Respons Mbak Nunik mengejutkan, sekaligus membuat saya miris. Yang jelas, teman yang sudah ia anggap seperti saudara sendiri itu ternyata tak sanggup membeli beras untuk makan sehari-hari entah berapa lama. Sebagai gantinya, keluarga tersebut terpaksa menyantap bihun setiap hari, itu pun pemberian orang. Padahal di keluarga tersebut terdapat seorang balita yang sedang butuh asupan gizi seimbang lewat ibunya.
Mbak Nunik menanggapi program canthelan yakni inisiatif sederhana dari sekelompok pemuda lulusan SMANSA di kota tersebut. Sesuai namanya, canthelan berupa barang (kebanyakan sayur mentah) yang dikaitkan di pagar atau tempat yang disepakati. Ada 5 titik yang bisa disasar oleh mereka yang membutuhkan: Turusan, Sidorejo kidul, Pabelan, Kesongo, dan Tegalrejo. Ada yang diletakkan di pagar rumah relawan, ada pula yang berlokasi di depan mesjid, mana saja yang memungkinkan.
Tukang becak yang terbantu
Solusi keluarga saat isolasi mandiri
Saya percaya ada alasan kuat kenapa Allah membocorkan gerakan ini lewat percakapan grup alumnus kuliah. Ya antara lain agar saya sebarkan karena aktivitas saya sebagai warganet yang aktif, lebih-lebih sebagai bloger produktif, punya potensi untuk menggaungkan pesan positif ini. Program ini mungkin terlihat sepele dan kecil tapi dampaknya sangat luar biasa.
Bayangkan betapa terbantunya jika ada keluarga yang terkena virus korona lalu bisa menikmati program ini lewat kurir lantaran keluarga tersebut kehilangan sumber nafkah dan keterbatasan gerak selama isolasi mandiri. Bayangkan jika ada program serupa di dekat keluarga yang diceritakan Mbak Nunik di awal tulisan, sungguh mereka tak perlu sungkan meminta sebab support system sudah berjalan. Keluarga yang kehilangan sumber ekonomi mendadak seringkali malu ketika harus meminta bahkan kepada teman atau kerabatnya sendiri. Program unik seperti canthelan bisa menjembatani problem yang ada.
Dengan semangat kepedulian dan kasih sayang, kita bia saling menopang selama wabah menyerang. Selama pandemi berlangsung, kita bisa gotong royong untuk menyokong beban sampai semua terkendali — bahkan jika mungkin sampai kapan pun ketika wabah sudah pergi. Lewat program Canthelan bukan hanya sektor ekonomi yang terbantu tetapi literasi juga ditingkatkan mengingat ada pula yang mencanthelkan buku bacaan.
Gerakan sederhana seperti Canthelan adalah wujud nyata bahwa bangsa Indonesia punya jiwa sosial dan kepedulian tinggi. Saya tergerak membagikan cerita Canthelan di Twitter dan meraup engagement yang cukup besar. Sepertinya belum ada cuitan pribadi saya sebelumnya yang memanen perhatian setinggi itu, dan itu lagi-lagi membuktikan bahwa jiwa filantropis rakyat Indonesia masih sangat besar.
Sembako cinta
Kadang yang kita butuhkan bukanlah langkah besar, tetapi seseorang yang peduli untuk saling berkabar, untuk saling getok tular. Seperti gerakan paket sembako yang NBC laksanakan pada bulan Ramadan silam. Ramadan di tengah pandemi sungguh jadi ujian tersendiri. Nasi Bungkus Community (NBC) ajek memberikan paket sembako kepada para dhuafa meliputi para janda, anak yatim, tukang becak, dan siapa pun yang membutuhkan.
Saya yang setiap tahun mendapat tugas membuat banner dan e-flyer sangat terenyuh begitu ratusan paket bisa terkumpul berkat kebaikan donatur. Setidaknya ada 300 paket sembako senilai 150 ribu rupiah. Karena pandemi berlangsung, maka penerima tidak menjemput ke basecamp NBC. Sebaliknya kamilah para relawan yang menghampiri mereka di rumah masing-masing, sekalian berkujung secara pribadi.
Canthelan dan Sembako Cinta bisa menjadi epitome kebaikan, menjadi intisari yang mengingatkan kita kembali pada begitu banyak cara yang bisa kita tempuh untuk bisa terus Semangat Berbagi di Era Baru yang tidak menentu ini. Tak ada alasan untuk berpangku tangan hanya karena kita sendiri sedang kesulitan. Bukankah sedekah terbaik adalah pemberian di saat kita takut didera kemiskinan? Begitu yang kita pahami selama ini dari Sabda Nabi tercinta.
