Menyelamatkan Kehidupan lewat Adopsi Hutan

HUTAN ITU INDONESIA, sebuah kalimat pendek tapi sarat optimisme. Dua kata utama, hutan dan Indonesia, membentuk kalimat yang penuh harapan sekaligus menegaskan identitas negara kita. Bahwa hutan adalah bagian integral dari Indonesia. Kekayaan Nusantara bukan hanya disumbang oleh sektor bahari yang berlimpah tetapi juga wilayah hutan yang membentuk daratan-daratan dengan kontribusi nyata terhadap ketahanan pangan.

Maka tak berlebihan jika saya sebutkan bahwa menyelamatkan hutan berarti menyelamatkan kehidupan manusia. Hutan bukan hanya pohon, tapi juga merangkum ragam satwa langka dan fauna eksotis yang juga bagian dari lingkungan hidup. Selama ini manusia cenderung antroposentris dalam mengelola alam, yakni apa saja harus sesuai kehendak mereka. Bahwa semesta dihadirkan untuk memenuhi kebutuhan adalah benar, tetapi menafikan komponen alam lain seperti satwa dan fauna di hutan adalah kesalahan besar.

Anak dan imajinasi hutan

Sebagai paru-paru dunia, hutan sebenarnya sudah akrab di benak anak-anak sejak belia. Di bangku sekolah dasar mereka menggambar gunung, pepohonan, binatang, laut, dan sungai. Ide-ide autefntik itu sudah muncul dalam pikiran sebagai ingatan primordial bahwa mereka sebenarnya pencinta alam dan peduli lingkungan. Entah kenapa bibit-bibit alami itu pupus seiring bertambahnya usia. Boleh jadi pendidikan mainstream dan social setting belum memberi penekanan khusus pada urgensi perawatan hutan/lingkungan sebagai imajinasi yang penting bagi kehidupan manusia.

Panduan hutan untuk anak-anak dari PBB

Kenapa hutan penting

Begitu pentingnya arti hutan bagi kehidupan, PBB lewat FAO pun merilis booklet khusus bertajuk Forests for Kids untuk mengakrabkan anak-anak usia 8-13 tahun dengan hutan. Modul-modul yang tersaji mengajak anak mengenal pengertian dan ragam hutan, komposisi hutan, manfaat, dan simulasi peran tentang perebutan hutan. Yang mencengangkan, sejak 1990 hingga 2015, hampir 130 miliar hektar (atau 3 persen) dari hutan di seluruh dunia ternyata mengalami kerusakan, sehingga bumi hanya punya kurang dari 4 miliar hektar.

Nazanin Omidvar dkk dari Dalhousie University, Kanada, pernah meneliti bagaimana kecintaan anak-anak pada alam tahun 2019 lalu. Penelitian yang diadakan di dua Prasekolah Halifax itu kemudian dimuat dalam The International Journal of Early Childhood Environmental Education. Omidvar menyadari bahwa biophilia (kecintaan pada alam) merupakan ketertarikan psikologis, tetapi biophilia juga bisa dipelajari dan diasah dengan interaksi langsung dengan alam.

Dalam penelitian itu, para responden cilik diuji dengan pertanyaan mudah untuk menilai kadar empati mereka terhadap alam. Mereka ditunjukkan 10 gambar berisi aneka binatang, tanaman, dan kendaraan, lalu ditanya, “Apakah benda ini [yang tampak di gambar] punya perasaan?”

Sebanyak 9 dari 20 anak yang menjawab, kebanyakan setuju bahwa binatang punya perasaan. Jadi, ikan, ayam, dan burung semuanya dianggap bisa merasa. Setiap responden memberikan alasan berbeda kenapa binatang disebut punya perasaan. Misalnya, ada anak yang bilang bahwa burung yang terbang dan menghindari orang adalah karena mereka merasa takut. Uniknya, kesembilan anak itu sepakat bahwa pohon juga punya perasaan. Seorang responden yakin bahwa pohon merasa aman tenteram karena menerima limpahan sinar matahari dan pasokan air yang memadai.

Dari sini jelas bahwa anak-anak sebenarnya punya empati yang tinggi terhadap alam, termasuk hutan, sejak mereka kanak-kanak. Pendidikan lingkungan harus masuk kurikulum sebagaimana di Halifax. Edukasi sejak dini berupa pengalaman positif dan sering dengan alam sekitar selama masa kecil disebut-sebut mampu meningkatkan kemungkinan tumbuhnya perilaku pelestarian saat mereka dewasa nanti (Zhang, Goodale, & Chen, 2014). Hutan menjadi krusial dan penting untuk diperkenalkan sejak usia belia.

Hutan dan masa depan manusia

Belum lama ini saya disengat dua lebah mungil ketika melewati selasar Saung Literasi, gazebo mini tempat anak-anak biasa belajar. Sengatan mendadak di betis itu rupanya sangat keras dan bikin kulit memerah dengan sensasi rasa jarem, meninggalkan bengkak hingga beberapa saat. Rupanya di sebatang bunga mereka membentuk sarang kecil dengan konfigurasi rumit tapi sangat indah. Walau tak menghasilkan madu, tapi saya yakin keberadaan mereka di sana punya nilai ekologis yang signifikan.

