Plus Minus Jadi Fulltime Blogger

Selain 9 hal yang perlu diingat, ternyata ada sisi yang enak dan tidak enak ketika memutuskan menjadi full-time blogger. Tentu ada bagian plus dan minus saat menekuni blogging sebagai pilihan untuk meraup rezeki. Mengetahui yang plus dan yang minus ini akan berguna untuk membantu mempertimbangkan sebelum mengambil keputusan sebagai bloger penuh waktu.

Dengan memahami hal positif serta negatif seorang full-time blogger, kita bisa menyiapkan diri agar lebih tanggap terhadap peluang dan tantangan profesi yang kita pilih. Apakah bloger termasuk sebuah profesi? Menurut saya iya dengan merujuk pengertian dalam KBBI yaitu bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dsb) tertentu.

Untuk bisa menjadi bloger yang mumpuni dibutuhkan akumulasi keterampilan yang memadai seperti penulisan kreatif, daya analitis, menyusun desain grafis, mengolah data, reportase, memfilter informasi, penguasaan SEO, hingga digital marketing. Semua kemampuan ini bisa diperoleh melalui latihan atau proses belajar yang tidak instan. Butuh jam terbang (baik  kesuksesan maupun kegagalan) untuk akhirnya menjadi mapan.

Sisi plus jadi fulltime blogger

1 | Fleksibilitas

Beberapa tahun silam istilah kebebasan waktu sangat akrab di telinga kita. Frasa ini biasanya kita temukan dalam artikel motivasi di berbagai media atau seminar-seminar yang mengajak orang untuk membuka bisnis alih-alih bekerja sebagai karyawan. Kebebasan waktu berarti tersedianya banyak waktu sehingga kita bebas mengerjakan hal-hal sesuai keinginan tanpa ikatan yang mengekang. Biasanya disandingkan dengan kebebasan finansial yaitu kondisi yang memungkinkan kita membelanjakan pendapatan tanpa takut kekurangan karena uang datang terus-menerus.

Bagi seorang bloger penuh waktu, ia bebas mengerjakan apa saja untuk mengisi waktunya. Skedul bersifat fleksibel yang bisa menyesuaikan agenda keluarga atau acara pribadi berbau me-time, misalnya. Fleksibilitas waktu boleh jadi privilese yang bisa dinikmati oleh full-time blogger yang tidak bisa dirasakan oleh karyawan yang seharian berada di kantor dan menerima komando pekerjaan dari atasan. Asyik kan bebas mengatur waktu untuk kegiatan sesuai kemauan?  

2 | Portabilitas

Karena mengandalkan kecanggihan teknologi informasi, pekerjaan seorang full-time blogger sering kali dikerjakan secara remote atau jarak jauh secara daring atau online. Tanpa ikatan jam kantor yang membatasi, ia bisa bekerja di mana saja asalkan pekerjaan rampung sesuai tenggat yang ditentukan.

Beberapa kali saya menikmati fasilitas ini. Bisa berlibur sambil tetap menuntaskan pekerjaan selama laptop ada di tangan. Mengunjungi ibu di kampung pun bisa kapan saja karena pekerjaan sudah terlebih dahulu saya rampungkan. Portabilitas semacam ini sangat memudahkan sebab bisa diatur sesuai produktivitas.

3 | Peluang kerja sama

Saat ini bloger mendapat momentum positif untuk terus maju dan berkembang. Perannya semakin dipertimbangkan di era serbadigital ketika pemasaran berlangsung lewat media Internet seperti blog atau bahkan media sosial seperti Facebook dan Instagram. Peluang kerja sama terbuka lebar asalkan bloger bersangkutan memiliki semangat belajar dan menambah keterampilan. Dengan menjadi bloger, uang 8 juta bisa diraup hanya dalam hitungan jam lewat sebuah tulisan. Endorser, influencer, atau buzzer bisa dijajaki oleh bloger yang memutuskan jadi full-time blogger.

4 | Lomba dan Adsense

Setiap bulan selalu saja ada informasi mengenai lomba atau kompetisi blog yang diselenggarakan dengan iming-iming hadiah yang menggiurkan. Sungguh sangat berbeda dengan kondisi 10 tahun lalu ketika hadiah bergengsi seperti laptop atau tablet hanya bisa diraih melalui event rutin bloger seperti Pesta Blogger atau Guraru Award oleh Acer.