Tak harus besar atau mewah, sedekah bisa kita mulai dari hal-hal yang kita punya. Tak mesti megah atau berlimpah, sedekah bisa kita awalai dari hal-hal sederhana baik berupa uang, barang, atau jasa. Bahkan sekadar membagikan kabar baik dan pesan positif di dunia maya pun termasuk langkah produktif untuk membangun sikap positif yang bisa beresonansi dengan pikiran lain yang senada.
Berbagi bahagia #JumatBerkah
Seperti sedekah nasi bungkus tiap hari Jumat yang NBC lakukan tanpa jeda. Setiap Jumat pagi kami selalu menyediakan setidaknya 300 nasi bungkus untuk siap saja yang butuh, terutama para tukang becak, ojek, pedagang kecil di pasar, anak yatim, dan panti asuhan. Saya yang kebagian mengambil dokumentasi selalu antusias menghadiri event sedekah Jumat pagi. Melihat wajah-wajah berseri karena sebungkus nasi sungguh kegembiraan yang tak terbeli.
Semangat berbagi di era baru juga terus diembuskan oleh LAZ UCare Indonesia yang tak lelah mengajak kita berderap dalam semangat untuk membantu sesama. Meskipun baru dua tahun berkiprah sebagai Lembaga Amil Zakat, Ucare telah dipercaya sebagai lembaga yang amanah terbukti dari kemitraan dengan berbagai institusi seperti ZIS Indosat, Toyota Indonesia, Isuzu, BNI Syariah, dan masih banyak lagi.
Sedekah Jumat demi Senyum Anak Hebat
LAZ Ucare juga mendukung pendidikan lewat program sedekah Jumat sebagaimana telah diberikan kepada Sekolah Kami di Bekasi. Sebagai sekolah informal yang dikelola secara swadaya untuk mewadahi anak-anak pemulung dan kaum dhuafa, LAZ Ucare Indonesia dan Majelis Taklim Baiti Jannati Rawa Bebek mengambil andil lewat Sedekah Jumat yakni makan siang gratis agar senyum anak-anak hebat ini makin mengembang demi meraih masa depan.
Berbeda dengan sekolah lain yang menerapkan sistem PJJ alias pembelajaran jarak jauh, Sekolah Kami tetap melaksanakan KBM di kelas yang terbatas seperti biasa karena banyak murid yang tidak memiliki smartphone dan akses Internet yang memadai. Dengan tetap mengikuti protokol kesehatan yang direkomendasikan, sekolah berjalan asyik salah satunya berkat sedekah Jumat tersebut.
“Alhamdulillah, sudah beberapa bulan ini kita bekerja sama dengan Ucare, di mana selalu memberikan donasi dalam bentuk sedekah jumat untuk makan siang dengan anak-anak. Pemberian ini memang kami lakukan setiap harinya menyiapkan makanan untuk anak-anak. Adanya LAZ Ucare sangat membantu program Sedekah Jumat.”
Ibu Riri, staf pengajar Sekolah Kami
Banyak terlibat, banyak manfaat
Bayangkan jika semakin banyak program serupa di seluruh penjuru Nusantara, bukan hanya selama wabah belangsung, tapi juga sampai kapan pun. Kita layak berharap banyak keluarga terbantu dan pemberdayaan lokalitas bisa semakin kuat sebab kita jelas tak mungkin mengandalkan pemerintah semata-mata. Komunitaslah yang bisa bergerak dan perlu tersebar luas demi menjangkau penerima manfaat yang lebih besar.
Bergerak sendiri tentu bagus, tapi akan lebih bagus jika setiap orang terkoneksi untuk membentuk gerakan yang lebih solid dan berdaya guna. Memercayakan sedekah atau amal pada LAZ yang sudah andal bisa jadi solusi agar distribusinya terkontrol dengan manajemen yang rapi. Apa pun niat baik Anda, jangan tunda lagi sebab maut tak bisa menunggu. Sekecil apa pun dan lewat apa pun Anda berdonasi, aksi segera adalah kuncinya.
“Tulisan ini diikutsertakan dalam rangka Lomba Blog LAZ UCare Indonesia 2020.”
Adanya pandemi ini bukan hanya menjadi tantangan namun juga ladang berbagi kebaikan. Alhamdulillah hal yang sama pernah dilakukan di komplek perumahan saya di Bogor walau nggak berjalan lama. Namun terlihat betapa ada saja orang yang tergerak untuk meringankan beban hidup orang lain di masa pandemi begini.
LikeLike
Betul banget, ternyata malah jadi peluang untuk saling menopang dalam kebaikan padahal sama-sama kesulitan. Alhamdulillah makin banyak yang tergerak ya, semangat berbagi masih tinggi.
