stiker yang telah mereka dapatkan karena mereka rajin mengumpulkan sampah. Memang ada juga orang yang malas atau malu memungut dan membawa sampah menuju pos penukaran sehingga memilih jalan pintas dengan membeli stiker dari orang lain.

Fenomena ini sungguh menyedihkan karena jelas bertentangan dengan spirit awal yakni untuk meningkatkan solusi sampah plastik. Akhirnya dua bulan belakangan ini ditetapkan aturan baru yaitu satu KTP hanya diperkenankan memperoleh maksimal 10 stiker. Kalau mau lebih, ya harus menunjukkan KTP lainnya. Itu pun dengan syarat pemilik KTP harus hadir, tidak boleh diwakilkan.

Saya pernah menyaksikan seorang bapak datang dengan membawa sampah begitu banyak tapi harus rela membawa pulang sampah yang tersisa akibat aturan baru ini. Untunglah dia mengendarai mobil dan tinggal di Surabaya. Adapun saya, cuma membawa sampah senilai 12 stiker sehingga 10 ditukar stiker dan 2 sisanya langsung saya pergunakan untuk naik bersama si sulung.

Bisa bayar langsung

Jika BBC Mania bepergian sendiri dan tidak sempat menukarkan sampah dengan stiker, jangan khawatir. Anda bisa langsung membayar SB dengan konversi tiket yang disyaratkan. Seperti saya dan si sulung waktu kelebihan sampah, maka kami membawa 20 gelas plastik untuk langsung membayar di atas bus. Di dalamnya disediakan tong untuk menampung sampah bawaan penumpang tanpa stiker.

Tong untuk menampung sampah dari penumpang

Pada waktu tertentu, misalnya malam hari yang penumpangnya padat, petugas onboard SB tak jarang memprioritaskan calon penumpang yang menggunakan stiker daripada yang membawa sampah fisik. Oleh karena itu, langkah paling efektif adalah membawa sampah sesuai jumlah KTP untuk ditukarkan dengan stiker. Jadi ke mana pun kita pergi di Surabaya, kartu setor sampah itu selalu tersimpan dalam dompet atau tas.

Sejauh ini ada dua pos penukaran sampah yang pernah kami sambangi. Pertama, Halte Rajawali yang letaknya berseberangan dengan Giant Rajawali. Kami pilih halte ini karena lokasinya paling dekat dengan Stasiun Pasarturi tempat kami turun dari kereta. Pos berikutnya adalah Halte Purabaya di mana kantor SB berada. Lokasinya berada tepat di seberang peron bus antarkota di Terminal Purabaya atau Bungurasih.

Satu tiket dua jam ke mana saja

Sebenarnya kini pos penukaran sudah ditambah seiring dengan penambahan rute Suroboyo Bus. Untuk pos penukaran lain, BBC Mania bisa tanyakan langsung kepada petugas yang bersangkutan atau mengikuti akun Instagram Suroboyo Bus. Oiya, tadi saya sebutkan bahwa stiker dan tiket adalah dua hal berbeda. Begini perbedaannya.

Ketika kita naik SB, stiker yang ada di kartu setor akan dilubangi oleh petugas sesuai jumlah penumpang yang ikut bersama kita. Petugas kemudian memasukkan data ke dalam mesin yang dipegangnya guna mengeluarkan struk untuk kita simpan. Struk inilah yang berfungsi sebagai tiket dan valid kita pergunakan selama dua jam ke depan. Intinya, stiker ditukar dengan tiket berupa struk.

Jika kita membayar langsung dengan sampah di atas bus, tentu saja kita akan langsung mendapat struk karena kita tidak punya stiker hasil penukaran. Sebagai contoh, Senin 14 Oktober kemarin kami sekeluarga bepergian ke Surabaya dan naik SB dari Halte Pasarturi yang letaknya berada di samping Monumen Tugu Pahlawan. Kami naik dari Halte Pasarturi sekitar pukul 8.30 lalu turun di Halte Rajawali untuk menukarkan sampah yang kami bawa dari rumah.

