Kerusakan lingkungan bikin hidup kelimpungan. Itu fakta yang kami alami sendiri. Sejak meninggalkan Bogor untuk menetap di Lamongan, panas dan hujan jadi problem yang menantang. Saat kemarau panjang, air susah didapatkan. Namun ketika musim hujan datang, banjir pun ikut bertandang. Biasanya banjir di depan rumah cepat surut, tapi sejak tambak di seberang diuruk dan diubah jadi kompleks perumahan, genangan air bisa bertahan hingga berbulan-bulan. Ditambah perubahan iklim yang ekstrem, lengkaplah kesabaran yang mesti kami lestarikan.
Emisi karbon yang mematikan
Belum lagi polusi udara yang menurut WHO, sebagaimana dikutip ourworldindata, telah menelan setidaknya 7 juta korban meninggal setiap tahunnya. Salah satu korban itu adalah Ella Roberta yang mengembuskan napas terakhir pada usia 9 tahun akibat polusi udara yang memperparah asmanya. Berdasarkan penyelidikan, jalanan dekat mereka tinggal di London terbilang sangat sangat padat dan dipenuhi nitrogen dioksida akibat lalu-lalang kendaraan dengan level polusi melebihi ambang menurut pedoman WHO.
Tragedi Ella boleh jadi hanya fenomena gunung es. Sebab data mencengangkan juga ditemukan di Amerika Serikat. Dalam sebuah presentasi TED Talks tahun 2016, seorang chemical engineer bernama David Klanecky menuturkan bahwa setiap tahun ternyata ada sekitar 70.000 orang meninggal akibat polusi udara—melebihi kasus kematian per tahun karena kanker payudara dan prostat.
Bagaimana dengan Indonesia? Riset menurut Global Alliance on Health and Pollution (GAHP) menyebutkn bahwa polusi di negara kita telah memakan 232.900 jiwa pada tahun 2017. Khusus untuk polusi udara, angkanya cukup besar, yakni 123.700 kematian pada tahun yang sama berdasarkan penelitian tersebut.

Dua tahun kemudian, angka kematian akibat polusi udara meningkat drastis, menjadi 186.300 jiwa berdasarkan data yang dirilis oleh Statista. Fakta ini membuat negara kita menduduki peringkat kelima di dunia setelah Cina, India, Pakistan, dan Nigeria. Jika kita sekadar berpangku tangan tanpa melakukan upaya pencegahan atau meminimalkan emisi karbon, maka tinggal tunggu waktu saat masa depan berakhir mengenaskan.
Utomo SolaRUV dukung energi terbarukan
Inilah yang menjadi concern Utomo SolaRUV sebagai penyedia solusi energi terbarukan, khususnya Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terbaik di Indonesia. Di bawah bendera PT Utomo Juragan Atap Surya Indonesia (UJASI), Utomo SolaRUV berkomitmen mendukung pemanfaatan energi terbarukan (renewable energy) karena energi konvensional berbasis fosil kian menipis persediaannya dan kurang ramah lingkungan.
Sesuai namanya, energi baru dan terbarukan (EBT) diperoleh dari sumber-sumber alami seperti sinar matahari, angin, hujan, panas bumi, dan biomassa. Dengan berbagai bencana alam dan wabah mematikan akibat pemanasan global dan perubahan iklim ekstrem, tak heran jika negara-negara di seluruh dunia semakin intens untuk melakukan penelitian dan pengembangan teknologi energi terbarukan demi keberlanjutan umat manusia.

