5 Alasan Komunitas Bloger Lelaki Tidak Bisa Bertahan

Berbalik dengan beberapa asumsi, dunia blogging kini justru semakin ramai dan menggairahkan. Sempat ada yang menyebutkan bahwa blogging akan segera menemukan titik jenuh, tak lagi menjanjikan sebagai sumber penghasilan lantaran orang lebih melirik Youtube yang berbasis video atau tayangan visual. Prediksi itu diperkuat oleh kecenderungan manusia yang lebih suka memproses gambar ketimbang teks sebagai materi utama konten blog.

Namun, senja kala blogging tak kunjung terbukti. Alih-alih berkurang karena popularitas Youtube dan Instagram yang meroket, jumlah blog justru meningkat. Tak sedikit bloger yang malah berlomba-lomba beternak blog sebagai investasi masa depan. Saya pribadi berpendapat bahwa peluang dalam blogging masih sangat besar.

Masalahnya bukan pada sengitnya kompetisi tapi pada bagaimana mengolah konten yang lebih cerdik dan memikat, dengan memberdayakan daya tarik gambar/video dan content creating yang kompleks.

Komunitas bloger perempuan

Fenomena yang sangat menarik dicermati adalah naiknya pamor beberapa komunitas bloger perempuan di tanah air. Sebut saja Blogger Perempuan Network (BPN) yang digawangi oleh Shinta Ries dkk, Kumpulan Emak2 Blogger (KEB) yang didirikan Mira Sahid dan Indah Julianti, dan Ibu-ibu Doyan Nulis (IIDN) yang diprakarsai oleh Indari Mastuti.

Komunitas terakhir memang bukan eksklusif buat bloger karena semula memang didirikan sebagai wadah kaum wanita yang suka menulis di platform apa saja. Namun komunitas yang kini dinakhodai Mbak Widyanti Yuliandari rupanya punya program unik yang melibatkan para bloger. IIDN sudah beberapa kali menghelat lomba blog bersama kementerian dan bahkan kini sedang mengadakan lomba blog bergengsi bersama ASUS.

Kenapa komunitas bloger lelaki redup?

Sesuai dengan judul, saya ingin menyoroti sejumlah alasan tidak eksisnya komunitas bloger yang anggota sepenuhnya para lelaki. Sependek pengetahuan saya, ada dua komunitas bloger pria yang pernah didirikan.

Pertama, KOBEL atau Komunitas Blogger Laki alias KOBEL yang sudah tak aktif. Blognya sudah tak bisa diakses, menyisakan grup di Facebook yang juga tak aktif—sekadar menjadi tempat promosi tautan blogpost tanpa ada kegiatan dari admin.

Seperti keterangan di akun tersebut, KOBEL dibentuk sejak hari Sabtu, 7 November 2015 oleh para KOBELERS yakni sebutan bagi anggota komunitas tersebut. Tujuan utama terbentuknya KOBEL adalah menunjukkan bahwa lelaki sejati juga bisa ngeblog! Usia 5 tahun mestinya bisa dimanfaatkan untuk meraih banyak hal dalam komunitas ini.

Komunitas lain yang berbasis bloger lelaki sayangnya saya lupa apa namanya. Namun yang jelas kiprahnya tak terdengar lagi. Memang tidak mudah bertahan dalam persaingan blog yang kian kompetitif.

Data terakhir yang dirilis Antaranews menyebutkan bahwa ada setidaknya 3,5 persen dari total 88,1 juta pengguna Internet di Indonesia. Namun ini data per Oktober 2015 sebagaimana dituturkan Matahari Timoer, bloger senior yang kala itu menjabat Ketua Blogger Camp 2015.

Sedangkan menurut Hootsuite dan We Are Social, jumlah pengguna Internet di Indonesia per Januari 2020 mencapai 175,4 juta dengan 160 juta pengguna media sosial aktif. Walau tak disebutkan berapa jumlah bloger aktif, menurut saya angkanya naik dibanding data tahun 2015 mengingat brand dan agency semakin banyak melirik blog untuk mempromosikan produk atau jasa mereka.