Kini, bermodal ide ciamik dan penggarapan yang jempolan, kita bisa memboyong hadiah mentereng dari unggahan tulisan di blog. Tak hanya gawai seperti smartphone dan tablet, uang belasan juta rupiah, motor, mobil, bahkan rumah bisa kita menangkan. Kesempatan seperti ini cukup sulit didapatkan oleh profesi selain bloger. Belum lagi peluang meraup pundi dolar dari Google AdSense yang bisa mencapai ratusan juta bahkan miliaran rupiah.

5 | Potensi networking

Networking mungkin menjadi kata kunci pembuka rezeki hampir di semua bidang. Namun perlu diingat bahwa kita berjejaring bukan semata ingin mendapatkan keuntungan dari pihak lain yang kita dekati. Intinya, koneksi sangat bermanfaat karena menambah lingkaran pertemanan dan membuka peluang ekonomi. Bukan hanya itu, gengsi sosial seperti mengenal artis nasional pun bisa kita raih dengan menjadi full-time blogger asalkan kita mumpuni dalam bidang yang kita geluti.

Sisi minus jadi full-time blogger

Bagaimana dengan hal-hal yang tak enak atau sisi minus menjadi full-time blogger? Sebagaimana saya sebut di awal tulisan, memilih profesi bloger juga dibarengi konsekuensi yang mungkin negatif atau tak kita harapkan.

1 | Penghasilan tak tentu

Dalam tulisan terdahulu saya menyinggung pentingnya menyediakan dana cadangan sebelum kita memutuskan jadi full-time blogger. Ini penting karena proyek yang diterima bloger tidak bersifat ajek atau rutin. Dengan kata lain, penghasilan bloger tak menentu alias tak bisa ditakar besarannya. Kalaupun proyek datang bertubi-tubi, tak jarang pembayaran honor atau fee baru terealisasi dalam waktu yang lama.

Karena penghasilan tak menentu inilah maka seorang full-time blogger harus bijaksana dalam mengatur keuangan. Jangan sampai terlalu boros pada saat menerima uang banyak dan terlupa pada ketidakrutinan hadirnya proyek yang bisa dikerjakan.

2 | Tak ada ikatan/asosiasi

Salah satu problem klasik bloger yang saya pantau dan bahkan alami sendiri adalah lamanya pencairan uang lelah alias fee. Bagi yang punya pekerjaan utama, mungkin tak ada kendala. Namun bagi full-time blogger, keterlambatan pembayaran sungguh petaka membahayakan. Pernah saya dengar seorang sahabat bloger sampai tak bisa makan lantaran fee yang tak kunjung dibayarkan.

Bingung juga mau menuntut ke mana. Menagih kepada agency atau pemberi pekerjaan tentu sudah, tapi tetap tak membuahkan hasil. Agency terlambat juga biasanya karena pemilik proyek atau brand memang lambat dalam memroses pembayaran. Ini mungkin konsekuensi lantaran tak punya asosiasi yang bisa diandalkan atau memperjuangkan nasib bloger jika terjadi masalah. Tak adanya ikatan pada asosiasi resmi seperti profesi lain menyebabkan masalah yang tak diinginkan, apalagi pekerjaannya dikerjakan dari jarak jauh. Saya pernah menulis sebuah ulasan yang sampai kini tak dibayar oleh pemberi kerja. Begitulah nasib bloger sebab tak punya ikatan.

3 | Sulit dijelaskan

Profesi bloger tidak mudah dijelaskan, terutama bagi generasi kolonial, hehe. Bagi anak millenial atau generasi Z blogging bukan pekerjaan aneh. Namun bagi orang-orang jadul dengan pola pikir pekerjaan mainstream, menjelaskan profesi bloger tidaklah mudah. Dibilang wartawan kok bukan, dijawab bloger tetap tak paham.

4 | Dikira pengangguran

Sebab punya keunggulan berupa fleksibilitas dan portabilitas, full-time blogger sering dikira pengangguran karena tak terlihat pergi dan pulang seperti orang kantoran pada umumnya. Bagi peraup belasan juta rupiah dari AdSense kasusnya mungkin lebih pelik lagi sebab ada yang sampai dianggap punyaa pesugihan. Tampak menganggur tapi kok punya penghasilan? Nah, kan!    