Demikian penuturan Krismaya Dwi Hardianti dalam SolaRUV Blogger Gathering #2 di Surabaya, Senin 3 Juni 2024 kemarin. Manajer RnD Utomo SolaRUV ini memaparkan potensi Indonesia sebagai salah satu negara dengan sumber daya EBT paling melimpah di dunia. Sayangnya, dengan total potensi sebesar 441,7 GW, Indonesia baru bisa memanfaatkan sekitar 11,2 GW—setara 2,5 persen—menurut data Kementerian ESDM per Januari 2022.
Pemerintah menargetkan pemanfaatan EBT bisa mencapai 23% dalam bauran energi nasional tahun 2025. Untuk menggenjot menuju angka tersebut, Indonesia mempertegas komitmen dan konsistensi pemberdayaan energi bersih melalui program pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap.
Tantangan ini direspons positif oleh PT UJASI melalui Utomo SolaRUV dan Utomo Charge+. Sebagai sektor swasta, perusahaan yang berbasis di Surabaya ini sangat berkomitmen dalam upaya dekarbonisasi industri demi tercapainya target net-zero pada tahun 2060. Utomo SolaRUV ingin agar lingkungan hijau dan udara bersih terwujud dan hal itu hanya bisa diraih melalui aksi dan kolaborasi dalam pemanfaatan energi surya dan Transportasi Berkelanjutan.
Blogger gathering yang digelar beberapa hari lalu menunjukkan keseriusan komitmen PT UJASI dalam menyambut Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang jatuh pada tanggal 5 Juni 2024. Momen ini bisa dipandang sebagai aksi kolaboratif untuk membangun kesadaran bersama bahwa pengurangan emisi karbon sangat krusial sehingga perlu disebarkan kepada khalayak.
PLTS Atap solusi mantap
Dalam kesempatan tersebut, Krismaya mengutip data yang dirilis Insititute for Essential Services Reform (IESR) berisi kalkulasi teknis tentang potensi bangunan perumahan di 34 provinsi di seluruh Indonesia untuk dipasangi PLTS Atap. IESR menemukan bahwa potensi teknis PLTS atap untuk kawasan perumahan di Indonesia mencapai 194 – 655 GWp (Giga Watt peak). Jika pemilik rumah mampu dan mau menginstal PLTS atap, maka setidaknya 17,8% dari potensi itu bisa digarap sebagai pasar yang menjajikan dalam pemanfaatan energi ramah lingkungan.

Ada tiga provinsi yang memiliki potensi pasar tertinggi, yaitu Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur, yakni para konsumen dengan ukuran voltase ≥1300 VA dari PLN. Berdasarkan survei ini, para pemilik rumah di Jakarta Pusat dan Surabaya tidak keberatan memasang PLTS atap di rumah mereka.
Oleh karena itu, pemerintah kota maupun provinsi hendaknya mendorong penggunaan energi bersih dan terbarukan, terutama energi surga. Peran pemerintah pusat dan daerah sangat penting untuk mengakselerasi peralihan ke energi matahari sebab mereka punya akses pada kebijakan yang mengikat secara hukum.
Utomo SolaRUV sebagai perusahaan terdepan dalam teknologi energi terbarukan, khususnya Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dikenal memiliki platform Teknologi Solar Panel Terbaik. Selaras dengan temuan IESR, Utomo SolaRUV sejauh ini telah mendorong partisipasi masyarakat untuk beralih ke teknologi energi surya, baik sektor residensial maupun industrial.
PLTS atap di asrama biarawati dan pondok pesantren
Untuk membuktikan bahwa proyek PLTS yang diinstal oleh tenaga ahli Utomo SolaRUV telah tersebar luas di seluruh Indonesia, kami pun diajak menonton sepotong video yang cukup menarik. Fragmen ini mengisahkan perjalanan tim ke IKN dalam rangka mendukung terwujudnya energi bersih di sana.
Di sela perjalanan, tim Utomo SolaRUV sempat menyambangi sebuah asrama biarawati di tempat yang cukup terpencil sehingga sulit dijangkau oleh pasokan listrik konvensional. Singkat kata, dipasanglah PLTS Atap di lokasi tersebut yang disambut gembira oleh pengelola maupun penghuni di sana.
“Saya pikir lampunya akan sedikit redup dibanding listrik biasa. Ternyata tidak,” ujar salah seorang biarawati sambil tersenyum.
Senyum itu mengembang bukan hanya karena ruang-ruang kini menyala terang sehingga bebas dipakai untuk kegiatan apa saja, melainkan juga sebab terjadi penghematan biaya setelah beralih ke teknologi surya. Anthony Utomo selaku managing director Utomo SolaRUV yang berkesempatan hadir langsung pun mengucapkan terima kasih atas kepercayaan mereka telah memilih energi terbarukan yang lebih bersih dan ekonomis.
Faktor penghematan pula yang mendorong sejumlah pesantren di Indonesia akhirnya berhijrah untuk menggunakan PLTS atap dengan mengandalkan matahari sebagai sumber energi listrik terbarukan. Penggunaan energi surya di pondok pesantren terbukti mampu menghemat pengeluaran biaya listrik hingga 40-50 persen.
Beberapa di antaranya adalah Pondok Pesantren Tahfidhil Qur’an Sirojul ‘Ulum di Kediri-Jawa Timur, lalu Ponpes Dhiyaul Fatihin di Pekalongan-Jawa Tengah, dan Pondok Pesantren Daru Ulil Albab yang semuanya berkomitmen mendukung perjalanan dalam rangka transisi energi lewat energi hijau demi mewujudkan Indonesia bebas emisi.
PLTS Terapung bikin untung
Selain PLTS Atap, SolaRUV juga menawarkan PLTS terapung dan PLTS grounding di atas tanah. Dibanding PLTS grounding yang butuh lahan tertentu, kita bisa mempertimbangkan floating PLTS alias terapung sebagai pilihan yang lebih menguntungkan. Dalam hal ini, kita bisa memanfaatkan perairan seperti waduk atau danau untuk dipasangi PLTS Terapung.
Sesuai namanya, PLTS terapung menggunakan Floating PV system, yaitu sistem PLTS yang dipasang di perairan sebagai tempat instalasi panel surya dengan menggunakan floater sebagai komponen pelampung.

