“Keceriaan” September dan Misteri Rezeki Bloger: Sedikit Curhat Berbau Sambat

Bulan September konon bulan yang ceria? Itu menurut lagu Vina Panduwinata. Kalau terlalu terpaku pada isi lagu, bisa-bisa kita terjebak pada mitos, lantas hati kacau balau lantaran hidup enggak sesuai yang kita mau.

Saya sendiri menganggap seluruh bulan selalu penuh berkah sebagaimana setiap hari adalah baik adanya. Namun, seperti judul blog post kali ini, saya ingin sesekali curhat (yang boleh jadi mengandung sambat). Bukan sebagai keluhan, melainkan catatan buat sobat BBC-Mania di luar sana yang berniat menjadi full-time blogger. Saya ingin agar keputusan diambil lebih cermat dan terukur sebelum memutuskan blogging sebagai satu-satunya income. Lebih-lebih bagi bloger yang sudah berkeluarga dengan anak tanpa extra income.

Faktanya, saya bersyukur selalu dianggap berlimpahan cuan, mungkin sebab jarang curhat apalagi sambat soal keuangan. Terbukti ya ada teman atau kerabat yang berniat pinjam uang.

Akhir Agustus silam si sulung akhirnya mondok lagi, kali ini di Jombang setelah sebelumnya masuk di Ponpes Sarang, Rembang. Tentang alasan kepindahan ini, mungkin akan saya ceritakan di lain tulisan.

Yang jelas, pendaftaran dua kali berarti pengeluaran ganda. Walau bagi orang lain mungkin biayanya enggak besar, tapi bagi saya yang full-time onliner sangat terasa. Untunglah biaya bisa diangsur tanpa tergesa.

Jatuh di pondok

Di tengah penantian fee job yang tak kunjung cair, Jumat 15 September 2023 XR mendadak menelepon pagi-pagi. Dia cerita habis jatuh saat menuruni tangga ke lantai satu selepas mengaji bakda Subuh. Panik, dia minta dijemput untuk pulang alih-alih berobat di sana.

Karena saya masih ada dua tenggat menulis hari itu (salah satunya liputan keseruan Adira Festival), saya pun meminta Bunda Xi untuk bertolak ke Jombang dan membawa XR ke dokter. Kedua tenggat tak bisa saya abaikan karena berbayar alias berbuah cuan. Saya tak bisa ikut juga lantaran XB masih di sekolah dan baru pulang menjelang 11 siang.

Walhasil, Bunda Xi memacu motor melewati hutan jati Mantub dan Mojokerto hingga menyusuri Kali Brantas dan akhirnya tiba di pondok menjelang Jumatan. Sebenarnya ada opsi naik kereta, tapi jadwalnya sudah tak terkejar pada pukul 9 pagi.

Satset Bunda memeriksakan XR ke RS terdekat, ternyata mesti lewat radiologi dan tentunya bayar cukup lumayan. BPJS enggak bisa dipakai karena lintas daerah, aneh tapi nyata yang penting XR sembuh sedia kala. Saat mengirimkan foto tagihan, Bunda Xi sempat berkaca-kaca. Angkanya lumayan dan uang itu mestinya saya pakai untuk membayar kulakan buku bekas dari penjual langganan.

Uang datang saat diperlukan

Saya bilang, “Uang bisa dicari, kesehatan anak yang utama,” walau rada perih. Gara-gara XR enggan atau malu bilang ke pengurus bahwa dia jatuh pagi itu. Seandainya dia ngomong seketika, puskesmas dekat pondok bisa bantu menangani dengan biaya sangat terjangkau. Tapi mau bagaimana lagi, semua sudah terjadi dan obat dari RS sudah dikantonginya.

Persediaan uang menipis, untunglah teman bloger memesan pencetakan buku yang ia tulis. Ya, lumayan setidaknya ada pengganti ongkos jalan dan makan, plus beli paket data. Terima kasih, Septi Anggraeni, semoga bukunya mbrudul-mbrudul seperti kereta api. Judul-judul baru bertambah, pengalaman membuncah, dan tentunya cuan berlimpah, aamiin.

Lebih dari itu, saya bersyukur karena XR enggak perlu pulang akibat jatuh. Sampai hari Selasa tanggal 19 September ketika dia menelepon butuh kiriman Rp100 ribu untuk tambahan makan dan kebutuhan sampai liburan pekan depan. Di rekening BCA tersisa Rp50.000 dan sedikit pegangan untuk makan kami di rumah. Otak berputar bukan karena akrobat tapi pusing mau cari duit ke mana. Cari gandengan 50 ribu rupiah pun enggak gampang kalau mendadak. Berutang ke teman? Sudah ada dong catatan, justru waktunya mengembalikan.