Dari angka itu, bloger lelaki tentu tak sedikit, tapi mengapakah komunitas yang khusus beranggotakan bloger lelaki tak sanggup bertahan? Berikut 5 alasan menurut analisis saya.

1 | Apa yang mau diperjuangkan?

Komunitas bloger lelaki tidak bisa survive barangkali sebab ide atau gagasan yang diusung kurang relevan atau kontekstual. Tak ada hal mendesak yang harus diangkat oleh bloger pria sampai harus dihimpun dalam sebuah komunitas khusus. Apa yang mau dicapai lewat blog?

Selama ini para lelaki sudah mendapat tempat di kehidupan sosial; kesempatan bekerja yang luas, bebas berekspresi, dan beragam keleluasaan yang mungkin belum dinikmati oleh para wanita. Bagi saya itu tidak menarik sehingga kurang mendapat perhatian dari brand.

Bandingkan dengan para wanita yang memutuskan jadi bloger. Mereka selama ini dikenal sebagai mitra lelaki yang tak perlu memiliki kualifikasi tinggi dalam kehidupan sosial. Cukup aktif mendidik anak di rumah sambil memasak dan mengelola rumah tangga dengan baik, itu cukup. Begitu gelombang blogging datang, lalu masuklah mereka ke dalam riak ombak itu, maka pendar harapan membuncah.

Para wanita ternyata bisa berkarya sama bagusnya, punya peluang sama besarnya, punya kompetensi sama hebatnya sebagaimana para lelaki. Dari sana brand pun tertarik meminta mereka meng-endorse produk yang ditawarkan. Dalam hal ini blog menjadi sarana akselerasi untuk mempertegas potensi mereka yang mungkin selama ini terabaikan.

Sedangkan bagi kaum lelaki, memang mau ditingkatkan bagaimana lagi? Mau naik dalam konteks apa lagi? Mau memperjuangkan apa lagi sementara yang butuh kesetaraan adalah kaum hawa?

2 | Relatif sibuk

Komunitas bloger lelaki tak bisa bertahan juga lantaran para pengurus dan anggotanya sibuk mencari nafkah. Ya bisa dimaklumi sebab sebagai kepala rumah tangga mereka punya kewajiban untuk mencari rezeki sehingga komunitas yang belum menjanjikan (sebab belum dilirik oleh banyak brand) terpaksa terpinggirkan.

Kesibukan itu manusiawi karena bagaimana pun cari duit untuk keluarga lebih utama ketimbang aktif dalam komunitas yang belum menawarkan profit.

3 | People love stories

Orang suka cerita, begitu yang saya dengar dari Mas Heri Ardin dalam sebuah webinar tentang content marketing. Nah ibu-ibu doyan sekali bercerita dalam blognya, sementara bloger lelaki bisa jadi sebaliknya. Dari drakor hingga pelakor, ibu-ibu piawai meracik konten yang seolah tak kunjung habis. Inilah yang memikat blog bisa terus eksis.

Para bloger wanita pandai memilih angle karena perspektif mereka memang masih kaya dan bisa dieksplorasi. Dan menurut saya brand suka hal itu. Sedikit drama, apa susahnya? Dalam sebuah perbincangan, bloger lelaki konon lebih fokus ke optimasi blog buat AdSense ketimbang berjejaring seperti bloger perempuan. Betulkah?

4 | Terbatasnya produk

Lihatlah jumlah produk yang ada untuk para lelaki, lalu bandingkan dengan para wanita yang digoda dengan berbagai alat kecantikan. Skincare, serum, sabun wajah, krim ini itu, pelangsing, you name it. Belum lagi alat masak, atau aneka produk untuk anak yang lagi-lagi sangat tepat dipromosikan oleh ibu-ibu.

Rasanya sedikit barang yang bisa di-endorse oleh kaum lelaki. Kalaupun ada, ya persaingannya sudah sengit sesama bloger cowok, dengan syarat follower dan printilan lainnya. Dalam ranah domestik, suami boleh saja bertugas mencari uang tapi penentu pembelian sangat mungkin adalah para ibu. Masuk akal?

