Mengenal Green Jobs dan Kontribusinya dalam Menyelamatkan Kehidupan Manusia

Saya tak tahu bagaimana respons pembeli buku yang menerima paket dari kami. Alasannya, saya mengirimkan buku itu dengan kemasan kalender bekas. Dan ini hampir menjadi kebiasaan tak tertulis dalam toko daring (online) yang saya kelola di sebuah marketplace. Dalam setiap pengiriman, paket selalu saya bungkus dengan karton atau kertas bekas yang masih layak pakai. Sesekali, jika masih ada ruang kosong, si bungsu saya minta mengisi dengan gambar kendaraan dan di si sulung menggambarinya dengan fragmen komik dengan pesan yang relevan.

Paket dikemas dengan kertas bekas atau kertas kalender, cara kreatif dan murah selamatkan lingkungan.

Sejauh ini tak ada pembeli atau pelanggan yang mengeluhkan kemasan paket berbahan bekas tersebut. Artinya, langkah yang saya tempuh tidak bermasalah. Maka sejak meninggalkan Bogor tahun 2017 dan menetap di Lamongan, saya makin mantap meraup rezeki sebagai pelapak online dan full-time blogger. Selain buku, saya menjual kopi produksi lokal Gunung Anjasmoro, Wonosalam, Jombang demi membantu petani setempat yang tak punya akses pasar. Kopi yang saya pasarkan bersama seorang teman lokal masih diolah secara tradisional berskala rumahan yang tidak hanya ramah lingkungan karena relatif minim bahan bakar tetapi juga produknya lebih disukai pasar.

Kopi lokal diolah secara tradisional, lebih harum dan digemari.

Alasan berjualan buku bekas

Buku yang saya tawarkan 99% adalah buku-buku bekas. Ada beberapa alasan mengapa saya memilih menjual buku bekas. Pertama, hfarganya lebih murah dibanding buku baru sehingga relatif cepat laku. Kedua, buku bekas lebih ramah lingkungan. Apa sebab? Menjual-beli buku bekas berarti mengurangi penggunaan kertas yang secara langsung meminimalisasi penebangan pohon di hutan. Dengan begitu, saya bisa berkontribusi pada kelestarian alam walau porsi andilnya sangat kecil. Namun jika semua orang punya semangat begitu, maka akumulasi kesadaran bisa berdampak sangat signifikan.

Alasan ketiga, buku bekas selalu ready stock tanpa harus melalui proses pre-order sehingga bisa cepat dibeli. Pembeli tak perlu menyetorkan uang terlebih dahulu tapi harus menunggu sampai buku siap edar. Alasan keempat mengapa saya menjual buku bekas adalah sebab tema-tema tertentu kadang sudah tak diterbitkan lagi sehingga pembeli berburu buku lama. Alasan terakhir, buku-buku bekas tertentu tak jarang menjadi barang langka yang layak dikoleksi sebagai sumber referensi berharga atau komoditas mahal saat dijual kembali.

Buku-buku yang saya jual di marketplace sebagian besar dari koleksi sendiri alias preloved yang sudah tidak saya baca dan perlu dikurangi demi mengurangi beban rak buku yang terbatas kapasitasnya. Sebagian lainnya saya peroleh dari penjual lain yakni dalam skema kulakan untuk dijual kembali. Dalam konteks kedua ini saya harus rajin berburu di marketplace atau Instagram untuk mendapatkan buku bekas bermutu untuk dijual kembali di lapak online yang saya kelola.

Saya pilih lapak online sebab tak membutuhkan banyak pengeluaran. Toko daring berbeda dengan toko fisik yang membutuhkan biaya sewa bangunan, tenaga kerja, dan pengeluaran rutin seperti listrik. Toko daring bisa dikelola dari mana saja dengan modal yang relatif minimal. Lewat cara ini saya kembali berpartisipasi dalam menjaga keberlangsungan bumi lewat rendahnya emisi karbon dari berbagai aktivitas ekonomi itu.

Bingkisan ultah lucu dalam besek bambu

Bingkisan ultah dalam besek bambu, kemasan menawan yang ramah lingkungan

Di Lamongan pula saya menemukan penjual bingkisan ulang tahun dalam kemasan yang lucu. Betapa tidak lucu, sebab boks yang dipakai sungguh antimainstream, setidaknya dibanding para pemain lainnya di kota kami. Alih-alih menggunakan styrofoam atau plastik mika, dapur penjual nasi ultah ini mengakomodasi khazanah lokal yakni besek bambu tanpa plastik sama sekali. Maksud saya plastik kresek sebagai pembungkus luarnya.