Puji syukur alhamdulilah, tanggal 20 September hari Rabu malam terjadi keajaiban. Buku-buku bekas hasil kulakan yang saya unggah di grup FJB Facebook tiba-tiba ada yang meminati. “Tiba-tiba” sebenarnya kata yang enggak tepat karena semuanya sudah dirancang Allah SWT sedemikian rupa. Terkesan ajaib sebab nalar belum siap menerima.

Pembeli baik hati

Namun, memang semua di luar nalar karena pembeli asal Sawahlunto ini mau bertransaksi langsung tanpa melibatkan lokapasar seperti Tokopedia atau Shopee. Maraknya kasus penipuan di FJB buku membuat pembeli biasanya memilih transaksi di lokapasar agar sama-sama enak. Namun bagi penjual yang butuh uang cepat, itu bukan solusi apalagi kalau buku menempuh perjalanan lintas pulau. Butuh seminggu lebih buku sampai di tangan pembeli, belum kalau ada delay padahal kebutuhan berpacu apalagi bagi saya tempo hari yang sedang tongpes.

Pembeli baik hati ini bukan cuma beli banyak tapi juga mau membayar langsung ke rekening malam itu juga. Selain ongkir mahal, tak sedikit calon pembeli selama ini hanya solu-solu alias PHP. Bilang minat dan minta nomor rekening atau link di lokapasar, ternyata sampai bermingggu dan berbulan-bulan tak kunjung bertransaksi.

Jadilah malam itu, uang buku masuk dan bisa dipakai untuk kirim si bocah sampai liburan tiba. Di ponpes barunya, santri harus mencuci baju sendiri dan setiap hari mendapat jatah makan dua kali (pagi dan sore). Itulah sebabnya orangtua biasa menambah uang saku kalau-kalau anak pengin jajan atau makan siang.

Sebelum rebahan dan beranjak tidur, tiba-tiba teman bloger lain, Malica Ahmad yang sedang berada di Tulungagung, menginformasi pembayaran buku yang kutitip lewat Mbak Triana Dewi sore harinya. Mereka akan bertemu di Tulungagung bersama teman-teman bloger lain dalam suatu acara. Jadi deh bisa bayar tagihan air PDAM yang airnya mengalir kecil walau jarang mati. Alhamdulillah….

Rezeki buku-buku bekas

Kejutan lain menyusul: seorang calon pembeli mengirim pesan di carousell.id, aplikasi jual beli barang preloved yang sebulan terakhir saya tekuni. Dia bilang minat pada sejumlah buku yang saya unggah dan minta agar bisa bertransaksi di Tokopedia. Alhamdulillah, akhirnya punya duit untuk menjemput XR Senin kemarin yang saat ini sedang berlibur 10 hari dalam rangka Maulud Nabi.

Teman-teman yang ingin menggeluti dunia digital sebagai source of income, pastikan menyiapkan dengan matang. Kalau bisa ada dana cadangan yang cukup atau opsi penghasilan alternatif yang bisa diandalkan. Saya sendiri menyambi jadi editor dan desainer grafis (penata letak buku) yang sesekali bisa menghasilkan cuan walau tidak teratur bulanan.

Kamu yang sedang berjuang, sesekali menangis menangislah kalau harus. Luapkan emosi pada Dia yang Maha Mendengar dan Memahami. Hidup ini berat ya berat karena memang perjuangan yang harus kita Titi. Rasa sakit itu lumrah, tapi jangan pernah merasa menderita apalagi merasa sendirian.

Ingatlah, masih banyak tantangan yang akan menghadang. Jadi sesekali rebahan itu perlu biar hidup enggak serius melulu. Jangan lupa minta bantuan….

8 Comments

  1. semoga rezekinya selalu diancarkan om, saya selalu salut kepada perjuangan orang tua yang memondokkan anak anaknya

    btw anaknya mondok dimana om jombangnya ? darul ulum kah ?

    Like

  2. Allah SWT kirimkan rejeki dari arah yang tak terduga

    Semoga rejeki semakin mengalir om.. berkah untuk anak2 yg nuntu ilmu dipondok

    Like

  3. Mas, I feel you. Tetap semangat untuk kita semua yang sedang dan akan selalu berjuang. Btw, aku juga mau menekuni lagi jualan buku bekas. Duluuu pernah kuwiwiti di Tokped dan Bukalapak, tapi terus mandeg.

    Like

Tinggalkan jejak