5 | Kurang produktif

Harus saya akui, bahwa kaum wanita jauh lebih produktif daripada kaum lelaki. Walau secara fisik mungkin terlihat lebih lemah dibanding pria, kaum hawa tak kalah jawara soal produktivitas. Termasuk ngeblog. Dari banyak bloger yang saya kenal suka memenangkan lomba blog, mereka adalah ibu rumah tangga yang punya anak atau balita dan sering tanpa pembantu.

Walau perih, harus saya sampaikan bahwa mereka sungguh luar biasa. Bisa tetap mengerjakan tugas domestik yang tak pernah habis dan masih bisa menulis rutin di blog bahkan memenangi berbagai lomba dengan Tips menang lomba blog yang tak pelit mereka bagikan. Percaya atau tidak, pesaing kuat saya dalam lomba blog selama ini justru beberapa emak bloger, haha….

Lebih baik ….

Itulah yang membuat komunitas mereka bisa terus bertahan bahkan memberi cipratan rezeki kepada para bloger pria seperti saya. Bisakah kira-kira berlaku sebaliknya: komunitas bloger lelaki terbentuk solid lalu memberi luberan rezeki kepada bloger perempuan?

Secara teori bisa, tapi entahlah, yang jelas bloger lelaki masih bisa berkiprah dengan berpayung pada komunitas bloger perempuan atau tanpa afiliasi sama sekali.

Jika pun harus membentuk komunitas, lebih baik berbasis hobi atau lokasi, itu lebih masuk akal ketimbang gender yang khusus pria. Sebab tak ada lagi yang bisa atau perlu dibuktikan kan? Sejak dulu ya lelaki hebat, dan tak ada hebatnya jika mereka bisa ngeblog. Komunitas bloger otomotif, gamer, pencinta kucing, atau petani anggrek mungkin lebih menarik.

Buat komunitas bloger perempuan, yang telah dipercaya brand menghelat sekian lomba bergengsi dan mengucurkan rezeki bertubi-tubi dari kuis atau job menulis, kuucapkan terima kasih, kamsahamnida, domo arigato….

65 Comments

  1. Bung Rudi tahu KBM App tidak?
    Jadi, ada aplikasi buatan Indonesia yang fungsinya seperti Wattpad. Di situ, siapa pun bisa menulis berbagai macam tulisan (fiksi, non-fiksi, ataupun pusi). Penulis aplikasi itu bisa memonetisasi tulisan dengan “mengunci” bab-bab yang ia tulis. Satu bab kira-kira dihargai Rp. 1000,- dengan pembagian 80-20 (penulis mendapatkan bagian terbanyak, sisanya platform KBM). Ternyata ada yang bisa meraup sampai 30 juta rupiah dong dalam satu bulan.

    Sejak beberapa tahun terakhir, ada demam literasi. Berbagai orang di Indonesia mulai menulis dan membaca. Kebanyakan di platform online, ataupun Facebook. Berdasarkan pengamatan saya, kebanyakan wanita. Yang muda suka baca cerita romansa atau fan fiction di Wattpad. Sementara yang lebih dewasa kerap menulis di KBM App, Novelme, dan berbagai platform lainnya. Nah, kebanyakan wanita dewasa yang menulis cenderung ibu rumah tangga. Saya pikir, selain mereka punya waktu (khususnya yang anak-anaknya sudah lepas usia balita), mereka juga punya disposable income untuk membuka “gembok” cerita di berbagai aplikasi, dan yang paling relevan adalah para ibu rumah tangga suka membaca tulisan ibu rumah tangga lainnya.

    Saya lihat tulisan yang paling “laku” di KBM App adalah cerita dengan protagonis ibu rumah tangga, cerita “budak cinta”, dan cerita dengan tema “pelakor”. Yang terakhir ini banyak sekali peminatnya.