Satu hal yang pasti: lebah membutuhkan bunga sebagai makanan sementara tanaman berbunga dan pepohonan bergantung pada lebah dan makhluk hidup lainnya agar bisa bertahan hidup. Pohon dan tanaman umumnya mengandalkan binatang, yang disebut polinator, untuk membawa polen produksi mereka menuju pistil bunga lainnya. Lebah penghasil madu berperan penting sebagai polinator karena jumlah mereka sangat banyak dan tidak terlalu selektif dalam memilih bunga.

Dengan demikian, lebah turut membantu memasok makanan bagi manusia, baik secara langsung dalam bentuk madu maupun secara tak langsung dengan membantu tanaman melakukan reproduksi dan menghasilkan makanan untuk kita.

Saking pentingnya peran lebah dalam konstelasi lingkungan hidup, Albert Einstein disebut-sebut pernah merilis kutipan populer berikut ini.

“Jika lebah lenyap dari muka bumi, maka manusia hanya punya waktu empat tahun untuk hidup. Jika lebah musnah, maka penyerbukan tak terjadi, tak akan ada lagi tanaman, tak ada lagi binatang, tak ada lagi manusia.”

Kutipan itu sempat diragukan keasliannya, apakah benar dicetuskan oleh Einstein yang memang seorang ilmuwan genius sehingga mampu mencapai kesimpulan seperti itu atau tidak. Misteri itu sedikit terkuak ketika penulis Belgia terkemuka Maurice Maeterlinck menerbitkan buku berjudul The Life of the Bee tahun 1901.

The Life of the Bee, renungan penting tentang peran hutan bagi kehidupan

Maurice yang diganjar Hadiah Nobel Sastra pada tahun 1911 itu diduga kuat merumuskan ide seputar kaitan lebah dan kehancuran manusia yang kian populer. Maurice menyebut lebah sebagai vital ecological linchpin. Dari bukunya yang profokatiflah kemungkinan pembaca menarik kesimpulan bahwa peradaban manusia terwujud berkat peran lebah sehingga punahnya lebah akan berdampak pada musnahnya umat manusia.

Isu lenyapnya lebah dan kepunahan manusia disinyalir akibat colony collapse disorder (CCD), yakni penyakit misterius yang menyerang sarang lebah di daratan Amerika dan Eropa akibat keracunan pestisida yang disemprotkan pada tanaman atau untuk pengendalian tungau. Pada fenomena CCD, banyak lebah pekerja pada sebuah koloni mati, meninggalkan ratu sendirian, dengan makanan berlimpah dan segelintir lebah perawat yang bertugas merawat lebah muda beserta sang ratu.

Apa saja manfaat hutan

Merenungkan manfaat hutan bagi kehidupan manusia adalah sebuah keniscayaan. Hidup kita nyaris sulit terlepas dari komponen hutan. Beberapa manfaat berikut perlu kita dengungkan sebagai upaya positif melestarikan hutan.

1 | Sumber air

Hutan membantu mencegah terjadinya masalah-masalah akibat limpahan air. Jika tanah menyerap terlalu banyak air, lama-lama air tak bisa disedot lagi. Kondisi ini bisa membahayakan pertanian dan bahkan kebanjiran. Pohon-pohon dan tanaman di hutan mengeluarkan banyak air yang telah disedot oleh akar mereka. Air itu keluar dari daun melalui stomata. Pohon memungkinkan sebagian air yang tercurah ke tanah bisa kembali ke atmosfer lalu turun menjadi hujan lagi. Dengan begitu hutan mampu menjaga agar cuaca tidak terlalu kering atau terlalu panas.

Selain itu, air hujan juga disaring oleh tanah di hutan sehingga menjadi lebih bersih. Berkat hutanlah kita bisa mengakses air bersih baik untuk diminum, memasak, ataupun mengairi tanaman. Tumbuhan perdu dan sampah (seperti dedaun kering dan ranting patah, kulit pohon, serta jamur) turut membantu menjaga tanah hutan agar tetap lembap sehingga subur selalu. Tak bisa disangkal lagi betapa hutan punya arti besar dalam memelihar air.

2 | Sumber pangan

Selain madu hutan yang banyak khasiatnya bagi kesehatan, hutan juga memasok makanan untuk kita. Saya pernah menulis bagaimana Pak Tasuri dkk yang semula memburu owa jawa di Hutan Sokokembang lalu berubah menjadi pelindung binatang endemik tersebut lewat penjualan kopi organik yang diberi nama kopi owa. Kopi khas Petungkriyono Pekalongan ini telah berjaya di luar negeri dan mendongkrak ekonomi warga sekitar hutan.

