Theater of Mind, Rahasia Menulis Asyik Ala Kang Maman yang Eksentrik

Tulisan itu seperti musik. Itu kesimpulan saya selepas mengikuti kelas kilat bersama Kang Maman, penulis dan pegiat literasi Jumat (08/10) kemarin. Sesi curhat yang sangat bergizi karena saya mencatat sejumlah poin penting yang bisa menghidupkan tulisan. Saya lebih suka menyebutnya curhat karena Kang Maman bertutur layaknya seorang sahabat, bukan sebagai narasumber yang berlagak sebagai mentor walaupun kapasitasnya jelas memenuhi untuk peran itu.

Tulisan itu dinamis, bisa rancak dan menyegarkan ibarat titi nada yang elok didengar sehingga menyejukkan hati pembaca. Begitu kira-kira yang bisa saya sarikan dari momen singkat menyerap ilmu penulisan dari Kang Maman yang dipersembahkan oleh jnewsonline. Namun dengan satu syarat penting: harus didasari dengan perasaan happy. Demikian ujar Khaerul Tan yang sore itu didapuk sebagai host menyitir ucapan Kang Maman pada sesi sebelumnya. Dengan mood yang positif kita bisa menghasilkan tulisan yang baik. Kang Maman mengonfirmasi bahwa:

“… kalau mau melakukan apa pun, modal pertamanya itu nikmati; lakukan dengan bahagia.”

Kang Maman

Termasuk kegiatan menulis yang memang tak mudah. Lebih lanjut Kang Maman berkomentar, “Menulis pekerjaan sulit; sulit kalau kita memulainya tidak dengan rasa bahagia.” Jadi boleh dibilang pijakan utama kegiatan menulis adalah happiness, perasaan lepas tanpa paksaan sebab hal-hal yang terpaksa biasanya cenderung menghasilkan kedangkalan atau malah kepalsuan.

Termasuk kegembiraan saat menimba ilmu untuk mempertajam kemampuan menulis. Kang Maman mengapresiasi karena sore itu sejumlah bloger senior dan koleganya masih sudi menyimak acara yang membuktikan bahwa belajar tidak mengenal usia. Siapa saja bisa menjadi guru dan murid. Kang Maman mengajak agar kita memosisikan diri ibarat gelas yang kosong sehingga siap diisi dengan ilmu dan pengalaman orang lain. Jika kita berlaku seperti gelas penuh atau gelas terbalik (baca: pongah dan sombong), niscaya apa pun yang kita dengar akan tumpah tak sanggup tertampung.

1 | Langsung tulis!

Begitu informasi, ilmu, dan pengalaman yang kita serap dari luar sudah mengendap, kita bisa langsung menuliskannya tanpa memikirkan terlalu banyak beban. Harus dramatis, harus bagus, harus menarik dan sebagainya, itu hanya akan menghambat produktivitas. Biarlah kreativitas berjalan kemudian, yang penting tulis saja dulu. Begitu pesan Kang Maman. Biarkan panca indra aktif untuk merekam bisikan alam semesta yang bisa kita olah menjadi tulisan tanpa memusingkan bentuk atau kemasannya.

Kang Maman mencontohkan betapa ide bertebaran di mana saja sehingga bisa kita petik tanpa khawatir kehabisan bahan. Hari itu Kang Maman mengguratkan sepenggal kisah di akun Instagramnya setelah mengetahui seseorang yang ia kenal belum lama berpulang untuk selamanya. Bukan hanya dikenal, lelaki tua yang dikenal sebagai Habib Mahki itu telah menorehkan memori mendalam pada diri Kang Maman sehingga ia terdorong untuk menuliskan interaksi yang penuh energi positif tersebut.

Kacamata pembawa berkah

Ia lantas memanggil kenangan pada tanggal 3 Maret 2016 saat ia diundang untuk hadir pada Pekan Rakyat di sebuah desa bernama Pambusuang, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Di sana seluruh warga mengeluarkan buku-buku di pinggir jalan dan kendaraan apa pun dilarang lewat. Untuk menuju ke sana, Kang Maman menumpang Perahu Pustaka yang mengangkut buku-buku. Di tengah perjalanan perahu itu ternyata terbalik, membuat Kang Maman tertahan di dalam air setidaknya selama 15 menit.