    Sekilas, mungkin itulah alasan banyak wanita yang menulis. Karena wanita (khususnya ibu rumah tangga) punya banyak cerita. Sementara cerita laki-laki ya… bisa dikatakan apa yang menjadi berita. Bisa jadi karena “it’s a man’s world.” Haha…

    Like

    1. Iya, Mas Adhi, dengar dari beberapa teman yang rajin nulis fiksi di sana, kebetulan bloger perempuan juga haha. Potensi ekonominya kabarnya besar banget di aplikasi itu sejak grup FB-nya sering ricuh.
      Betul banget, mereka punya banyak cerita, macam FTV Indosiar saja, haha.
      Omong-omong, bagaimana kabar Mas Adhi dan keluarga? Seberapa besar terdampak akibat pilpres dan korona?

      Like

      1. Alhamdulillah, kami baik. Jika lancar, in syaa Allah bisa pulang pertengahan tahun depan. Tadinya mau kembali ke Indonesia selama 3 bulan sejak Agustus 2020, tapi batal.

        Like

  2. sekarang rata-rata sebagian komunitas blogger udah nggak aktif atau jarang on lagi, min. Dan sampai sekarang komunitas yg masih aktif itu cuman Blogger perempuan network, blogger cronny, IIDN, KEB, sama yg 1minggu1cerita setahu saya

    Blogger laki-laki juga bisa kok masuk ke komunitas blogger seperti Blogger cronny, ISB, atau 1minggu1cerita

    Like

  3. Iya neh sayang banget komunitas blogger lelaki nggak ada yang bisa eksis, aku setuju dengan point-point yang Mas Rudi tulis di atas. Wanita emang punya power dan pesona yang bikin mereka lebih eksis dan dilirik sama brand.

    Like

  4. Wah saya baru tahu ada komunitas blogger cowok. Memang sih dari komunitas blogger yang saya ikuti kebanyakan perempuan. Tapi setahu saya banyak juga kok penulis blog laki-laki, cuma mungkin mereka tidak mau dibilang blogger ya, hehehe

    Liked by 1 person

  5. Benar banget nih mas…
    padahal pengen juga ikutan kalau ada komunitas blogger cowok.
    tapi emang bener sih, kayaknya akan susah buat ngumpul2 kayak emak-emak blogger.
    toh kebanyakan blogger cowok itu punya pekerjaan dunia nyata yang tak mungkin bisa ditinggal
    kalau cewek kan bisa saja dia ibu rumah tangga kerjaanya. trus nyambil blogger sekaligus online shop di rumah
    mas rudi aja deh bikin pertama kali, nanti aku ikutan ngeramein hehehehe

    Like

    1. Tuntutan di kehidupan nyata ya Mas bikin ogah aktif di komunitas blog khusus cowok.
      Haha, saya ngurus bloger di kota kecil aja vakum, apalagi bikin lagi khusus bloger lelaki, Mas. Bisa mandek kuadrat 🙂

      Liked by 1 person

  6. Jioss emang para wanita mah, lanjot trus. Aku nih klo mau nulis aja nggu mood oke. Klo ga teracuni youtube atau game jadi lupa mau nulis haha. Perlu dibentuk lagi nih Dad blogger sepertinya 😀

    Like

  7. Iya nih, kenapa ya engga ada komunitas bloger cowok? Kurang sabar kayaknya untuk bisa guyup dalam komunitas. Tetapi bloger cowok eksis sih menurutku. Mereka malah jago-jago, dan sering menang lomba. Papa Blogger juga belum ada ya? Maksudku menulis parenting dari sudut pandang ayah…

    Like

  8. Iya ya.. saya tidak pernah melihat ada komunitas blogger laki-laki yang eksis apalagi seheboh komunitas blogger perempuan/ibu-ibu.
    Saya sampai hari ini gabung di komunitas blogger yang didirikan oleh para lelaki, masih eksisnya mungkin karena dipegang oleh perempuan.

