Berangkat ke Jakarta Urung, Dapat Hadiah dari Bandung

Kanaz, panggilan akrab Anazkia bloger Serang yang kukenal lewat Bernas Bogor, mengirimkan gambar suatu malam melalui aplikasi WhatsApp. Itu tak lain adalah daftar 10 finalis yang akan dipilih sebagai juara dalam lomba Literasi Zakat dan Wakaf yang sama-sama kami ikuti.

Karena tak berharap menang, tak ada kekecewaan dalam hati ketika Kanaz bilang bahwa kami belum beruntung. Rupanya Kanaz belum tahu nama asli saya sehingga menyimpulkan demikian karena setelah saya cek nama saya ternyata masuk dalam daftar finalis tersebut. Okelah, senang tentu saja bahkan jadi ngarep setelah tahu kenyataan itu.

Selama beberapa sendiri, hati diliputi kegembiraan dan berdebar-debar menanti undangan dari panitia untuk datang ke awarding night Festival Literasi Zakat dan Wakaf di Jakarta. Saya punya ekspektasi demikian lantaran melihat Mbak Dian yang dua pekan sebelumnya diundang ke Jakarta setelah karyanya dinyatakan lolos sebagai nominasi pemenang lomba penulisan blog bertema pendidikan keluarga yang diselenggerakan oleh Kemendikbud.

Pemenang saja

Rupanya saya salah sangka. Saya pikir kesepuluh finalis akan diundang ke Jakarta meskipun jumlah pemenang hanya 6 orang, yakni 3 pemenang utama dan 3 pemenang harapan. Hal ini berbeda dengan lomba yang diikuti Mbak Dian karena Kemendikbud memilih 10 pemenang, yakni 3 pemenang utama dan 7 pemenang harapan. Mungkin karena itulah 10 nominator diundang semua ke Jakarta.

Intinya, saya gagal ke Jakarta karena memang tak diundang. Yang diundang hadir ke sana hanyalah 6 pemenang yang membuat saya agak bingung apa esensi memilih 4 finalis lainnya jika setelah itu tak ada tindak lanjut, bahkan sekadar diundang ke acara meskipun tak menang. Saya anggap belum rezeki dan tahun depan ingin ikut lagi dengan persiapan lebih mumpuni.

Walau belum berhasil, saya sangat puas telah menuliskan blog post tersebut karena saya sarikan dari pengalaman pribadi, juga pengalaman orang tentang kedahsyatan zakat bagi kemajuan hidup seseorang. Saya berharap akan semakin banyak orang yang sadar zakat setelah membaca tulisan sederhana yang gagal menang itu.

Kopi penawar hati

Alhamdulillah, di tengah suasana gabut seperti itu, seorang kawan mengirimkan paketan dari Bandung yang membuat hati saya semringah. Betapa tidak, hadiah yang ia kirimkan merupakan pembawa energi yang luar biasa. Mood booster sekaligus pembangkit memori tentang Bogor, juga kota lain yang pernah saya singgahi.

Apa lagi kalau bukan kopi. Kopi yang dikirimkannya pun sangat khas, yakni Kopi AAA produksi Nefo asal Jambi yang sudah sangat kondang dan pernah saya bahas kenikmatannya di blog ini. Bukan hanya kopi Jambi yang ia paketkan, tetapi juga kopi Gayo dari Aceh yang sampai kini masih saya sayang-sayang alias belum saya konsumsi. Buat stok, hehe.

Pada saat yang kami sekeluarga tengah menikmati kegurihan kopi Lombok yang saya beli dari Kanaz awal tahun silam sebagai bentuk donasi untuk pemulihan Lombok pascagempa. Satu kotak Kopi AAA akhirnya saya hibahkan kepada ibu karena adik ipar ternyata sangat menyukai kopi belakangan ini. Satu kotak lagi saya simpan karena akan saya kirimkan kepada seorang teman bloger di Jakarta yang juga menyukai kopi dan literasi.

Sedangkan kopi Gayo saya pertahankan karena penasaran seperti apa rasa yang ia tawarkan. Pernah sih mencicip kopi Gayo di sebuah kedai, tetapi rasanya kurang mantap. Entah kopinya tak bermutu ataukah racikan baristanya yang kurang nendang. Apa pun itu, saya gembira dan bersyukur mendapat hadiah dari Bandung meskipun gagal berangkat ke Jakarta.

Selamat menyongsong Senin, BBC Mania! Jangan lupa berbahagia!

20 Comments

      1. Waow. Mantap! Ngga kebayang apa yang ditulis. Soalnya saya merasa setelah menikah malah nggak seberapa berhasrat menulis. Soalnya kalau ada pikiran, langsung bisa diobrolkan dengan isteri.
        Beda dengan dulu pas masih kuliah. Ada waktu lowong, bawaannya pengen ke warnet atau nongkrong pakai wi-fi di lobby kampus, lalu nulis uneg-uneg di dunia maya. Hahaha…

        Like

  1. pengemar kopi pastilah dapat menikmati kopi ya , dibanding aku seringnya mah kena magg, jd takut untuk minum kopi

    Like

    1. Beda perut meman beda respons. Konon ditentukan pula oleh kadar keimanan dan amal baik, Gus. Cobalah perbaiki perilaku dan cari merek kopi yang lain. Kasus lainnya, mungkin Gusti butuh orang lain buat menyeduhkannya untukmu. Selamat berburu.

      Like

  2. wah ternyata kanaz ga tau namamu toh mas, wkwkwk. Alhamdulillah ada kopi pelipur lara sekaligus persiapan amunisi berikutnya. Mungkin nyeruput ngopinya udah sambil nulis lagi itu 🙂

    Like

Tinggalkan jejak