Belum lagi porang yang telah menyulap Paidi warga Madiun dari pemulung menjadi seorang miliarder setelah membudidayakan umbi-umbian hutan itu. Porang juga jadi bahan pangan favorit di Jepang dan Cina sehingga peluang ekonmisnya cukup tinggi. Saya lantas teringat kanal seorang food vlogger Tiongkok yang pernah mengunggah video memasak porang (konjac) di Youtube. Pedas dan lezat!

Lalu ada pohpohan yang bisa dibikin lalap, daun semanggi sebagai teman sambal pecel, kecombrang buat sambal nikmat, dan ciplukan yang juga naik kelas di pasaran. Yang tak kalah penting adalah serangga. Ya, serangga! Karena sudah banyak dikonsumsi di banyak negara, serangga sangat mungkin menjadi santapan di masa depan. Di Madagaskar, misalnya belalang sudah jadi komoditas yang dijual bebas di pasar. Sudah sering kita dengar belalang jadi hama bagi tanaman, maka dengan dimakan hama berkurang sementara manusia mendapat pangan bergizi tinggi.

Jengkol, pohpohan, dan leunca, asupan lezat dari dalam rimba.

Menurut modul yang dirilis FAO tadi, serangga-serangga dari hutan ternyata kaya protein dan mengandung vitamin-vitamin penting seperti kalsium dan zat besi. Berbeda dengan sapi atau ternak lain, pangan berupa serangga terbilang ramah lingkungan. Menyantap serangga untuk mendapat proteinnya juga membantu melestarikan biodiversitas bumi karena udang dan ikan jadi lebih sedikit ditangkap.

3 | Sumber obat

Tanaman di hutan yang bisa dimanfaatkan sebagai obat herbal tak kurang-kurang jumlahnya. Bukan hanya bisa dikonsumsi langsung dengan cara tradisional, gugusan rimba juga menawarkan bahan untuk diolah menjadi obat berbentuk modern. Mulai dari pengusir nyamuk sampai pereda rasa sakit, hutan setidaknya punya 70.000 spesies tanaman yang digunakan sebagai obat-obatan di seluruh dunia. Kita tentu akrab dengan pil kina dan aspirin yang keduanya berasal dari pohon di hutan.

Masih menurut modul rilisan FAO, dua per tiga dari seluruh obat untuk melawan kanker ternyata berasal dari tanaman-tanaman di hutan hujan. Hanya soal waktu saja obat-obatan lain akan ditemukan dari deretan pohon-pohon di dalam hutan. Jika ditaksir, nilai tumbuh-tumbuhan ini sangatlah besar, baik bagi keselamatan manusia maupun secara nominal yakni sekitar 108 juta dolar AS per tahun.

Obat-obatan herbal Tiongkok yang diperoleh dari hutan (Gambar: nationaleczema dot org)

Sayangnya kawasan hutan kian menyempit yang berdampak pada menipisnya persediaan bahan obat-obatan untuk diolah atau ditemukan. Sebagaimana ditulis Mongabay, data Dinas Kesehatan Sumatera Utara menunjukkan bahwa di provinsi itu setidaknya terdapat 2.000 penyehat tradisional yang membuka praktik dan menggunakan tumbuhan sebagai obat-obatan alami. Ini adalah sebentuk kearifan lokal yang mesti dilestarikan juga.

Kita berharap bioprospecting atau proses penemuan bahan obat di hutan akan terus dilakukan. Perusahaan farmasi bisa bekerja sama dengan warga pribumi di sekitar hutan yang lebih ahli dalam hal pengobatan alami dan telah teruji. Sinergi seperti itu bisa membuat kehidupan manusia kian harmoni dengan memperhatikan kendali yang proporsional tentu saja.

4 | Sumber energi

Selain makanan dan obat-obatan, hutan berperan penting sebagai pemasok energi bagi kehidupan kita. Yang paling sederhana, warga sekitar hutan biasa memanfaatkan ranting dan kayu kering sebagai bahan bakar di rumah atau membuat perkakas dari bahan seadanya dalam skala kecil sehingga tidak merusak hutan sebab termasuk energi terbarukan.

Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa berbasis bambu di Mentawai (Gambar: mentawaikab dot go dot id)

Yang perlu digaribawahi adalah bahwa hutan menawarkan sumber energi terbarukan salah satunya biomassa. Bioenergi yang berasal dari tanaman di hutan ini terbukti lebih ramah lingkungan. Selama ini energi biomassa didapat dari pemanfaatan eucalyptus, sengon, jarak, lamtoro, nyamplung, akasia, kemiri, dan masih banyak lainnya. Bahkan di Mentawai sejak 2017 silam telah dibangun PLTBM alias pembangkit Listrik Tenaga Biomassa berbasis bambu.