    Like

  9. Hahahaha… Mungkin karena populasi perempuan lebih banyak dibanding laki-laki, kak.

    Atau orang-orang memang “love stories,”. Dan kebanyakan pecinta dunia literasi sekaligus dream land kan perempuan. Yawes. Masok 😎

    Like

  10. wah iya ya mas rudi, karang ya ada komunitas blogger laki laki
    klo pun ada lakinya, pasti ya komunitas gabungan gitu
    mgkn kayak blogger crony dab brt gitu ya

    Like

    1. Iyo, Mbak. Yang ada memang gabung dan nyelip-nyelip gitu, hehe. Pernah kan ada bloger cowok menyusup grup Blogger Perempuan Network ya padahal itu jelas grup buat cewek?

      Like

  11. Setidaknya para blogger lelaki memang lebih fokus ke Adsense, beternak blog dan segala macam urusan teknisi koding dsb. Kalau ibu ibu mah memang doyan cerita jadi blognya itu buat cerita dari a sampai z gak ada habisnya,

    Like

  12. Hehehe.. Para lelaki mah cenderung cukanya mendengarkan pasangannya bercerita. Mereka sendiri kadang suka dipaksa dulu baru mau cerita. Itupun kadang cuma sepotong-sepotong. Bikin gemes. Bener nggak?

    Beda sama wanita mah. Sukanya ngoceh mau pake mulut atau pun tulisan. Ahay

    Like

  13. Kalau komunitas blogger cewek kelihatan eksis karena secara alamiah mereka suka cerita. Koar-koar lah ke mana saja. Makanya kelihatan banget eksisnya.

    Kalau cowok mungkin lebih banyak bekerja dalam diam, makanya enggak terlihat.

    Padahal nih, kalau blogger cowok udah nunjukin taringnya, wuih 🤭🤭

    Like

  14. Ahahahha, akhirnya mas Rudi menulis apa yang sejak berbulan lalu aku “bathin” … Kok komunitas Mom’s Blogger ini makin banyak dan makin kuat… Mngkin juga, kaum laki-laki pada seneng bersaing, sehingga komunitasnya gampang pecah kali ya mas?

    Like

  15. Sama seperti, kenapa komunitas parenting sebagian besar adalah perempuan? Wkwkwk

    Tapi misalnya ada couple community kira2 gimana ya?
    Kolab laki2 dan perempuan sebagai pasangan lebih bisa awet sih kayaknya.

    Like

  16. Bener banget alasan-alasan yang diungkapin di atas mengapa komunitas blogger itu susah bertahan, terutama alasan yang People Love Stories, ciwi-ciwi dan emak-emak memang suka banget bercerita di blognya sehingga lebih banyak inspirasi dan kontennya ga habis-habis beda sama laki yang lebih fokus ke optimasi blog buat adsense wkwkwkwk

    Like

  17. Kalo komunitas bloger laki punya WAG, yang diobrolin apaan ya? Seseru WAG kalo ada blogger ceweknya nggak ya? Hehehe

    Like

  18. wah benar banget benar banget, sekarang diriku ini ketua komunitas blogger pontianak terasa banget dengan kelebihan blogger perempuan dalam hal menulis dan sudut pandang cerita begitu luas dan kaya, aku merasa saat jadi ketua butuh banyak pikiran yang harus di bagi apalagi nanti udah lulus kuliah aku harus mencari kerja pasti bakalan sedikit menyentuh blog ku sendiri ini 😦 dan jadi ketua blogger pontianak sebentar lagi sudah habis jabatan 2020 hehe

    Like

  19. Hahahha iya ya, saya malah baru mikir, kok gak ada komunitas blogger lelaki? atau ada, tapi gak cukup eksis. Terus malah saya mikir, kalau dibuat. Apa namanya jadi: Blogger Lelaki, Blogger Bapak-Bapak, Pria Punya Selera..eh malah jadi iklan~ wkwkwk

    Like

  20. akhirnya saya juga tergabung dibeberapa komunitas yang isinya didominasi oleh wanita. Gerakan bawah tanah sendirian untuk memberi tahu kalau blogger laki laki masih eksis sampai sekarang