Memang masih ada catatan yakni digunakannya mika di dalam sebagai wadah nasi dan lauk dan plastik pembungkus kerupuk udang. Namun ini sudah langkah positif yang layak diapresiasi yang bisa didorong untuk lebih minim lagi dalam penggunaan plastik ke depan. Perlu edukasi dan pendampingan lebih intensif agar perilaku usaha lebih memperhatikan kelestarian alam, terutama dampak terhadap krisis iklim.

Kekuatan komunitas

Sebagaimana telah diterapkan oleh Nasi Bungkus Community, komunitas yang saya ikuti di kota kami. Sudah tiga tahun setiap Hari Raya Iduladha daging kurban selalu dikemas dalam besek bambu tanpa plastik luar. Di dasar besek biasanya disisipkan selembar daun pisang sebagai alas untuk menghindari menetesnya darah jika masih ada. Namun karena kami bekerja sama dengan Rumah Potong Hewan (RPH) saat memotong hewan kurban, daging tak lagi berdarah lantaran pemotongan yang sempurna di tangan ahlinya.

Besek bambu untuk mengemas daging kurban, cara alami bisa dimulai dari diri sendiri.

Kebiasaan kami ini kemudian saya tulis dan dimuat sebagai reportase komunitas di sebuah media massa di Surabaya. Ini pertanda bahwa media sebenarnya mendambakan berita-berita yang bisa menginspirasi pembaca, termasuk cara-cara mudah penyelamatan lingkungan tanpa bahasa yang jelimet dan memusingkan. Komunitas kami sendiri berkomitmen untuk konsisten dan berharap bisa diikuti oleh komunitas lain.

Apa itu green jobs?

Mengapa saya bercerita tentang toko buku bekas dan besek bambu? Sebab secuplik pengalaman tersebut mencerminkan green jobs yang kini makin relevan kita bahas dan dengungkan. Sebagaimana disampaikan Siti Koiromah, Indonesia akan memperoleh bonus demografi selama 2020-2045 yakni banyaknya usia produktif yang fhanya dimiliki indonesia.

Akan tetapi, apakah keberadaan para tenaga produktif itu benar-benar produktif menyumbangkan pada pembangunan Indonesia atau tidak, itu pertanyaan yang mestinya dibahas. Sebab tanpa daya saing dan kompetensi unggul, mustahil kita bisa mewujudkan Indonesia yang lebih bersih dan menjamin kelayakan hidup warganya.

Maka anak muda diharapkan punya kepedulian, minat, dan kemauan untuk mengambil tindakan lewat cara-cara positif sesuai passion mereka. Kini sudah mendesak bagi kita untuk membuka akses informasi seluas-luasnya bagi publik tentang manfaat energi terbarukan yang sangat krusial. Dengan kesadaran inilah Coaction Indonesia menghelat webinar menarik bertema green jobs yang mengupas betapa green jobs bukan lagi pilihan sekunder, tapi juga kewajiban rasional untuk menyelamatkan kehidupan manusia di masa mendatang.

Menurut ILO, green jobs adalah pekerjaan apa pun yang layak dan bisa memberikan kontribusi dalam pelestarian atau pemulihan kondisi lingkungan. Pekerjaan itu bisa di sektor tradisional seperti manufaktur dan konstruksi atau di ranah hijau yang baru muncul seperti energi terbarukan dan efisiensi energi. Singkat kata, green jobs adalah apa saja yang kita kerjakan sebagai mata pencarian tapi bisa berdampak positif pada kelestarian lingkungan.

Pekerjaan itu tak harus berupa lini baru yang muluk-muluk, dengan sebutan atau label job desc yang mentereng, tetapi bisa apa saja yang kini kita tekuni sesuai passion tapi sebisa mungkin kita upayakan menjalankannya secara eco-friendly. Ini senada dengan pendapat Van Jones, penulis buku The Green Collar Economy: How One Solution Can Fix Our Two Biggest Problems, yang menyatakan bahwa green job adalah pekerjaan yang tidak hanya memberikan nafkah bagi keluarga tetapi juga menyumbangkan peran aktif pada terjaganya kualitas lingkungan hidup.