Bambu dipilih sebagai bahan baku sebab selama ini tanaman ini sudah menjadi bagian dari budaya orang Mentawai. Mulai dari memasak air, ikan, mengolah sagu, mereka menggunakan bambu. PLTBM tidak melibatkan penguasaan lahan warga oleh perusahaan. Warga bisa menanam bambu di lahan mereka lalu menjualnya kepada perusahaan penyedia listrik. Dengan kata lain, bambu ditukar dengan aliran listrik yang lebih produktif. Sementara bambu cepat tumbuh lagi dan lagi, tidak seperti kayu yang lama.

5 | Rekreasi dan inspirasi

Hutan memang salah satu sumber pemasok produk untuk kebutuhan kita, mulai dari pakaian, obat-obatan, hingga energi. Hutan ibarat pasar alami yang tersusun dari etalase pohon dan spesies untuk manusia. Namun yang paling penting diingat adalah bahwa sumber daya di hutan bukanlah tidak terbatas, maka kita mesti bijak untuk melestarikannya.

Bukan semata produk atau energi, hutan juga menyuplai inspirasi dan menjadi tempat rekreasi bagi kita. Berkunjung ke hutan kota atau hutan lindung bersama keluarga tentu mengasyikkan sebagai bagian dari free-time activities. Rekreasi murah meriah sambil mengedukasi anak tentang pentingnya hutan bagi kehdiupan, sebagaimana dilakukan di Prasekolah Halifax di awal tulisan. Bukan cuma murah tapi juga menyehatkan sebab hutan kaya oksigen dan pepohonan hijau menyegarkan pikiran.

Hutan dan alam adalah inspirasi tak terbatas bagi karya kreatif.

Hutan juga menjadi sumber inspirasi banyak pengarang atau pekerja kreatif. Glen Fredly misalnya pernah menggubah lagu khusus tentang hutan. Penyair kondang Sapardi Djoko Damono juga dikenal dengan sebuah puisinya berjudul “Sajak Tafsir” yang kental nuansa alam dengan mengingatkan manusia agar hidup dalam koeksistensi dengan hutan tanpa menghancurkan pohon dan segala kenyamanan di dalam rimba.

Perlunya Mengadopsi Hutan

Dari Sajak Tafsir karya Sapardi itu saya bertolak untuk memikirkan masa depan dengan penuh kewaspadaan. Bahwa pada akhirnya persepsi dan penafsiran terhadap arti hutanlah yang dapat membantu menyelamatkan kelestariannya dan akhirnya menyelamatkan kehidupan kita sendiri — yang jelas tak bisa mandiri tanpa dukungan alam, termasuk hutan. Kita harus menyamakan interpretasi bahwa hutan berperan vital dalam tata ekologi, yang dampaknya mencakup sosial, budaya, dan ekonomi.

Saya beruntung diundang oleh HIIP dan Hutan Itu Indonesia untuk mengikuti online gathering bergizi bertajuk Melestarikan Hutan lewat Adopsi Hutan tanggal 2 Oktober pekan lalu. Bersama 29 finalis lomba blog Adopsi Hutan, saya khusyuk menikmati sajian selama 2 jam lebih tersebut. Semula gathering diagendakan berlangsung 2 jam saja, tapi keseruan acara membuat kami terbawa dalam diskusi ringan dengan tema yang sebenarnya berat.

Hutan memang isu yang sangat strategis di antara narasi-narasi lingkungan lainnya seperti sampah dan polusi. Webinar siang itu adalah ikhtiar untuk membuka mata kami bahwa persoalan hutan bukanlah perkara main-main. Namun tak perlu galau berlebihan sebab Christian Natalie atau akrab disapa Mas Tian dari Hutan Itu Indonesia mengingatkan bahwa semua orang pada dasarnya bisa berperan untuk melestarikan hutan.

Christian Natalie membuka acara sebagai narasumber pertama.

“Fondasinya adalah cinta,” ujarnya penuh optimisme. Betul juga sih, kalau dilandasai cinta, upaya apa pun bakal terasa nikmat alias tak jadi beban. Termasuk merawat hutan sesuai kemampuan. Kita tak harus berkunjung langsung ke hutan untuk mendukung program #AdopsiHutan. Sebaliknya, dari rumah pun kita bisa berdonasi untuk mengadopsi pohon di hutan. Apalagi di masa pandemi ketika interaksi serbaterbatas, maka andil dalam bentuk lain sangat direkomendasi.

 “Lalu bagaimana jika masa adopsi berlalu tapi pengadopsi tidak memperpanjangnya, Mas?” tanya Ira Guslina pada sesi Q & A. Pertanyaan itu disampaikan untuk mewakili pembaca blognya.

Rp6 juta per bulan

Mas Tian menanggapi bahwa jika donatur tidak memperpanjang adopsi setelah setahun berlaku, maka donatur baru akan dicari untuk melanjutkan. Biaya perawatan hutan ternyata tidak sedikit. “Di Soraya (Research) Station saja butuh 6 juta per bulan, sudah jelas kan setahun jadi berapa?” ujarnya mantap. Tian menambahkan bahwa peluncuran Hari Hutan Indonesia bersama 140 organisasi pada 7 Agustus lalu adalah sebuah ikhtiar untuk membangun sinergi dalam pelestarian hutan jangka panjang.