Beres menukar sampah, kami pun menunggu SB menuju Halte Urip Sumoharjo, masih dengan struk/tiket yang kami terima dari Halte Pasarturi. Turun di Urip Sumoharjo, kami pun berpindah jalur melalui jembatan penyeberangan sebab kami hendak menuju toko buku Gramedia di Jl. Basuki Rachmat. Kami naik SB untuk ketiga kali tetap dengan tiket yang sama hingga turun di Halte Basra karena belum mencapai 2 jam.

jam operasi

Bagaimana dengan jam pelayanan Suroboyo Bus? SB beroperasi mulai jam 7 pagi dan berakhir pukul 10 malam. Dengan demikian, para pekerja yang ulang-alik alias komuter setiap hari bakal sangat terbantu dengan keberadaan SB. Hampir setiap 15 menit bus datang silih berganti, demikian menurut penuturan petugas SB.

Faktanya ya disesuaikan dengan kondisi kemacetan atau jalanan yang tak menentu. Namun ini bisa diakali dengan menginstal aplikasi yang akan saya jelaskan di bagian akhir tulisan ini.

Alasan Naik Suroboyo Bus

Jadi bisa dibayangkan betapa murahnya perjalanan kami karena berpindah tiga kali kendaraan tanpa merogoh kocek sepeser pun mengingat perjalanan kami masih tercakup dalam dua jam. Inilah yang membuat saya merumuskan setidaknya empat alasan naik Suroboyo Bus karena manfaat yang ditawarkannya.

1 – Murah

Sebenarnya bukan murah, tapi nyaris gratis. Saya bilang nyaris karena masih butuh usaha untuk mengumpulkan sampah AMDK. Bisa kita himpun dari air minum kita sendiri atau sampah botol yang kita pungut dari jalanan. Sewaktu Ramadan kemarin kami bahkan selalu membawa pulang gelas bekas karena banyak sekali tercecer di mana-mana di sekitar masjid atau tempat umum selepas buka puasa bersama.

Kehadiran Suroboyo Bus sungguh sangat membantu kami menghemat pengeluaran, apalagi saat meliput acara yang cukup jauh tanpa harus mengandalkan ojek daring semata. Kalaupun harus naik ojek, paling untuk jarak dekat yang masih terjangkau ketika SB tak melewati jalan depan venue acara.

2 – Praktis dan Efektif

Sebagaimana saya sebut pada poin pertama, SB dihadirkan dengan sangat cerdas untuk menghemat pengeluaran warga. Kehematan juga lantaran jalur SB yang dibuat sedemikian rupa sehingga menghubungkan tempat-tempat yang sering dikunjungi oleh warga misalnya mal seperti TP dan BG Junction, tempat wisata seperti Kebun Binatang Surabaya (KBS) dan Tugu Pahlawan, hotel-hotel seperti Bumi Hotel Surabaya dan JW Marriot, toko buku Gramedia, JX International tempat dihelat BBW kemarin, dan kampus UINSA yang juga dilewatinya.

Bahkan kini tersedia lajur sepeda yang terkoneksi ke Suroboyo Bus loh. Konektivitas ini sangat praktis dan efisien untuk mencapai berbagai tempat tanpa khawatir mengeluarkan biaya atau menguras tenaga karena berjalan terlalu jauh. Kalaupun harus berjalan kaki, jaraknya masih bisa ditoleransi misalnya untuk berpindah jalur ke jalan seberang atau karena tempat tujuan tidak tepat berada di depan halte SB. Justru bagus kita masih berkesempatan melatih otot kaki agar tetap sehat.

3 – Nyaman  

Bukan rahasia lagi, setiap kali penumpang menginjakkan kaki di dalam SB, mereka langsung merasa lega, gembira akhirnya menumpang bus yang nyaman dan mewah interiornya. Kenyamanan memang sangat diperhatikan oleh tim di balik SB. Bus-bus yang beroperasi, terutama Suroboyo Bus Tingkat (SBT) yang selalu jadi rebutan, tampak menawan dan bersih.

Saya pernah berkelakar bahwa teman yang biasanya mabuk pun jadi terbuai oleh kenyamanan SB yang memang enak ditumpangi. Kehabisan baterai dan perlu mengecas ponsel? Tenang, di atas kabin tersedia mulut kabel data untuk mengisi daya. Mau turun juga praktis, tak perlu teriak-teriak karena di beberapa tiang disediakan tombol untuk memberi tahu sopir bahwa kita hendak turun di halte di depan.