Kacamata menjadi simbol semangat untuk mencari kebenaran. (Gambar: pixabay.com)

Dia sepenuhnya pasrah sampai ia kemudian selamat dan sangat bersyukur walau harus kehilangan kacamata beserta gawai berisi skenario yang akan difilmkan. Begitu tiba di tempat acara, ia langsung diminta memberikan sambutan walau dalam kondisi basah kuyup. Namun tak ada yang tahu bahwa kedua matanya saat itu tak mampu lagi melihat dengan jelas sebab kacamatanya baru saja tenggelam. Saat itulah seorang lelaki tua mendekat dan berujar, “Kang Maman biasa pakai kacamata ya? Silakan pakai punya saya.”

Kang Maman terheran-heran lantaran lelaki itu seperti mengenalinya. Ketika dipakai, kacamata yang ditawarkan itu ternyata cocok nilai plusnya, sama persis dengan kacamata Kang Maman yang hilang di sungai. Tak berhenti sampai di situ, lelaki baik hati itu rupanya merelakan agar Kang Maman membawa kacamata tersebut tanpa harus dikembalikan. Sungguh fragmen yang menyentuh dan memperkuat hati.

2 | Gunakan theater of mind

Yang penting ketika menulis adalah mencoba menuangkan apa saja yang terbayang di dalam benak kita berdasarkan pengalaman yang telah lewat. Tak harus punya kita sendiri, pengalaman orang pun bisa diolah. Jangan pusingkan susunan kata-kata yang harus indah atau puitis, itu bisa diperbaiki seiring waktu berjalan. Saya jadi teringat pada Dee Lestari, salah satu novelis terkemuka Nusantara, yang pernah menyindir betapa banyak penulis pemula mengeluhkan sulitnya menghasilkan karya yang bagus. Bagaimana mungkin bisa menjadi bagus jika satu karya yang bisa diedit atau dikoreksi pun tak pernah terwujud?

Kang Maman menyarankan pemanfaatan theater of mind untuk melancarkan proses penulisan. Theater of mind adalah sebuah upaya untuk membayangkan skenario-skenario imajinatif untuk bisa menghidupkan tulisan kita melalui dialog-dialog yang mungkin tidak terbayangkan dalam pengalaman nyata yang pernah kita alami. Teknik ini memungkinkan kita menuliskan serpihan pengalaman dengan dukungan imajinasi.

Apalagi dengan adanya tren media sosial yang semakin masif, kita bisa memanfaatkannya untuk menghadirkan kenangan secara mudah lewat media digital tersebut; bukan cuma membangkitkan memori tetapi juga memperkaya sudut pandang atau perspektif dengan melibatkan warganet yang akan mendorong lahirnya tulisan yang semakin beragam, solid, dan kaya. Theater of mind akan menyulap setiap tulisan menjadi hidup dan luwes.

Suara mereka yang terbungkam

Dengan theater of mind pula Kang Maman terus semangat menjalani kehidupan sebagai seorang penulis dan pegiat literasi sebab ia ingin menghidupi pesan dari seorang dosen sekaligus mentornya saat ia kuliah di Jurusan Kriminologi Universitas Indonesia dulu yaitu ahli forensik terkemuka dr. Abdul Mun’im Idris.

Pakar forensik yang sulit dicari penggantinya itu pernah berpesan agar Kang Maman menjadi seorang penulis sebab dengan menulis ia akan bisa menjadi voice of the voiceless, menjadi perpanjangan tangan orang-orang yang termaginalkan atau ditumpas haknya. Bahkan mayat atau jenazah yang tergolek kaku pun layak diperjuangkan suaranya kalau ternyata ia terbunuh akibat kezaliman sehingga kita harus mencarikan keadilan atas dirinya sebagai suara kebenaran dengan dukungan data yang bisa kita verifikasi dan konfirmasi.

3 | Landasi dengan 5R

Sebagai seorang penulis kita harus sadari bahwa tulisan sebenarnya adalah aktivitas mengabadikan masa lalu, mengawetkan kenangan sebab masa lalu turut membentuk masa depan. Agar tulisan kuat dan menggugah, Kang Maman mengusulkan rumus atau resep 5R sebagai jalan membentuk penulis yang andal dalam bidang apa saja.

R yang pertama adalah Read. Penulis yang baik haruslah orang yang rakus bacaan, gemar memperbanyak bacaan bukan hanya membaca buku tetapi makalah, koran, majalah, dan bahkan sumber-sumber digital yang bisa kita temukan di Internet dengan mudah. Dengan bacaan berlimpah, theater of mind bisa gampang dibangun berkat kayanya sumber-sumber yang saling melengkapi. Sekali lagi, menyitir kata Kang Maman, tak ada yang namanya kehabisan ide sebab dengan membaca—termasuk membaca alam dengan hati dan pikiran—kita bisa memanen gagasan yang nyaris tak terbatas.