LikeLike
Idenya unik mas. Jadi inget salahsatu berita tentang ibu-ibu yg juga ‘nyantelne’ sayuran dll, di pagar rumah beliau. Semoga kegiatan yg digagas Kagama ini bisa berdampak baik dan memberi manfaat bagi mereka2 yg sebelumnya kesulitan atau bingung besok mau apa.
Percaya kalau warga +62 memang terkenal akan jiwa sosial dan kepedulian.
Terima kasih sharingnya ya mas
LikeLike
Iya, betul. Terlihat sederhana tapi dampaknya besar dan berguna buat mereka yang butuh. Insyaalah kita bisa keluar dari ujian pandemi dengan saling berbagi. Terima kasih.
LikeLike
Kayanya memang sederhana gitu ya Mas program Canthelan ini. Tapi ketika melihat ternyata banyak yang membutuhkan apa-apa yang dicanthelkan itu, jadi sadar bahwa kebaikan sekecil apapun pasti berefek baik pula.
Semoga banyak yang meniru inisiatif ini, dan semakin banyak yang terbantu. Aamiin.
LikeLike
Itulah pentingnya aksi nyata ya, Mbak DK. Sekilas tampak sepele tapi kalau banyak yang merasa terbantu akhirnya toh jadi besar dampaknya. Mereka yang butuh bisa merasakan sendiri, betapa lapar itu berat dan berbagi itu ternyata mudah. Semudah mencantelkan sayur atau barang yang kita sanggup letakkan.
LikeLike
Unik sekali programnya. Canthelan baru dengar sih… Tapi memang kegiatan berbagi kalau sudah niat pasti muncul kreativitas dalam cara dan sistem berbagi kepada sesama.
Kalau di Purwokerto biasanya ada warung dhuafa di mana sebuah rumah makan dibuka gratis untuk yang membutuhkan pada hari tertentu.
LikeLiked by 1 person
Memang unik karena sederhana tapi mungkin malah tak terpikir oleh kebanyakan kita ya. Asal ada niat baik, insyaallah bakal dimudahkan untuk realisasi, dengan cara-cara kreatif yang murah meriah seperti ini. Keterbatasan dana atau tempat bisa diatasi dengan cara sinergi. Sedikit sedikit tapi dikumpulkan kan lama-lama besar dan yang paling penting kontinu lantas menular.
LikeLike
Salut sama inisiatif keren ini. Sepintas kayaknya tampak remeh tapi gerakan kecil begini malah manfaatnya terasa buat mereka yang butuh tanpa prosedur yang merepotkan. Perlu ditiru dan didukung pemerintah atau dinas terkait.
LikeLiked by 1 person
Keren memang, ga harus terlihat mentereng atau mewah tapi malah susah diakses oleh publik yang butuh — kan malah repot kayak gitu? Semoga makin banyak yang tergerak membantu, saling meringankan dengan cara masing-masing yang memungkinkan, salah satunya seperti canthelan ini.
LikeLike
Semangat positif yang wajib diduplikasi di daerah lain. Beginilah harusnya pemuda Indonesia, enggak cuma sibuk mengkritik tapi bisa ambil aksi nyata, kecil tapi berdaya guna. Inilah andil yang bisa diberikan dengan cara kreatif. Mungkin ini bisa disebut sebagai bagian dari Memayu Raharjaning Praja, mencoba meraih kesejahteraan untuk sesama. Jempol!
LikeLiked by 1 person
Yes, Mister. Memayu raharjaning praja, tutwuri handayani, hehe. Pokoknya jangan lelah berbagi, dan jangan ragu untuk membantu gitu kan? Langkah kecil dan sederhana insyaallah punya nilai sendiri terutama nilai manfaat buat masyarakat yang terdampak wabah, terutama mereka yang harus isolasi mandiri.
LikeLike
Lah sama ini sama RW sebelah, juga ada program seperti ini, tiap Rabu dan Jumat. Waktu itu temanku yang jahit kantong-kantongnya dari bekas spanduk. Mudah-mudahan makin banyak program-program seperti itu ya. Dulu zaman Walikota/Gubernur duluuuu di JaBar, ada Rereongan Sarupi namanya. Ya model jimpitan gitu, ngumpulin u masa paceklik. Trus hilang ga ada kabarnya…Ribet kalo melibatkan pemerintah. Hihi…
Komunitas aja kecil-kecil tapi banyak…
LikeLiked by 1 person
Bagus juga itu Mbak Hani bisa memanfaatkan bahan bekas spanduk buat kantongnya, jadi ga perlu beli kresek dan ramah lingkungan ya. Semoga kegiatan positif kayak canthelan atau rereongan sarupi ada terus walau wabah sudah berlalau sebab saya yakin masih banyak warga yang butuh sumbangan seperti ini–yang enggak ribet tapi jelas berarti.