Irham Hudaya, mewakili FKL sebagai praktisi lapangan

Mengamini pendapat Mas Tian, Mas Irham Hudaya dari Forum Konservasi Leuser (FKL) menyebutkan bahwa warganet bisa berpartisipasi dalam pelestarian hutan dengan menanam 1-2 pohon  atau menulis pesan-pesan positif untuk mendukung gerakan tersebut. Apalagi bloger yang suaranya makin didengar di jagat maya, ini adalah momentum yang tepat untuk menggaungkan semangat konservasi lingkungan.

Acara yang dipandu Mas Rian Ibram memang berlangsung gayeng tapi tetap serius. Pembawaannya yang santai dan sesekali diselingi candaan ringan membuat seluruh peserta betah bertahan sampai akhir acara. Jumat lalu saya kebetulan harus mengunjungi ibu yang sakit di kampung. Sinyal siang itu rupanya tak bersahabat bahkan ketika saya sudah naik ke lantai dua tak jauh dari jemuran. Terik matahari cukup menyengat tapi saya tetap enjoy sebab webinar-nya sarat informasi.

Rian Ibram, MC kondang yang piawai memandu acara

Travel blogger dan influencer kondang, Kak Satya Winnie, turut menyemarakkan perjumpaan daring kami siang itu. Sebagai bloger aktif, ia sudah kenyang berkunjung ke hutan-hutan, salah satunya ke Desa Ketambe yang menjadi bagian dari Taman Nasional Gunung Leuser. Winnie bukan travel blogger kaleng-kaleng loh; dia sudah menyambangi sudut-sudut eksotis Nusantara sebagaimana ia unggah di blognya. Dia juga punya ketertarikan khusus pada kelestarian lingkungan, termasuk hutan.

Yang bikin mupeng dari hutan tropis itu bukan cuma kuliner lokalnya yang khas, tapi juga paket lengkap yang ditawarkan. Selain mandi air panas, kita tentu saja bisa mandi di sungai yang airnya segar dan bersih sambil melihat satwa endemik seperti orangutan dan gajah. Kenaekaragaman hayati lain juga jadi pesona unik hutan Leuser. Tak heran jika sebagian besar peserta Zoom meeting sontak kegirangan ingin meluncur ke Aceh.

Strangler fig berusia ratusan tahun, komponen hutan yang punya banyak peran.

Apalagi ketika Winnie menunjukkan foto pohon-pohon raksasa yang dikenal dengan nama strangler fig. Saya kaget mendengar namanya karena berbau mencekik, hehe. Setelah dijelaskan saya baru paham bahwa pohon besar berusia ratusan tahun ini turut membantu menyokong pohon-pohon di sekelilingnya untuk terus tumbuh (seperti mencekik dengan paksa) sekaligus berperan sebagai sumber pangan bagi satwa endemik hutan. Mulia sekali kamu, fig!

Tak bisa hidup tanpa hutan

Ada satu kalimat menohok yang masih saya ingat diucapkan Winnie, “Tanpa gadget kita bisa hidup. Tapi tanpa hutan kita bisa mati. Udara dan air bersih dari hutan.” Ini kutipan penting yang mesti kita cetak dan renungkan sebab hutan memang mewadahi apa yang kita butuhkan sebagaimana saya uraikan dalam berbagai manfaat sebelumnya.

Gemas soal kelapa sawit di Sumatra Utara!

Saat dikonfrontasi tentang kelapa sawit, Winnie tak bisa menyembunyikan keprihatinannya. Kita tahu bahwa belum lama ini pemerintah Indonesia diganjar 56 juta dolar AS dari Norwegia sebagai bayaran atas turunnya emisi karbon dioksida yang berhasil dilakukan Indonesia. Masalahnya industri kelapa sait di tanah air menunjukkan peningkatan dengan peralihan lahan hutan menjadi perkebunan. Winnie bahkan pernah memergoki pameran sawit di Norwegia yang membuat konteks menjadi ambivalens.

Winnie mengakui bahwa kelapa sawit memang tak bisa dilihat sebagai soal yang hitam putih sebab manfaatnya pun ada. Dibutuhkan pengendalian atas perkebunan yang mengancam masa depan hutan. Ia terutama menyoroti provinsi Sumatra Utara tempatnya berasal yang menduduki peringkat kedua di Indonesia dalam sektor sawit.

Namun ia optimistis bahwa dilibatkannya warganet, terutama bloger, dalam kampanye pelestarian hutan lewat #adopsihutan akan menyalakan harapan agar lebih banyak orang berpartisipasi aktif dalam merawat hutan. Pada akhirnya menyelamatkan hutan memang ibarat menyelamatkan kehidupan kita. Salah satu langkah paling mudah adalah mengambil andil sesuai kemampuan.