Dua masalah yang disoroti oleh Van Jones adalah ketimpangan sosial ekonomi dan problem lingkungan. Nah, green jobs bisa menjadi solusi atas dua isu tersebut karena dapat mengurangi dampak lingkungan yang diakibatkan oleh perusahaan dan sektor ekonomi sekaligus mempertahankan keberlangsungan hidup umat manusia melalui rezeki dari aktivitas ekonomi mereka. Maka sebisa mungkin, para pemuda yang hendak berburu kerja sebaiknya diarahkan menemukan posisi yang dapat terus melindungi ekosistem dan biodiversitas alami.

Kita pun, dalam skala rumah tangga, bisa menerapkan prinsip green jobs dengan menghemat energi (listrik dan bahan bakar minyak), menekan laju sampah nonorganik dengan pola 3R (reduce, reuse, recycle), dan waspada dalam konsumsi air. Setiap aktivitas produksi dalam kerangka bisnis atau ranah domestik hendaknya diupayakan untuk dapat meminimalkan terbentuknya limbah dan polusi.

Contoh Green Jobs di Asia Pasifik

Untuk lebih memahami green jobs, tak ada salahnya kita menilik sejumlah contoh pekerjaan yang sudah dijalankan di kawasan Asia Pasifik berdasarkan data ILO. Pekerjaan-pekerjaan itu antara lain:

  • Profesional yang bergerak di bidang jasa pemulihan bangunan (China)
  • Para penanam bakau dalam program adaptasi iklim (Vietnam)
  • Teknisi sistem energi matahari (China)
  • Spesialis eksplorasi panas bumi (Indonesia)
  • Petani organik (Filipina)
  • Pendaur ulang limbah dengan kondisi kerja yang layak di koperasi yang terorganisasi dengan baik (Indonesia)
  • Pemandu wisata ekoturisme lokal (Samoa)
  • Pekerja di bidang prasarana umum di daerah pesisir pantai (Bangladesh)
  • Pekerja restorasi lahan basah (Thailand)
  • Auditor energi di industri pengolahan udang (Bangladesh)

Kabar baiknya, jutaan green jobs sudah tersedia di berbagai negara industri. Sedangkan di negara berkembang green jobs mencakup bidang pasokan energi, sumber-sumber energi terbarukan, efisiensi energi, transportasi, industri dasar dan daur ulang, pertanian, dan kehutanan. Yang jelas potensi pertumbuhan pekerjaan di sektor ini masih sangat besar. Apalagi di bidang energi alternatif yang bisa meningkat hingga 2,1 juta yakni bidang energi angin dan 6,3 juta di bidang energi matahari
pada tahun 2030.

Dalam webinar 9 Februari 2021 bersama Indonesian Social Blogpreneur (ISB), periset Coaction Indonesia Siti Koiromah menyayangkan karena energi terbarukan di Indonesia yang sangat besar potensinya belum banyak diberdayakan. Padahal energi terbarukan ini bisa menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan dibanding pekerjaan pada bidang bahan bakar fosil. Menurut data BPS, sejak bulan Februari hingga Agustus 2020, setidaknya ada 3 juta orang yang kehilangan pekerjaan di Indonesia. Tentu ini angka yang cukup besar.

Perlu diketahui bahwa dari 417,8 gigawatt potensi energi terbarukan kita, ternyata baru 10,4 gigawatt atau setara 2,5% yang selama ini dimanfaatkan di Tanah Air. Bukankah ini angka yang sangat besar untuk bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi dan sumber rezeki?

Menanggapi fakta ini, salah satu peserta webinar Didno asal Indramayu, mengajukan pertanyaan tentang daerahnya yang sebenarnya potensial sebagai salah satu daerah penghasil listrik lewat energi terbarukan yakni PLTB (Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/Angin). Indramayu memang terletak di pesisir, tapi sayangnya hingga saat ini proyek potensial tersebut belum juga terealisasi. Apa yang menghambat pembangunan PLTB, dana ataukah hal lain?

Verena Puspawardani selaku Program Director Coaction Indonesia menjawab bahwa untuk mewujudkan pembangkit energi terbarukan berskala besar seperti PLTB dibutuhkan dukungan yang besar, terutama mengenai dana. Maka inisiatornya haruslah pemerintah daerah dan mendapat persetujuan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM). Proyek yang tak kunjung teralisasi bisa jadi karena proses birokrasi dan investasi yang besar mengingat pembiayaannya harus jelas termasuk apakah masyarakat akan memperoleh manfaat langsung dan tak langsung dari pembangkit tersebut.