LikeLike
Programnya mirip sama WarJok di kampungku. Jadi masyarakat yang mau ngasih boleh nyetor sembako atau sayur ke petugasnya, nanti petugas yg mbungkusi kemudian dicantolkan di WarJok. Cuma tempatnya sengaja dibuat di pojok-pojok jalan, jadi siapa saja yang lewat boleh ambil tapi sesuai kebutuhan saja.
LikeLiked by 1 person
Bagus itu programnya, Mbak. Warga harus bergerak mandiri tanpa mengandalkan pemerintah yang sudah banyak urusan. Kalau tiap komunitas berdaya begini, rasanya kemandirian bisa dibangun dengan saling menolong dan menopang beban yang ditanggung mereka yang keberatan. Salut!
LikeLike
Hal yang seperti ini yang harus dilakukan seluruh warga, karena membantu keluarga yang memang benar2 membutuhkan. Memang jarang terjadi, tapi manfaat dan efek sosialnya berasa banget. Semoga semuanya bisa seperti ini kelak. AMin
LikeLiked by 1 person
Betul, Mas. Kalau warga peduli dengan kondisi sekitar, insyaallah ga ada orang menderita. Minimal satu kelompok terpantau kebutuhannya untuk yang benar-benar membutuhkan.
LikeLike
Wah baru tahu ada program seperti ini. Menarik sekali dan tentunya sangat membantu orang yang membutuhka terutama keluarga yang kena COVID. Sepertinya belum banyak juga gerakan Chantelank seperti ini
LikeLike
Iya, Kak. Bagus juga menurutku karena semua orang bisa partisipasi untuk ambil atau mengisi. Mudah dan ga berbelit-belit. Yuk bikin juga!
LikeLike
Di lingkungan RT saya juga ada program semacam ini. Ada warga yg OTG, dan tetangga2 responnya baik, tetap membantu kebutuhan sehari-hari selama warga melakukan karantina mandiri
LikeLiked by 1 person
Syukurlah, Mas ada program serupa di daerah Mas Daniel. Responsif itu memang kunci biar warga saling meringankan. Apalagi pas mereka isoman.
LikeLike
Terharu sekali baca cerita ini, Mas Rudi. Jadi memang, keluarga yang isolasi mandiri justru jangan dijauhi, tadi dibantu dan diberi semangat. dan saya juga pernah lihat canthelan ini di televisi, Mas.
Jadi bukan hanya untuk keluarga yang menjalankan isolasi mandiri, tapi juga membantu warga yang membutuhkan kebutuhan. yang rezeki berlimpah, beli banyak kebutuhan sehari-hari, lalu tinggal dicantelkan di pagar rumahnya.
LikeLiked by 1 person
Iya, Mas Bam’s. Saya pun terharu makanya langsung saya tuliskan agar lebih banyak orang yang baca dan menirunya, disesuaikan dengan kondisi dan lingkup masing-masing. Pas pandemi gini momentumnya pas banget ketika bau resesi udah mulai terasa.
LikeLike
Waaaww kerennn.. jadi inget dlu tetangga di desa juga seh naruh canthelan dipagar rumahnya.
Emg beliau org berada.
.yg srg ambil kayak tukang becak, org yg biasa ambil rongsok dll. Seneng bgt liat ada tetangga yg begitu
LikeLike
Keren ya orang-orang itu, tak peduli kaya atau tidak tapi selalu tergerak buat membantu sesama tanpa lelah atau sibuk menyalahkan pemerintah saja. Seperti canthelan di Salatiga ini.
LikeLike
Programprogram social capital kayak gini perlu dihighlight
Saat kita ga bisa lagi berharap banyak pada yang punya kekuasaan
LikeLike
Iya, Mas. Ga bisa mengandalkan pemerintah terus, kudu bergerak sendiri dan sporadis.
LikeLike
MasyaAllah.. saya bacanya juga ikutan ngerasa Cesss Om, kebaikan yang menular memang sungguh mengharukan. Jika masih ada yang tamak mengambil lebih, mungkin karena dia belum punya rasa empati #Eh. Semoga di Jombang juga akan ada program-program berkah kayak gini, pengen banget bisa ikut berkontribusi.
LikeLiked by 1 person
Iya, Mbak Inuel. Semoga bisa ditiru di Jombang. Atau dimulai dari Mbak dan suami aja, hehe. Nanti yang lain mengikuti 🙂
LikeLike
Sarwono
terimakasih kak artikelnya sangat membantu, sukses selalu dan ditunggu artikel selanjutnya.
perkenalkan nama saya Sarwono dari ISB Atma Luhur.
LikeLike
Terima kasih juga sudah berkunjung ke sini ya, Mas Sar. Semoga bermanfaat dan bisa ditiru. Salam kenal 🙂
LikeLike