4 – Solusi kemacetan dan eco-friendly

Dengan jumlah penumpang yang semakin hari kian bertambah, saya pikir program Pemkot Surabaya untuk mengurangi kemacetan lalu lintas relatif berhasil. Kemacetan memang masih terjadi, tetapi kehadiran SB saya yakin sangat berdampak pada berkurangnya pengendara motor atau mobil meskipun saya belum mendapatkan data yang relevan.

Walau saya masih bingung bagaimana ajaibnya pengelolaan Suroboyo Bus ini, termasuk biaya yang tentu tak kecil demi kelangsungannya, saya mengajak BBC Mania di Surabaya dan sekitarnya untuk bisa memanfaatkan transportasi publik ini semaksimal mungkin dengan penuh tanggung jawab.

Naik SB atau SBT berarti kita turut berperan aktif dalam mendukung solusi kreatif untuk menciptakan kota yang smart dan lebih bersih. Selain mengurangi sampah plastik dengan menyetorkannya untuk didaur ulang, pemakaian bahan bakar minyak juga relatif bisa dikurangi. Belum lagi macet yang berkurang.

Tips Seputar Suroboyo Bus

Sebelum naik SB, usahakan untuk menginstal aplikasi GOBIS Suroboyo Bus. Aplikasi ini punya banyak manfaat. Pertama, kita bisa memantau posisi bus yang paling dekat dengan halte tempat kita menunggu. Misalnya bus masih jauh karena macet, kita bisa pikirkan opsi moda transportasi yang lain agar agenda kita tetap berjalan sesuai rencana.

Kedua, kita bisa melakukan scanning (pemindaian) QR code di halte tempat kita menunggu untuk memberitahukan kepada sopir bus bahwa kita minta dijemput di halte terkait. Setidaknya sopir akan memprioritaskan meluncur ke halte yang sesuai.

Kiat berikutnya: jangan malu bertanya kepada petugas tentang tempat yang kita tuju agar bisa bisa dibantu dicarikan solusi jalur SB. Apalagi jika kita pendatang dan ingin mengunjungi tempat-tempat wisata populer, tentunya informasi berharga bisa kita dapatkan dari petugas atau penumpang yang asli Surabaya.

Rute dan jalur transfer

Sebagai bekal, rute Suroboyo Bus dan Suroboyo Bus Tumpuk berikut ini terbukti sangat bermanfaat saat saya berkeliling Surabaya menggunakan moda keren tersebut. Siapa tahu kita pas malas bertanya, kita tetap bisa mengandalkan peta itu.

Begitulah cara naik Suroboyo Bus, BBC Mania. Jadi kapan mau berkunjung ke Surabaya? Jangan lupa, ada rujak cingur yang nikmat banget, rawon yang bumbunya pekat dengan kluwek yang khas, juga banyak wisata sejarah yang tidak ditemukan di kota lainnya.

Rek ayo Rek, mlaku-mlaku nang Tunjungan

Rek ayo Rek, numpak SB bebarengan

25 Comments

  1. Wah, keren dan lengkap liputannya mas Rudi. Sdh lama saya tidak berkunjung ke Sby. Mudah2an suatu saat bisa ke sana lagi dan menik.ati kemajuan dan “keajaiban” kota Surabaya
    Trims

    Liked by 1 person

  2. wahhhh bikin ngiri sama kota surabaya, bisa gitu ya tiket bus bisa pakai botol plastik, pasti murah, ikur berbersih juga, luar biasa pemkot Surabaya ….

    makasih mas udah sharing cara naik Suroboyo Bus

    Liked by 1 person

  3. Keren banget konsep busnya ya mas. Sayang di Jakarta belum ada, semua masih berbayar, semoga ke depan bisa dicontoh. Apalagi sekarang di Jakarta banyak moda transportasi baru

    Liked by 2 people

  4. Waw…! 😮 Lumayan juga untuk 1 tiketnya harus ditukar dengan minimal 5 botol berukuran sedang. Aku kira, 1 tiket ditukar dengan 1 botol berukuran sedang pun sudah cukup rasanya. :/

    Liked by 1 person

    1. 1 tiket = 10 gelas / 5 botol tanggung / 3 botol besar.

      Kalau PP tergantung waktunya Kak. Kalau masih dua jam ya cukup 1 tiket, kalau melebihi dua jam, maka kudu beli tiket lagi (2 x jumlah botol di atas).

      Like

Tinggalkan jejak