Sungguh webinar yang mencerahkan. Apalagi sepekan sebelumnya saya mendapat kiriman hampers keren dari lomba ini berupa hand sanitizer, masker unik, teh herbal, dan totte bag. Produk yang ramah lingkungan dan sangat tepat mendukung gaya hidup kenormalan baru di tengah pandemi, terutama teh segar itu.

Apakah BBC-Mania punya kenangan soal hutan atau unek-unek seputar kelestariannya?

 

59 Comments

  1. Hutan adalah kekayaan. Merawat hutan artinya investasi masa depan. Seorang cerdas tahu keberlangsungan hutan artinya keberlangsungan kehidupan.
    Sampai nabi saja berpesan seandainya seorang tahu esok kiamat hendaklah berbuat kebaikan meski dengan cara menanam benih. Walau ia tahu benih itu takkan bisa ia nikmati.
    Keren, mas Rudy. Kapan travelling mblasak2 hutan lagi, nih?

    Like

    1. Merawat hutan adalah investasi masa depan, betul banget Mbak Santi. Akhirnya melestarikan hutan berarti merawat kehidupan kita sendiri kan Mbak? Begitu berartinya menanam benih sebagai simbol kelangsungan hidup manusia dengan dukungan hutan. Terima kasih, Mbak. Kapan kopdar lagi di Malang? Hehe…

      Like

    1. Iya, Mbak. Adopsi hutan bisa bantu menjaga kelangsungan hutan agar lestari dan memberi manfaat buat kita. Memang kudu melek sejak dini kita semua. Terima kasih atas dukungannya 🙂

      Like

      1. Aku pernah tinggal di dekat hutan, dan benar, cuacanya dan suasananya emang asri. Air nya sejuk, masyarakat sekita hutan juga unik. Gak kebayang kalo hitan di Indonesia semakin habis. Mau jadi apa udara ini

        Like

        1. Asri dan sejuk ya Kak tinggal di kawasan dekat hutan? Setidaknya persoalan pangan bisa diatasi dengan bergantung pada hutan. Kalau hutan rusak, bisa dibayangkan beratnya hidup manusia.

          Like

  2. Salam hormatku untuk teman2 pegiat Hutan Itu Indonesia dan juga buat semua teman2 yang peduli dengan hutan kita. memang ya manfaat hutan buanyak banget, kemarin acaranya seru bangett. nggak terasa 2 jam berlalu, hhh

    Liked by 1 person

    1. Iya, Mbak Ella. Salut buat para pejuang hutan dan aktivis yang setiap hari berada di lapangan. Doa kita semua untuk kesehatan mereka dan kelestarian hutan Nusantara.

      Like

  3. Aih Pak Rudi, melihat blog Bapak yang rapi dan eye catching, bikin membaca pun nyaman. Dan terus membaca sampai akhir. Semoga pembaca mendapat manfaat dari tulisan Bapak seperti kita mendapat manfaat dari webinar kemarin yaa … aamiin

    Like

    1. Terima kasih, Mbak Astrid sudah berkunjung dan berkenan membaca. Semoga harapan baik kita lewat adopsi hutan betul-betul berdampak positif dan menjangkau banyak orang ya.

      Like

  4. Banyak banget ya mas manfaat hutan, dari hutan pula kita bisa belajar banyak hal. Berbagi cerita dan kearifan pada anak cucu di masa mendatang… Semoga makin banyak hutan yang kembali lestari agar bumi kembali berseri ya…

    Pengalaman ikut blogger gathering kemarin seru ya, acaranya dikemas apik dan tetap bisa interaktif meski berlangsung online…

    Liked by 1 person

    1. Cerita dan kearifan lokal, itulah yang sering terlupa ya Mbak untuk disampaikan kepada anak cucu. Aku pikir ya selama ini pelestarian hutan biarin deh jadi tugas penjaga atau aktivis hutan, sekurang-kurangnya Departemen LH, tapi ternyata itu tanggung jawab kita semua. Karena kalau hutan lestari, hidup kita ikutan nyaman dan terjaga. Akhirnya kita ‘ketemuan’ ya Mbak Ira meskipun cuma lewat Zoom, hehe.

      Like

  5. Ternyata ada ya forest guide untuk anak semacam itu. Awal-awalnya saya kagum dengan konsep sekolah alam karena bener-bener ingin menghadirkan pembelajaran nyata dalam ‘kelas’. Yah memang seharusnya begitu ya karena melestarikan kekayaan alam itu kewajiban yang harus disadari dan diwariskan turun-temurun

    Liked by 1 person

    1. Iya, Kak. Panduannya pun atraktif dengan gambar dan penjelasan yang mengalir. Disertai contoh-contoh mudah, pas buat pembaca anak-anak. Di sana forest school udah lumrah sih, kalau di Indonesia mungkin masih jarang–kalaupun ada kadang biayanya mahal, hehe…. Bener kata Mbak Gio, kesadaran untuk melihat hutan sebagai warisan agar kita tidak merusaknya.