Inisiatif pemerintah daerah Bali, Malang, dan Jakarta bisa menjadi contoh nyata betapa energi terbarukan bisa diwujudkan dengan dukungan seluruh pemangku kepentingan. Keputusan ini pada awalnya mungkin menuntut biaya besar tapi berdampak signifikan pada pembangunan berkelanjutan, terutama manfaat yang bisa dirasakan bagi masyarakat.

Bagaimana komitmen Indonesia?

Komitmen pemerintah terhadap green jobs akan menentukan green economy atau pembangunan berkelanjutan, termasuk pemanfaatan energi terbarukan. Peran pemerintah bukan hanya dalam bentuk dukungan dana atau insentif, tetapi juga peraturan atau paket kebijakan yang produktif. Indonesia sendiri telah memiliki kebijakan penurunan karbon yakni:

  1. Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca menjadi 26% – 41% pada tahun 2025;
  2. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDG) No. 7 memastikan terbukanya akses pada energi yang lebih murah, andal, berkelanjutan, dan modern untuk semuanya;
  3. Menargetkan tercapainya 23% dari energi terbarukan dalam bauran energi primer pada tahun 2025 dan menjadi 31% pada tahun 2050.

SDG atau Sustainable Development Goals sendiri merupakan 17 target global yang disepakati bersama sebagai blueprint guna mencapai masa depan yang lebih baik dan lebih berkelanjutan untuk seluruh dunia. SDG ditetapkan oleh Majelis Umum PBB tahun 2015 dan diharapkan dapat tercapai pada tahun 2030. Lalu bagaimana komitmen negara kita terhadap pemenuhan target SGD?

Peluang wirausaha

Verena menambahkan bahwa komitmen SDG Indonesia ditangani oleh Kementerian Bappenas. Jadi sudah masuk dalam perencanaan pembangunan nasional. Terkait pembangunan berkelanjutan dan Green Jobs secara spesifik tercantum dalam SDG no 8. Hal ini telah diformalkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2020 – 2024.

Tentang gejolak pandemi yang berdampak parah pada ekonomi, Menteri Keuangan Sri Mulyani pun telah memberikan angin optimisme dengan menyatakan,

“Kita berharap Indonesia bisa pulih. Jadi, kita arahkan pemulihan ekonomi untuk menciptakan pekerjaan dan pada saat yang sama menangani masalah-masalah lingkungan.”

Di tengah pandemi saya pribadi yakin bahwa pekerjaan-pekerjaan tertentu akan muncul saat pekerjaan lain menghilang atau digantikan. Yang jelas pekerjaan yang survive di masa mendatang adalah pekerjaan yang bersih, yang rendah emisi karbonnya. Kini di Tanah Air pun telah muncul peluang entrepreneurship dalam konteks Green Jobs terkait pangan, seperti Javara, Lemonilo, Sayurbox, Kecipir, dan masih banyak lainnya yang mendukung penyediaan sayur sehat organik dan kemasan yang less waste.

Javara, menggeliatkan produk pangan lokal di kancah global 

Belum lagi wirausaha lain dalam skala kecil seperti Sayuran Pagi, Kebun Kumara, Agradaya, dan lain-lain. Verena mengajak menyimak kiprah mereka sebab beberapa di antaranya pernah diangkat di IG live @coaction.id.

Apa yang bisa kita lakukan?

Setelah membaca pengertian dan cakupan green jobs, kita bisa menyimpulkan bahwa keberadaannya sangat krusial untuk membantu menyelamatkan kehidupan manusia, hidup kita sendiri. Sumber energi fosil tak bisa kita andalkan selamanya, suatu saat bakal habis dan mengancam kelangsungan hidup kita kalau kita tak mengambil langkah proaktif sejak saat ini. Mulailah melirik energi terbarukan jika memungkinkan.

Setidaknya, awali dari diri sendiri, dari rumah kita masing-masing yaitu bertindak sesuai prinsip green jobs sebab sektor domestik berkontribusi cukup tinggi dalam konsumsi energi. Apa pun peran yang kita ambil dalam masyarakat, kita bisa berkontribusi pada penyelamatan lingkungan dengan cara menghemat energi dan menggunakan sumber daya seperlunya–sesuai passion dan ranah hobi. Begitu ajakan Siti Koiromah mengakhiri sesi webinar sore itu.