    Like

  21. blogger cowok itu udah mateng2 kak

    klo udah mateng, mreka fokus berkembang terus, dan mereka bisa pelajarin sndiri secara otodidak

    meski ada grup2 blogger cowok juga, tapi ga sampe bikin mereka membuat komunitas kayak blogger cewe, ya bisa dibilang mereka lebih nyaman begitu sih

    grup2 bloggernya buat discuss aja nggak yang smpe bikin2 event, btw aku byk gabung grup wa blogger yg mayoritas cowok haha

    Like

  22. Wah, iya jg ya kalo dipikir pikir ngga ada apa jarang ya komunitas blogger pria.. Dah pada jago jago pasti soalnyaaaa.. hihi. Aku baru tau ttg kobel, namanya aneh sekali yaaaaa

    Like

  23. oiya ya mas, saya kok belum pernah tahu komunitas blogger laki-laki. Beneran ada ya? Hehehe… kirain kalau blogger laki ya ngikut ke komunitas yang umum macam warung blogger gitu. Eh ternyata ada ya, insight baru buat saya ini (ketahuan kurang baca nih, hehe)

    Like

  24. Blogger laki-laki cenderung buat sampingan aja kali, mas, karena rata-rata punya kerjaan utama, Beda sama blogger perempuan yang benar-benar menjadikan blog sebagai ladang penghasilan. Makanya gencer banget kontennya. Atau enggak, karena emang perempuan terlanjur ahli dalam hal multitasking, jadi ya jalanin aja semuanya.

    Like

  25. Saya malah baru tahu ternyata penah ada komunitas blogger lelaki tapi tidan bertahan lama ya. Pernah juga saya gabung di Komunitas Blogger yang didirikan dan diurus oleh para blogger lelaki tapi nyatanya komunitas itu juga tidak bertahan lama.

    Kalau dilihat dari berbagai alasannya itu memang benar juga sih apalagi alasan yang terakhir itu, hehe

    Like

  26. Dan kolom komentar ini pun bisa jadi bukti sahih, lebih banyak perempuannya!
    Aku berpandangan, ini soal sifat dasar sih yang pada akhirnya membedakan fokus dan prioritas masing-masing. Bagi kebanyakan blogger cowok yang kukenal, nggak penting popularitas (yang umumnya dicapai dengan bersosialisasi) kalau blognya nggak menghasilkan. Maka mereka fokus dan prioritasnya pada earning. Optimasi. Malah seringkali mereka bikin blog yang sifatnya nggak personal, bukan blog pribadi.

    Sementara perempuan, mereka ini makhluk sosial yang sesungguhnya. Jadi ya pada dasarnya suka ngerumpi, ngeblog pun jadi ajang rumpi. Hahaha. Makanya komunitas blog perempuan rame terus karena isinya ya pada suka rame.

    Oh, satu lagi. Laki-laki itu sifat kompetitifnya lebih tinggi dari perempuan. Mereka nggak akan begitu mudah share apa yang sudah diketahui di ruang terbuka, seperti grup. Apalagi yang membernya ratusan-ribuan. Mereka cenderung simpan sendiri apa yang diketahui, dan berbagi kalau ada yang bertanya saja. Sebaliknya perempuan, mereka ini senang berbagi.

    Menurutku sih begini. Tapi ini opini pribadi tentu saja.

    Like

  27. Akhirnya kudapatkan jawaban logis mengapa Blogger Laki2 gak eksis. Tapi bagaimana pun jumlah blogger Laki2 juga banyak kan kak?

    Like

  28. Aku cendrung percaya Krn kesibukan 😁. Rata2 temen laki2ku yg ngeblog, itu hanya utk sampingan. Bukan fulltime. Krn tetep aja harus fokus Ama kerjaan yang lebih menjanjikan dari segi income. Apalagi yg punya keluarga. Bener sih, laki2 lebih cocok bikin komunitas yg sesuai hobi atau lokasi. Kalo gender, rasanya memang ga pas.

    Like

Tinggalkan jejak