Kedua, seorang penulis harus mau melakukan Research. Riset tak harus berbiaya mahal, yang penting dilakukan dengan serius. Kita bisa lakukan dalam lingkup sesuai kebutuhan, misalnya lewat akun medsos pun kita bisa menggelar riset yang mudah dan praktis sebagai bahan pendukung tulisan. Dengan riset tulisan kita akan memiliki nyawa dan energi sehingga opini kita tidak asal dicetuskan tanpa dukungan data melalui riset yang kita tuntaskan.

R yang ketiga adalah Reliable yaitu berusaha menampilkan setiap data dalam tulisan secara akurat. Bahkan termasuk penulisan nama orang pun mesti presisi. Akurasi dalam detail kejadian atau kisah wajib diperhatikan, dengan tidak berasumsi belaka atau menduga-duga yang bisa menciptakan dampak yang tidak kita inginkan di kemudian hari.

Reflecting menjadi R yang keempat yaitu bagaimana kita memilih sudut pandang atau angle yang kita gunakan dalam menyajikan tulisan. Sudut pandang menentukan cara kita mendekati pembaca apakah dengan merangkul penuh empati ataukah sebaliknya menghakimi tanpa kompromi. Kang Maman mencontohkan betapa sudut pandang tak bisa begitu saja benar atau salah dengan menunjukkan sebuah sampul buku lalu meminta kami menyebutkan apa warnanya: hitam atau putih. Ternyata keduanya mungkin karena buku itu hadir dalam dua muka sampul yang berbeda.

Prie GS yang inspiratif dan Gus Mus yang superkreatif (Gambar: kabardemak.wordpress.com)

Tentang sudut pandang atau perspektif ini, saya spontan teringat pada mendiang Prie GS, budayawan asal Semarang berjuluk Sang Penggoda Indonesia. Dalam salah satu bukunya ia pernah menuliskan betapa malunya ia lantaran rumah mungilnya kerap dilanda masalah: listrik korslet sampai harus mendatangkan petugas PLN, WC penuh yang harus segera disedot, dan got mampet akibat tersumbat bangkai tikus. Mungkin para tetangga berpikir kenapa para penghuni yang bertubuh mungil bisa dikerumuni begitu banyak masalah.

Prie lantas menyimpulkan dengan sudut pandang lain bahwa dengan aneka ‘ujian’ yang entah kenapa tak pernah dialami para tetangganya, secara tak sadar rumahnya justru menjadi pusat rahmat yang mempertemukan banyak orang dengan berbagai kepentingan, mulai dari petugas PLN hinggat penyedot WC. Uang berpindah tangan menuju orang yang membutuhkan, dan begitu seterusnya. Dari sini kita bisa belajar lebih waspada dalam memandang atau meneropong kondisi orang lain sebelum menjatuhkan penghakiman. Dari sini pula tulisan kita bisa kita ramu secara menarik tanpa ada yang dirugikan.

R yang terakhir adalah Right. Right berarti menulis dengan benar yaitu kita mengikuti kaidah kebaikan yang kita perjuangkan, menurut standar nilai yang berlaku secara universal. Kita harus mampu membedakan benar menurut siapa: apakah kebenaran pribadi, kebenaran politik, atau kebenaran secara universal. Kita yang mengaku berperabadan, misalnya, tak bisa begitu saja menuduh bahwa orang Badui adalah suku yang buta aksara.

Mereka boleh jadi buta aksara jika ukuran kita adalah aksara Latin, tetapi mereka sesungguhnya memiliki aksara tersendiri yang terbukti mengantarkan mereka pada kecerdasan berupa kearifan lokal untuk menjaga keseimbangan alam dengan kehidupan mereka sendiri. Maka tak heran jika sampai detik ini belum ditemukan warga Badui yang terkena Covid-19 sebab mereka punya budaya dan tradisi sendiri sehingga tak bisa kita asumsikan sebagai suku yang buta huruf.

4 | Dulu AIDA kini AISAS

Kang Maman tak lelah mengingatkan bahwa seorang penulis yang baik harus bersikap netral, tidak memihak kecuali pada kebenaran menurut data dan fakta yang didapatkan. Dia harus mengedepankan skeptisme yaitu sikap mempertanyakan apa yang sudah dikumpulkan sebagai realitas di lapangan, tetapi bukan apatis. Ia terus berusaha mempertanyakan dengan menggali kemungkinan-kemungkinan dan segala opsi yang bisa memperkaya hasil tulisannya.