      Like

  6. Sepertinya aku bakalan langsung google panduan hutan untuk anak-anak dari FAO. Kenangan tentang hutan, apa ya? Oh iya, aku juga pernah disengat tawon… tawon hutan malah… langsung bengkak tangan hehe… Ngomongin lebah, ya aku setuju dia kecil tapi banyak banget manfaatnya. Alloh sendiri menghargainya dalam surat An-Nahl….

    Liked by 1 person

    1. Iya, bagus banget panduannya, bisa diunduh gratis pula. Ilustrasi dan deskripsinya gamblang, dilengkapi dengan simulasi tentang perlakukan terhadap hutan. Cocok banget buat diajarkan kepada anak-anak. Begitulah Teh, kadang kalau ga ada musibah, misalnya, manusia malah lalai seolah mengunggulkan perannya sendiri dengan menafikan andil hewan atau tumbuhan yang tampak sepele seperti lebah.

      Liked by 1 person

  7. Mas, saya terpana baca tentang fakta lebah..masyaAllah penting banget lebah dalam hidup manusia ya… Membantu proses penyerbukan tanaman yg merupakan makanan manusia. Sampai dijadikan nama surah dalam Al Quran, An Nahl

    Liked by 1 person

    1. Lebah memang sangat besar peran di alam, Mbak Nur. Ratusan, bahkan ratusan ribu jenis tanaman konon bergantung pada penyerbukan oleh lebah. Begitu istimewa ya dia sampai diabadikan sebagai nama surah dala Al-Quran.

      Like

  8. Yang bikin syedih, makin gencar kampanye akan pentingnya hutan, makin banyak pula hutan yang gundul. Seperti di daerahku, Bengkulu. Korporasi, masyarakat, merambah hutan. Lahan hijau diganti menjadi tanaman sawit yang gersang. Meski begitu, tetap tidak boleh putus asa. Gerakan kampanye adopsi hutan semacam ini harus terus digencarkan. Supaya generasi mendatang bisa memiliki kesadaran sejak dini akan pentingnya keberadaan hutan bagi kelangsungan hidup manusia.

    Like

    1. Memang problem pelestarian hutan atau alam itu sering kali kompleks, melibatkan pihak yang banyak dan kepentingan yang beririsan, termasuk kelapa sawit yang dilematis. Tapi kita enggak boleh putus asa ya, Kak Kendy. Gerakan kecil seperti adopsi hutan setidaknya memperpanjang usia hutan, agar memberi manfaat terus buat manusia. Salam kenal 🙂

      Like

  9. Keren banget nih program, generasi muda bisa lebih paham tentang hutan dan bagaimana ikut serta dalam menyelamatkan sebagai paru paru dunia. Semoga lancar dan terus berlanjut

    Like

    1. Iya, Kak. Adopsi hutan sederhana tapi mengena. Semua orang dari kalangan apa pun bisa terlibat untuk berkontribusi, caranya pun mudah dan praktis. Hutan harus lestari karena kelestarian hutan berarti berlangsungnya kehidupan kita sendiri.

      Like

    1. Iya, Mbak Lid. Itu baru satu stasiun penelitian sementara hutan kita banyak sekali. Adopsi hutan jadi salah satu cara termudah untuk mengajak orang untuk melestarikan hutan dari mana saja. Yuk partisipasi!

      Like

  10. Begitu banyak manfaat hutan bagi kehidupan, maka sudah sepatutnya manusia harus menjaga hutan itu. Agak dilematis juga, populasi manusia semakin bertambah dan otomatis kebutuhan pangan, papan, dll juga bertambah. Manusia mulai membuka hutan utk mencukupi kebutuhannya, utk usaha pertanian, perkebunan, perumahan, dll.

    Like

    1. Iya, Mas Daniel. Dilematis memang, makanya kudu koordinasi dan sinergi agar pemenuhan kebutuhan manusia tidak mengorbankan kelestarian begitu parah. Harus ada kendali dan pengawasan bersama biar hutan tidak rusak.

      Like

  11. Iya, binatang juga punya perasaan. Aku pernah melihat kucingku nangis waktu anaknya sekarat 😥
    Makanya kebayang gimana perasaan binatang2 hutan ketika tempat tinggal mereka dibakar…. 😦

    Like

    1. Begitulah, Mbak Eno. Hutan jadi habitat banyak satwa penting, maka kelestariannya mesti kita jaga bersama. Bahkan hutan jadi sumber pangan yang bisa diandalkan sebagai alternatif beras selama ini. Perlu kerja sama yang melibatkan banyak pihak agar tujuan mulia dicapai dengan mudah.

      Like

  12. Gerakan adopsi hutan ini bisa membuka kesempatan pada masyarakat luas untuk menjaga kelestarian hutan, ya. Semua bisa ikut berperan serta berdonasi.

