Haruskah Mendoakan Orang dalam Bahasa Arab?

Mendoakan kebaikan pada orang lain tentu sangat dianjurkan. Jika dilandasi keikhlasan dan ketulusan, kita berharap efek doa itu akan menyuntikkan energi demi perubahan-perubahan positif yang kita harapkan atau bahkan melampaui bayangan kita. Namun bagaimana mestinya berdoa untuk orang lain? Haruskah menggunakan bahasa Arab agar doa itu didengar Tuhan dan dikabulkan?

Saya menuliskan tema ini menyusul masifnya penggunaan doa dalam bahasa Arab yang saya pantau di media sosial belakangan ini. Saya tentu menyambut kecenderungan ini sebagai tren positif yang menggembirakan sebab kaum muslim semakin tertarik pada ajaran Nabi, dalam hal ini mengadopsi doa-doa yang sesuai sunah dan Al-Quran.

Salah kaprah yang terjadi

Doa yang terbaik memang yang redaksinya mengikuti teladan Nabi yang diabadikan dalam hadis dan Al-Quranul Kariim. Namun kenyataan ini jangan lantas menafikan redaksi doa dalam bahasa lainnya yang dulu tak disebutkan oleh Nabi Muhammad Saw.

Bagaimana pun, doa boleh dipanjatkan dalam bahasa apa saja sejauh muatannya sesuai dengan spirit dan adab yang diajarkan Nabi. Maka tak elok jika kita menghakimi mereka yang mengucapkan doa dalam bahasa ibu yang dirasa lebih luwes dan mewakili perasaan ketika doa dipanjatkan alih-alih frasa atau kalimat berbahasa Arab yang spesifik.

Syafaakallaah vs syafaakillaah

Namun tanpa disadari ada salah kaprah yang sering terjadi saat orang mendoakan dalam bahasa Arab. Salah satu kekeliruan yang sering beredar adalah doa untuk orang sakit agar segera diberi kesembuhan.

Ketika ada teman atau sahabat yang sakit, dan orang itu menjadi lawan bicara, lazimnya pendoa akan mengucapkan, “Syafaakallaah…” (شَفَاكَ اللهُ) yang berarti Semoga Allah memberimu kesembuhan. Varian lain adalah “Syafaakillaah…” (شَفَاكِ اللهُ) yang punya arti serupa. Bedanya terletak pada subjek yang menjadi lawan bicara, yakni ka untuk laki-laki dan ki untuk perempuan.

Dari sinilah kesalahan itu muncul yakni pemilihan subjek (dhamir) yang tidak tepat. Pernah saya jumpai ada yang mendoakan temannya lelaki dengan ucapan, “Syafaakillaah!” sehingga terjadi kerancuan arti. Bahkan saya pribadi pernah didoakan dengan ucapan serupa padahal saya lelaki tulen.

Secara substansi saya yakin orang tersebut mengucapkan doa secara tulus dan bermaksud memohon kesembuhan bagi lawan bicaranya. Namun jika kesalahkaprahan ini tidak diluruskan, maka ketepatan bahasa menjadi tidak berguna sementara maksud dan intensitas emosi bisa juga diraih berkat akurasi ekspresi.

Baarakallah vs baarakillaah

Ekspresi kedua yang sering diucapkan oleh orang adalah doa meminta keberkahan bagi kedua mempelai yang baru saja menikah atau mereka yang baru saja mendapatkan kenikmatan. Lazimnya orang mendoakan dengan, “Baarakallaah….” (باَرَكَ اللهُ) yang berarti , “Semoga Allah memberimu keberkahan.”

Namun ada kesalahan fatal yang pernah saya temui ketika orang mengucapkan, “Baarakillaah!” (باَرَكِ اللهُ) dengan maksud yang sama. Mungkin ia mengira bahwa lafaz “ka” (كَ) pada kalimat باَرَكَ اللهُ adalah subjek untuk lelaki sehingga untuk menjadi perempuan cukup diganti dengan كِ menjadi baarakillaah (باَرَكِ اللهُ).

Padahal باَرَكَ di sini adalah satu kata utuh yang berarti semoga berkah. Oleh karena itu, untuk mendoakan orang lain baik perempuan maupun laki-laki, bentuknya sama saja yakni “Baarakallah” ( باَرَكَ اللهُ ) lalu diiringi subjeknya.

Lalu bagaimana cara membedakan antara lawan bicara perempuan dan lelaki? Kita bisa tambahkan لَكَ (laka) untuk lawan bicara pria atau لَكِ (laki) untuk lawan bicara perempuan. Begitulah yang saya pahami. Walau terlihat sederhana, kita perlu taat berbahasa agar makna yang disampaikan tetap intens dengan kekuatan emosi.

Lewat fenomena salah kaprah ini, saya pribadi ingin belajar untuk tidak begitu saja mengucapkan suatu ekspresi tanpa mengecek kesahihannya. Yang jauh lebih penting, janganlah meremehkan orang lain yang berdoa dalam bahasa non-Arab sebab Allah memahami bahasa apa pun yang bisa dinalar manusia. Apalagi selama masa pandemi, sungguh sangat produktif jika kita saling mendoakan demi kebaikan bersama.

Bagi yang sakit, saya ucapkan, “Syafaakumullaah!” Semoga Allah memberi kesembuhan kepada Anda semua, BBC Mania. Bagi yang mendapat kenikmatan atau kegembiraan, bahkan sesederhana mensyukuri kesehatan, saya ucapkan, “Baarakallaah lanaa…” Semoga Allah memberkati kita semua untuk melalui pandemi dengan kepercayaan diri dan saling menguatkan.

1 Comment

Tinggalkan jejak