Dalam rangka mewujudkan tulisan yang bernas dan memikat, Kang Maman mengajukan rumus AISAS yang ia kembangkan dari teknik menulis khas copywriting yang sudah kita kenal yaitu AIDA. Pada konsep AIDA kita biasa menulis untuk membetot perhatian (attention) orang agar membaca atau memperhatikan apa yang kita promosikan. Kita berharap membangkitkan minat (interest) pembaca agar mau dan merasa bahwa mereka memiliki keterikatan dengan barang atau jasa tersebut. Mereka akhirnya ingin (desire) memiliki atau menggunakan apa yang kita tuliskan dan memutuskan untuk melakukan tindakan (action) sesuai anjuran.

Nah dalam konteks media sosial atau dunia digital yang bergerak sangat masif seperti saat ini, ada metode lain yaitu AISAS yang lebih relevan. A yang pertama adalah Attention, lalu diikuti Interest. Jika orang sudah tertarik, maka ia akan melakukan pencarian (Search) terlebih dahulu di Internet guna membandingkan atau memperbanyak pandangan. Jika cocok, mereka akan bertindak (Action) misalnya dengan membeli atau menggunakan jasa yang dipromosikan berdasarkan informasi yang berhasil mereka himpun. Terakhir Share yaitu membagikan pengalaman mereka entah berupa kepuasan atau ketidakpuasan setelah menggunakan atau mengonsumsi suatu produk dan jasa.

Itulah sebabnya saat ini kita mesti berhati-hati dan teliti dalam menulis atau menghasilkan karya sebab maraknya media sosial menyebabkan arus informasi bergerak sangat cepat bahkan kadang nyaris tak terkendali ketika suatu konten menjadi viral. Beberapa kasus yang pernah terjadi membuktikan bahwa warganet memiliki suara yang bisa memengaruhi sebuah berita dan bahkan kebijakan publik.

5 | Kembangkan THINK

Yang penting dicamkan adalah jangan berhenti menulis, sebab bagi Kang Maman menulis adalah cara asyik untuk membantu kita berpikir. Berpikir dalam bahasa Inggris disebut dengan think. Nah, dari kata think ini muncullah teknik menulis untuk menghasilkan karya yang luar biasa sebagaimana ditemukan oleh Kang Maman di San Diego Virtual School. THINK ternyata merupakan singkatan dari:

  • True: tulisan harus benar, kita mesti berpihak pada kebenaran;
  • Helpful: tulisan hendaknya membantu pembaca menemukan sesuatu yang bermanfaat di luar bayangan atau kapasitas dia;
  • Informative: sudah barang tentu tulisan mengandung informasi yang ingin disampaikan kepada pembaca;
  • Needed: jika apa yang kita sampaikan berisi hal-hal yang dibutuhkan oleh pembaca, maka tulisan akan berdampak luar biasa;
  • Kind: suntikkan nilai kebajikan atau wisdom dalam tulisan agar orang mengalami peningkatan kesadaran atau pencerahan jiwa.

Dengan rumus ini kita bisa mengembangkan tulisan yang bisa dimengerti oleh pembaca dari berbagai kalangan (untuk kategori tulisan populer) sehingga mereka menemukan manfaat yang diharapkan dan mau menularkan semangat kebaikan yang terkandung di dalamnya, menjadi energi positif yang bekerja di mana saja.

6 | Jadilah diri sendiri

Dalam kesempatan kemarin seorang peserta IG Live mengajukan pertanyaan tentang bagaimana cara menghasilkan tulisan yang bagus atau menarik. Kang Maman menjawab bahwa ada dua hal yang perlu diingat. Pertama, jadilah diri sendiri. Cobalah menulis dengan kata-kata yang sesuai dengan kemampuan kita, bukan mengarang kalimat berat yang berada di luar kemampuan sehingga ketika suatu hari kita diminta menjelaskan apa yang kita tulis maka kita mungkin akan kelabakan untuk mengelaborasi.

Cara kedua adalah mencoba berakrab dengan kamus. Jangan malas membuka kamus untuk memperkaya kosakata agar enak dan tidak monoton. Saya pribadi sangat setuju dengan usulnya karena kamus dan tesaurus di rumah selama ini sangat membantu ketika saya hendak menulis dengan luwes dan memikat.