Green Jobs bukan bahasa langit, kita bisa menularkan pemahaman dan spiritnya kepada orang-orang terdekat di sekitar kita dalam bahasa yang mudah dicerna. Sekadar mematikan listrik atau air saat tak digunakan toh akan menghemat pengeluaran mereka jika isu lingkungan sulit dijelaskan. Saya sendiri sudah menerapkannya dengan berjualan buku bekas, mengemas paket dengan kertas bekas, dan aktif dalam komunitas sosial yang berusaha eco-friendly.

Kita semua bisa terlibat dengan cara kita sendiri-sendiri, yang penting konsisten dan saling menyemangati. Demi keberlangsungan Bumi, demi kehidupan kita sendiri. Mari kita jaga, mari kita peduli!

35 Comments

    1. Iya, bisa dibilang begitu, Kak. Dengan memanfaatkan produk yang ramah lingkungan dalam berbisnis, berarti kita menjadi bagian dari aksi green jobs. Yuk mulai dari rumah!

      Like

  1. Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk menyelamatkan bumi ya mas. Salah satunya dengan memilih green jobs sebagai pekerjaan. Karena green jobs ini, kita tidak sekedar mendapatkan uang saja tapi juga melestarikan lingkungan.

    Liked by 1 person

    1. Benar sekali, Kak. Mulai dari sekarang anak-anak bisa kita edukasi untuk memilih green jobs, sekaligus kita sendiri mulai berperilaku yang eco-friendly sesuai passion dan hobi.

      Like

  2. Keren idenya. Kalo saya kadang bungkus pakai kertas koran bekas. Bukan makanan sih, tapi yaa buku atau semacamnya lah. Kalender bekas saya gunting kecil2 untuk coret2 belajar

    Like

    1. Pakai kertas koran juga bisa meminimalkan sampah kok, Kak. Yang penting menggunakan yang masih bisa digunakan. Sekalian mengedukasi anak-anak agar sadar tentang kelestarian lingkungan lewat pilihan pekerjaan atau aksi kita sehari-hari.

      Like

  3. benar mas, sekarang wudah banyak wirasuaha yg ramah lingkungan
    aku skrg klo pesan catering juga minta yg kemasan besek
    pengusaha ramah lingkungan juga termasuk bagian dri green jobs ya mas

    Like

    1. Masyarakat makin sadar pada kelestarian lingkungan, Mbak. Lebih alami juga lebih bagus buat kesehatan, terutama makanan. Memang sih pakai besek jadi agak mahal dikit tapi kalau semua kompak jadi menguntungkan banyak pihak, terutama perajin besek anyaman bambu di kampung. Jadi menciptakan sentra green jobs lagi kan….

      Like

  4. Nah, ini penting banget bagi kita khususnya generasi muda utk bisa memilih pekerjaan yg ramah lingkungan ya. Soalnya kebutuhan manusia terus meningkat, seperti makanan, pakaian, dll. Sedangkan sumber daya yg ada bisa dikatakan terbatas. Green jobs membantu pemanfaatan sumber daya secara efisien

    Like

    1. Ya, Mas, betul banget itu. Anak-anak muda harus mulai melirik green jobs yang sesuai minat mereka. Apalagi kalau mau berwirausaha, kudu memperhatikan aspek lingkungan dalam aktivitas ekonomi mereka. Syukur-syukur bisa memberdayakan produk atau potensi daerah yang biasanya sarat dengan kearifan lokal.

      Like

  5. Memanfaatkan barang bekas jadi daur ulang itu memang perlu dilakukan ya. Reuse juga ya kak. Aku dan anak-anak juga suka lakukan hal tersebut.

    Like

    1. Bagus, Kak. Jadikan kebiasaan itu sebagai upaya untuk mengedukasi anak-anak agar kelak saat dewasa mereka memilih green jobs sebagai pedoman melestarikan lingkungan dan mendapatkan penghidupan.

      Like

  6. Keren sekali ide membagikan daging kurban dalam besek bambu yang di bawahnya diberi alas daun pisang. Sudah daunnya bisa dijadikan kompos, besek bambunya juga bisa digunakan lagi ya setelahnya.

    Memang ya, semua perlu dimulai dari hal terkecil, dari keseharian agar lingkungan terjaga. Semoga peluang Green Jobs makin terbuka lebar di Indonesia.