5 | Rentan tak disiplin

Justru karena faktor fleksibilitas dan portabilitas tadi, seorang full-time blogger sangat rentan terhadap sifat tak disiplin dalam hidup sehari-hari. Mentang-mentang bisa dikerjakan di mana saja dan kapan saja, kita sangat mungkin menyepelekan penuntasan pekerjaan sesegera mungkin. Dengan pedoman ‘yang penting beres’, kita bisa saja berleha-leha lalu berujung pada hasil tulisan yang tak memuaskan atau malah tak terselesaikan.

Ketidakdisiplinan lain adalah mengabaikan olah fisik alias berolahraga. Kehidupan full-time blogger kebanyakan dihabiskan di depan laptop atau gawai. Dengan demikian, pola hidup sedentary potensial kita biasakan padahal itu buruk. Terlalu banyak duduk tanpa gerak bisa berbahaya bagi kesehatan. Syukur-syukur kalau pekerjaannya harus melakukan reportase event yang mensyaratkan kehadiran kita. Itu sedikit membantu.

Nah, BBC Mania, melihat daftar plus minus menjadi full-time blogger, adakah yang ingin ditambahkan? Atau ada yang sudah mengalami sendiri dan ingin berbagi pengalaman? Silakan tulis di kolom komentar.

23 Comments

  1. Untuk poin sulit dijelaskan dan dikira pengangguran itu aku bisa memberi testimoni ahahaha. Dulu pas buka tabungan Bank Capek Antri di Jogja, aku jujur aja bilang profesi blogger. CS bank bingung, dan harus jelasin panjang-lebar, hanya untuk ujung-ujungnya si Mbak CS bilang, “Saya tulis marketing online saja ya, Pak?” Weleh! 😀

    Like

  2. Salut dengan Mas yg telah menjadikan blogger sebagai profesi.
    Saat ini saya nulis di blog hanya sebatas pengisi waktu dan mengalirkan kegatelan untuk menuliskan apa yg saya temui dalam keseharian.

    Lanjutkan Mas. Sukses selalu untuk Mas.

    Salam.

    Like

    1. Sebenarnya ya ada kegiatan lain yang saya kerjakan untuk mendapatkan rezeki, Kang. Hanya saja memang blog masih yang utama. Intinya mengerjakan yang bisa, seperti abang penjual balon mainan tempo hari, hehe….

      Liked by 1 person

  3. Kalo saya suka di katain gegara sering mantengin layar mulu, dikira cuma main2 doang..
    Tapi saya cuma senyum aja.. serba repot sih kak, dijelasin masih g ngerti juga.. hehe

    Like

  4. Aku pernah disentil sebuah artikel yang kira-kira pesannya seperti ini:

    “… jadi blogger sukses itu tidak mudah, jadi, kudu luangkan waktu untuk nge-blog, hindari melakukan sebaliknya, nge-blog ketika ada waktu luang!”

    Nah, loe…!

    Liked by 1 person

  5. Habis risen dari sekolah aku sempat sih memutuskan full blogger mas
    tapi poin negatif nomer 1 dan 2 yang jadi pertimbangan aku balik lagi kerja di dunia nyata
    memang gimana ya tuntutan ekonomi sih heheh
    makanya aku salut sama yg udah berani full time blogger
    yg penting coba aja konsisten sambil curi curi waktu dan upgrade dgn banyak baca.

    Like

  6. Tetep semangat ya mas, jadi full time blogger asik banget sebetulnya. Tapi memang harus banyak backup dan banyak effort biar stabil. Kaya traffic blog yang kenceng, DA yang tinggi. Jadi bisa buat bargaining kita buat minta fee lebih besar dan minta DP biar cashflow tetep jalan.

    Like

    1. Betul, Mbak Shin. Effort kudu maksimal ya, terutama upaya buat menjaga DA agar tetap tinggi. Keren banget tuh bisa minta fee lebih besar dan bahkan dikasih DP sebelum ngerjain. Aku pernah ngerjain blogpost, ternyata orangnya kabur, wwkwkwk…Ya sudah, belum rezeki. Yang penting tetap semangat!

      Like

  7. Wahahah bener banget, kadang sering dibilang pengangguran kalo jadi bloger gini… Tapi pas ada uang tiba tiba banyak dikira nuyul lagi.. Emang serba salah, tapi dari sinilah dari blog ini kita bisa mengenalkan lebih luas kalau menjadi seorang bloger juga bisa sama seperti profesi lain. Bahkan saya melihat banyak juga blogger yang sukses karena ngeblog/

    Like

Tinggalkan jejak