    Like

  13. Setuju banget sama Mas Rudi. Kita ini tidak bisa hidup tanpa hutan. Hutan rusak, ya sudah, bakalan polusi di mana-mana. Bencana alam di mana-mana, dan tak ada air bersih lagi.

    Kerusakan hutan makin ke sini makin parah. Semoga dengan adanya adopsi hutan, hutan-hutan kita bisa terselamatkan lagi. Dan tak ada lagi penggundulan hutan.

    Like

    1. Semoga makin banyak ya yang peduli pada masa depan hutan kita, Kak. Hutan adalah salah satu sumber kehidupan, maka merawat dan menjaga kelestariannya adalah kewajibab kita semua.

      Like

  14. Cerita lebahnya, seru juga. Kebayang, kalo lebah musnah …
    Mulia sekali memang Strangler Fig tersebut ya. Pada kenyataannnya besar banget yah pohonnya. Kita mah engga ada apa-apanya kalo ada di dekatnya. Semoga dengan adanya adopsi hutan, tetap terjaga kelestariannya…

    Like

    1. Betul, Mbak Hani. Lebah ternyata sangat berperan dalam tatanan pemasok makanan di lingkungan kita. Lewat program adopsi hutan, kita patut berharap tujuan positif bisa kita capai relatif lebih mudah dengan bekerja sama.

      Like

  15. Iya ya kalau hutannya enggak dijaga nanti ke depan para makhluk hidup termasuk manusia gak bisa hidup. Sumber air, sumber pangan, obat, dan lainnya dari hutan :(. Dan itu pohon strangler fig sungguh keren ish

    Like

  16. Gatheringnya seru banget ya Mas, jadi banyak belajar lewat pertemuan online itu ya.
    Adopsi hutan ini emang harus dengan kesadaran dan konsistensi ya.
    Lebah itu memang spesial ya, selain memang disebutkan dalam Al Quran, ternyata secara ilmiah pun dijadikan tolak ukur tentang umur bumi ini kelak ya, kalau udah gak ada lebah, harus siap-siap tuh ya.

    Like

    1. Sangat membuka wawasan kan online gathering kemarin, tambah sadar diri dan tambah pengetahuan lewat bertukar pengalaman. Lebah memang sangat penting bagi kehidupan kita, sangat istimewa posisinya bagi penyediaan makanan manusia. Adopsi hutan semoga bisa membantu merawat lebah dan isi hutan seluruhnya.

      Like

  17. Tak banyak kenangan saya soal hutan Pak Rudi, tapi almarhum kakak sepupu dulunya adalah polisi hutan. Beliau selalu wanti-wanti jangan merusak apa yang ada di alam karena akan kembali pada manusia. Saya baru paham artinya. Beliau meninggal dalam pengabdian sebagai polisi hutan terkena malaria saat bertugas

    Like

    1. Wah, keren sekali kakak sepupu Mbak! Memang betul kok, dari hutan banyak yang kita dapatkan, termasuk obat malaria yang terkenal itu. Semoga makin banyak yang peduli agar hutan terus lestari.

      Like

  18. Hutan terbukti punya banyak manfaat termasuk obat-obatan berkhasiat yang penting bagi manusia, sudah semestinya kita jaga agar ia tetap lestari. Jadi kangen main ke hutan nih, asyik kayaknya mengajak anak-anak turut serta ya. Biar belajar secara langsung dari para ranger. Ingat film Yogi Bear yang disukai duo krucilku, hehe 🙂

    Like

    1. Banyak manfaat dan obat-obat berkhasiat ya, Kak, itulah alasan utama kita perlu menjaga hutan. Mengadopsinya agar bisa terus memberikan manfaat, tetap lestari dan berdampingan dengan hidup manusia.

      Like

  19. Hutan atau wana sangat krusial buat kehidupan kita, banyak hal yang bisa kita manfaatkan dari dalamnya. Viva hutan kita. Setuju banget bahwa hutan itu Indonesia. Ketika berbicara hutan, langsung teringat Indonesia yang hutannya kaya raya. Keren ya adopsi hutan ini!

    Like

    1. Benar, Mister. Krusial dan vital, itulah peran hutan kita. Ayo lakukan semampu kita untuk turut menjaga kelestariannya. Mengadopsi dengan berdonasi atau menulis pesan positif di jagat maya sungguh sangat membantu. Yuk tulis juga di blog Mister Blangkon! 🙂

      Like

  20. Konsepnya bagus ya, mengajak lebih banyak orang untuk peduli dengan keberadaan hutan melalui program adopsi hutan. Perlu digalakkan dan disebarluaskan nih biar semakin banyak orang berperan serta, karena memang kan, kelangsungan hidup bumi ini juga ditentukan adanya hutan.

    Like

    1. Betul, Kak Monica. Kelangsung hidup kita sangat bergantung pada kelestarian hutan jadi kita ga bisa semena-mena dalam menangani hutan. Proram adopsi hutan bisa jadi salah satu solusinya.

      Like

Tinggalkan jejak