    Like

    1. Betul, Kak. Green jobs yang enggak serumit yang kita bayangkan kok. Apa pun profesi kita saat ini, sebenarnya bisa menerapkan prinsip green jobs demi membangun green economy. Semoga makin banyak orang yang menyadari betapa masing-masing kita punya peran untuk menyelamatkan bumi, menyelamatkan kehidupan kita sendiri.

      Like

  7. Hallo ka, aku baru liat konsep packing dari pengiriman nya. Lucuk dan unik. Ramah lingkungan lagi.

    Sekarang itu lagi ramai yaa bingkisan dalam bentuk besek yaa, salah satu contoh dalam menyelamatkan bumi.

    Like

    1. Kita bisa mulai dari diri sendiri, dari rumah atau pekerjaan yang kita geluti sekarang, Kak. Mencoba produksi lebih bersih dan ramah lingkungan, tidak semata-mata bergantung pada sumber energi fosil yang bakalan habis.

      Like

  8. saya setuju banget dengan pemanfaatan aneka tempat yang bisa digunakan ulang seperti penggunaan besek. Beberapa rumah makan sudah menerapkannya. mereka ngga menggunakan stereofoam lagi. ini pasti jauh lebih ramah lingkungan

    Like

    1. Cakep, Mbak. semoga makin banyak yang tergerak menggunakan bahan-bahan alami demi mengurangi emisi karbon. Kita dukung minimal lewat pesan-pesan positif di media sosial terutama blog agar lebih banyak yang mengikutinya.

      Like

  9. Wah, aku nggak menyangka sih mas, sesederhana mengirim paket dengan bahan bekas sudah termasuk green behaviour juga. Alhamdulillah, kalau begitu, aku dikit-dikit sudah menanamkan perilaku itu dalam kegiatan sehari-hari. Aku juga kalau kirim paket buku ke customer, seringnya pakai bekas kalender atau bekas kertas kado seadanya, hehe. Pokoknya meminimalisir untuk beli baru.

    Dan aku juga salut sih sama orang-orang yang berprofesi green jobs. Mereka nggak hanya mikirin tentang duit, tapi juga menjaga bumi agar tetap sehat.

    Like

    1. Bagus itu, Mbak, lanjutkan. Semoga bisa menginspirasi anak-anak kita di rumah terutama anak-anak muda di luar sana agar bumi makin hijau lewat berbagai aktivitas dan kepedulian kita.

      Like

  10. Oh besek toh namanya jadi ingat zaman baheula waktu masih tinggal di bandung ..pas lebaran ada acara pembagian besek yg jadi rebutan anak2. Btw penting tuh mulai dari diri sendiri dulu

    Like

    1. Iya, Kak, kalau di Jawa kita menyebutnya besek. Penuh dengan memori masa lalu ya ternyat besek karena zamn dulu memang banyak bahan alami yang masih kita gunakan dan perlu kita hidupkan kembali pemakaiannya saat ini.

      Like

  11. Eh, kalau ingat soal sangrai menyangrai kopi, jadi inget dulu sering disuruh ayah buat bantuin sangrai kopi. Katanya, kopi itu enak kalau diolah sendiri. Bukan yang sasetan gitu.

    Dan soal green job, selain dapat memenuhi kebutuhn hidup. Juga dapat membantu perbaikan lingkungn ya. Wah wah.. Sungguh ide mencari nafkah yang kreatif

    Like

    1. Betul, Kak. Cara meracik kopi dari awal produksi bisa menentukan rasa kopi yang akan kita minum. Semoga semakin banyak orang peduli pada green jobs, dengan cara memilih aktivitas eco-friendly sesuai passion atau bidang yang digeluti masing-masing.

      Like

  12. Di samping memang ada job khusus dengan profesi penghijauan dan melestarikan alam, memang benar perlu kita lakukan dari diri sendiri. Ide yang keren dan peduli lingkungan nih Kak… Kalau saya apa ya? Haha.. mungkin menghemat listrik, irit penggunaan plastik, belanja dengan membawa tas belanjaan dan menolak penggunaan plastik, serta menerepkan taman rumah dengan tanaman bermanfaat.

    Like

    1. Sepakat, Kak. Banyak yang bisa kita lakukan dari rumah tanpa harus memilih green jobs seperti yang saya sebutkan sebagai contohnya. Sesederhana menghemat listrik dan meminimalkan penggunaan plastik pun termasuk perilaku green jobs yang berdampak positif pada alam kok. Lanjutkan!