Lebih dari itu Kang Maman mengingatkan bahwa content is the king. Bagaimana pun perkembangan media saat, misalnya maraknya media digital apakah akan mengalahkan pamor produk tertulis atau cetakan seperti buku-buku cetak, belum tentu karena apa pun medianya semua bisa berubah tetapi satu hal yang tetap yaitu pembaca akan menilai mutu dari konten yang ditampilkan.

Setelah mengikuti kelas menulis asyik ini, saya akui Kang Maman memang eksentrik. Selain penulis produktif, dia seolah tak pernah kehabisan ide sebab menurutnya imajinasi itu tak terbatas; ide selalu ada di mana pun dan dari mana pun. Tugas kita adalah menghadirkan apa yang kita tangkap dengan menuliskan antara apa yang terjadi (what’s real) dengan apa yang seharusnya terjadi (what’s ideal). Berlatihlah terus untuk menulis dan berguru dari siapa pun tanpa memedulikan usia. Sisi-sisi menarik selalu muncul jika kita membuka mata, telinga, dan hati.

Buku untuk istri tercinta

Itulah sekelumit kesimpulan setelah saya ikut belajar menulis asyik bersama Kang Maman dengan dukungan penuh JNE. Saya jadi terinspirasi untuk menuntaskan buku yang sudah sejak lama terbengkalai. Buku berjudul “My Wife My Teacher” ini pernah saya kirimkan ke penerbit mayor tahun 2018 silam. Begitu ditolak, saya enggan melanjutkannya lagi padahal menurut saya idenya bagus dan sudah 30% jalan. Seperti namanya, buku ini bertolak dari ide bahwa ibu rumah tangga adalah wanita super yang layak menjadi guru kehidupan. Dari aktivitas memasak bersama istri, saya mendapat 25 pelajaran hidup yang sayang kalau tak dituliskan.

Buku sederhana untuk mengapresiasi istri tercinta

Saya makin bersemangat untuk menuntaskannya karena sudah menyiapkan sampul seperti terlihat di atas. Saya pikir ini akan jadi buku untuk hadiah para wanita yang selama ini mengabdi sebagai ibu rumah tangga–profesi paling berat di dunia. Saya bisa terbitkan secara mandiri dan mencetaknya dalam jumlah terbatas jika penerbit mayor masih menolaknya. Saya memang sempat mentok, tapi dengan bantuan theater of mind saya mantap bisa merampungkannya.

Saya bahagia betul ikut kelas ini, sama bahagianya ketika mengulang-ulang pembacaan buku “Bahagia Bersama” yang sudah saya tulis ulasannya di blog ini. Selamat berakhir pekan, Sobat BBC-Mania! Jika ingin mendapat bacaan bergizi, inilah buku yang tepat, persembahan JNE yang sudah terkenal sebagai perusahaan ekspedisi dan logistik yang hobi beramal. Semangat!

42 Comments

  1. akkkk kang Maman emang suka kasih insight menarik yaa tentang inspirasi2 menulis, aku pun baca bukunya yg RE, that’s deep! emang yaa klo jaman sekarang abis nulis, abis konten ya harus share share share, biar jangkauannya bisa lebih luas, ga cuma sekedar tulis atau bikin konten lalu tinggalin

    Like

    1. Betul, Kak. Kudu rajin membagikan di media sosial, baik kita bloger atau penulis buku cetak, karena media sosial terbukti punya dampak yang luar biasa terhadap pemasaran tanpa beriklan berbiaya besar.
      Kalau mau buku Kang Maman lain yang juga bagus adalah “Aku Menulis Maka Aku Ada”, buku tebal yang merangkum pengalaman Kang Maman bertahun-tahun sebagai penulis dan jurnalis. Ada teori tapi sarat pencerahan, recommended banget!

      Like

  2. Mantap banget nih ilmu kepenulisannya. Terimakasih banyak saya izin menyerapnya juga semua ilmunya. Semoga saja bisa mempraktikkannya. Aamiin …

    Like

  3. Waah seru banget ini pasti kelasnya yah, kak. Well noted banget buat “Tulisan itu dinamis, bisa rancak dan menyegarkan ibarat titi nada yang elok didengar sehingga menyejukkan hati pembaca”. Bakalan mencoba bermain dengan theatre of mind deh dalam setiap nulisnya nanti.