      Like

  13. wah sebagai kuliah di jurusan teknik lingkungan aku memandang ini suatu peluang yang bagus dan bisa jadi dilirik oleh anak generasi milenial dan generasi Z yang dimana mempelejari pentingnya lingkungan sekaligus mengajari penggunanan plastik atau sterofom itu gak baik untuk lingkungan.

    Like

    1. Nah, Mas Rozi yang pernah mengenyam studi bidang lingkungan tentunya lebih paham bagaimana menjaga keseimbangan alam lewat pekerjaan yang kita pilih. Saya yakin lewat pesan positif di medsos lewat blog seperti ini gen millenial dan zillenial akan semakin sadar untuk melirik green jobs, Mas. Bukan cuma cari untung saat buka usaha atau bekerja, tapi juga menjaga kesinambungan lingkungan sebagai milieu sosial ekonomi mereka. Yuk ikut sebarkan, Mas!

      Like

  14. Sy setuju banget kak dengan memanfaatkan green jobs di lingkungan wajib.
    Contohnya dengan menghemat listrik, meminimlsir pengguna plastik juga bisa kategori Green Jobs.

    Like

    1. Benar sekali, Kak. Menghemat listrik dan mengurangi plastik adalah tindakan mudah yang bisa kita lakukan dari rumah sekarang juga. Jangan ragu berpartisipasi dalam green jobs tanpa harus mencari pekerjaan baru.

      Like

  15. Terima kasih sudah menularkan pemahaman terhadap apa itu “green jobs” kepada saya. Saya bangga dong, ternyata selama ini saya sudah menekuni green job saya hihihi. Kalau boleh berbagi sedikit, saya udah aware terhadap masalah lingkungan ini sejak SMP, sampai saya ikut jadi cyber-activisit Greenpeace. ikut menebarkan virus-virus kesadaran lingkungan kepada keluarga saya, dengan hemat kertas (pakai kedua sisinya), matikan lampu saat tidak digunakan, habiskan makananmu dengan bertanggung jawab, dll… hal-hal yang mudah yang saya bisa lakukan saat itu saat remaja, dan terbawa sampai sekarang dong. Kayak, saya selalu bawa botol minum sendiri kemana-mana. Nggak pernah beli air mineral kemasan, kalau kehabisan air ya saya beli air saja di warung. Minta penjualnya isi langsung ke botol saya gitu. Enak dan hemat lebih murah, malah dikasi gratis lagi! Hihihi.
    Sekarang setelah saya dewasa, saya cukup senang bisa mengunjungi kapal Rainbow Warrior Greenpeace yang melegenda bersama suami dan anak-anak saya. Karena saya kagum banget sama kampanye Greenpeace.

    Bali emang hebat juga, karena banyak aktivis peduli lingkungan di sini. Beberapa yang saya ikut terlibat di dalamnya adalah Bye Bye Platic Bag, Trash Hero, dan Bali Bukan Pulau Plastik. Saya juga beberapa kali udah mengamati lampu jalan di Bali itu tuh udah ada panel suryanya, yang menandakan lampu itu dihidupkan oleh energi terbarukan. Wah ternyata Indonesia sudah semakin berprogres untuk menuju pemanfaatan energi terbarukan, ya! Soal lampu dengan panel surya itu lokasinya di kabupaten Tabanan, bukan di daerah yang tergolong ramai turis atau pun sudah maju pesat.
    Saya juga bangga karena suami saya adalah seorang petani, tetangga-tetangga saya mayoritas juga adalah petani. Yang mana termasuk green jobs tuh. Saya dan suami juga sedikitnya sepaham bahwa penggunaan pestisida, pupuk kimiawi itu tidak berkelanjutan untuk kehidupan pertanian kita jangka panjang. Kami udah gali 2 bak kompos di rumah, dan lebih memilih penggunaan pupuk kompos dan pupuk kandang untuk tanaman-tanaman kami. Pelan-pelan komunitas juga semakin ke arah sana, meminimalisir penggunaan bahan kimiawi untuk tujuan pertanian.

    Maaf panjang banget komentarnya, ya mas. Karena ini termasuk topik kesukaan saya. Terima kasih sudah berbagi mengenai green jobs! 🥰

    Like

Tinggalkan jejak