    Like

  4. Ya aampun kang mamaaaan, penulis favoritku juga nih mas. Btw yg event kemarin aku lupa ga ikutan hikss. tp masih bisa lihat livenya yah? Ga ragu lagi sih ilmu kepenulisan beliau, udah beli buku2nya juga jadii ngefaaanss dan pgn banget bisa belajar dari kang mamaan

    Like

  5. saya sering terkendala ingin menulis saat itu juga karena kerjaan rumah blm kelar jadi saya catat di kertas dulu tapi baru mau mulai lagi langsung nguap moodnya atau udh ngga ada feel nya buat nulis ide iu hehe

    Like

    1. Bagus itu, Kak. Kita bisa catat dulu ide yang tebersit atau melintas yang bisa kita olah jadi tulisan begitu kita enggak sibuk. Tantangannya memang menaklukkan mood agar tetap semangat menulis walau suasana hati berubah.

      Like

  6. Makasih sekali kang tipsnya.. Bermanfaat banget nih buat aku yang suka kena writer block. Kadang sampe pusing sendiri nggak tau mau mulai dari mana, hehe..

    Like

  7. makasi banget mas sharingnya, penting yaa menerapkan 5R saat menulis. kelihatannya sepele tapi sebetulnya bisa menambah kualitas dan nilai tulisan kita

    Like

  8. Kalau yang nomor 1 berusaha lagi rutin daku coba. Nah Konsep AIDA yang belum konsisten buat daku terapkan dalam menulis, malah seringnya lupa, deuh.
    Curhat Kang Maman memang bergizi ya Pak Rudi, jadi menambah insight buat daku.

    Like

  9. Kiat menulis Kang Maman memang mantul banget, 5R.
    Langsung nulis ini yg harus diasah terus, nggak langsung konek kepala dan jari.
    Saya AIDA aja belum paham-paham, sekarang sudah AISAS aja.
    Semangat meniru semangat Kang Maman juga ahh.

    Like

    1. Yang paling enak ya segera dicoba, Teh. Biar paham langsung dipakai dalam tulisan bagaimana AIDA dan AIDA dipraktikkan. Semangat yuk memperbaiki tulisan dan membuka peluang rezeki.

      Like

  10. Saya juga nonton IG Livenya. Kang Maman ini memang storyteller yang keren, caranya bercerita secara lisan maupun tulisan itu menarik sekali. Tulisan mas Rudi sendiri juga oke, lho. Saya salah satu penikmat blogpost mas Rudi. Jadi penasaran sama calon naskah buku My Wife My Teacher. Semoga cepat rampung dan dibukukan ya, Mas.

    Like

  11. Aku sepakat kalau modal melakukan sesuatu adalah nikmati saja. Karena dari nikmati, akhirnya suka dan candu. Sama halnya menulis. Tipsnya keren banget ini Kang Maman😍

    Like

  12. ah iya ya mas Rudy, untuk bisa menulis dengan baik butuh usaha yang serius
    aku mau coba menerapkan tips 5R dari kang Maman ini ah, biar tulisanku naik kelas

    Like

  13. Aku juga dengerin pas sesi live komennya belalang cerewet. Wah pasti penggunaan belalang cerewet juga masuk theatre of mind. Eamng siapa yang perneh denger suara belalang? apalagi kecerewetannya. Hehe. Sukses mas Rudi!

    Like

  14. Ditunggu pak bukunya terbit, atau masih butuh kontributorkah? Mau nyodorin suami buat ikutan nulis hahaha. By the way ilmu nulis kang Maman mantep banget ini. Aku bakal save poin poin pentingnya buat bekal nulis lebih baik lagi.

    Like

  15. Ya Allah..
    Alhamdulillah, dapat materi mengenai menulis dari Kang Maman. Banyak hal yang sering terlewat terutama untuk mendalami apa yang kita tulis, tidak hanya menulis dengan menggebu tapi juga melibatkan rasa dan research yang benar.

    Jariyyah banget.
    Barakallahu fiik kang Maman ilmu menulisnya yang sederhana, tapi mental ini yang harus dimiliki seorang penulis.

    Like

  16. super sekali ilmu dari kang maman, aku kebiasaan kalo nggak langsung nulis nunggu perfect, nunggu deadline dulu…wah ternyata aku salah yaa. tips-tipsnya juga luar biasa sekali, makasi juga kang belalng cerewet atas sharingnya

    Like

  17. Wah, motivasi dari kang mamang rmnag bukan main ya. Selain ngefans sama beliau. Aku juga suka quote nya yang ini :

    “Kalau mau melakukan apa pun, modal pertamanya itu nikmati; lakukan dengan bahagia.” bener banget gaksi?

    Like

Tinggalkan jejak