Adapun komponen floating system meliputi
- panel surya (PV modules),
- pelampung (floater),
- pemberat (anchoring & mooring), dan
- mounting (bracket).
Sebagai negara yang punya banyak area perairan, sudah sepatutnya kita memaksimalkan penggunaan floating system di tempat-tempat yang strategis guna mengalirkan listrik bersih kepada masyarakat untuk berbagai kebutuhan produktif.
Penggunaan waduk atau danau sebagai wilayah pemasangan PLTS terapung tidak akan mengganggu biota perairan terkait sebab telah diteliti terlebih dahulu oleh ahli yang kompeten. Begitu juga luas perairan yang bisa dipakai, sudah ditentukan sekian persen, menurut kementerian yang mengelolanya. Hingga tahun 2024 Kementerian PUPR berencana membangun 61 bendungan dengan total kapasitas tampungan 16.25 milyar m3.
Potensi PLTS Terapung di Indonesia cukup besar, yaitu 708.000 km2 wilayah perairan yang merupakan perairan tenang dengan gelombang kurang dari 4 m dan kecepatan angin kurang dari 15 m/s. Potensi energinya bisa mencapai 26,65 GW yang tersebar di 271 lokasi. Bisa dibayangkan keuntungan dan penghematan yang bisa dinikmati.

Salah satu proyek membanggakan SolaRUV adalah PLTS Terapung Muara Tukad yang terletak di Badung, Bali. Floating PLTS ini diproduksi kali pertama di Indonesia dengan kapasitas 100 kilowatt-peak yang telah dipamerkan dalam pergelaran G20 di Bali pada November 2022.
Utomo SolaRUV mengawal produksi komponen utama PLTS Terapung Muara Tukad di pabrik Karawang, Jawa Barat. Krismaya membenarkan bahwa komponen utama SolaRUV memang diproduksi di dalam negeri sebagai bagian dari TKDN. Produksi lewat TKDN akan membuka peluang kerja dan menghemat ongkos produksi.

Dengan kualitas PV modules yang awet hingga 25 tahun dan inverter selama 15 tahun, Krismaya meyakinkan bahwa PLTS Terapung bikin lebih untung sebab industri bisa berhemat energi hingga 30%. Perawatan dan pembersihannya pun terbilang mudah dengan dukungan tim SolaRUV.
Teknologi canggih dari Sungrow yang sudah berpengalaman dalam pengembangan Floating PV memungkinkan air mendinginkan panel saat listrik dihasilkan. Kinerja yang lebih efisien ini secara otomatis dapat mengurangi penguapan air dan menjaga keberadaan air di danau lebih lama.
Utomo Chargeplus, solusi transportasi berkelanjutan
Sebagai pembicara kedua tampil Rahma Arzanti yang akrab disapa Arza. Jika Krismaya lebih banyak menjelaskan inovasi dan keuntungan PLTS atap dan terapung, maka manajer operasional Utomo SolaRUV ini mengangkat topik yang memang sedang hangat di seluruh dunia. Apa lagi kalau bukan mobil listrik yang semakin sering kita lihat di jalanan.

Arza meyakinkan bahwa kendaraan listrik sebenarnya lebih menguntungkan bagi konsumen. Mungkin sepintas konsumen harus merogoh kocek lebih dalam saat membeli mobil, katakanlah 500 juta rupiah, tetapi ternyata kita diuntungkan dengan pajak yang sangat rendah, berada di kisaran 180 ribu atau tak genap 200 ribu rupiah.
Awal mula merebaknya kegemaran pada mobil listrik boleh jadi karena kesuksesan Wuling Air ev yang membukukan penjualan hingga 10.000 unit dalam satu tahun. Selain bentuknya compact dan daya tahan baterai, kebijakan pemerintah tak ayal ikut membangun animo positif masyarakat terhadap mobil mungil ini. Bukan cuma pajak yang murah, tetapi juga praktik ganjil genap yang tak berlaku pada pengguna mobil ini.
Sayangnya, Arza menuturkan, minat masyarakat pada kendaraan listrik kadang terhambat oleh minimnya keberadaan SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum). Boleh jadi publik ingin membeli, tapi khawatir apakah tempat pengecasan tersedia semasif SPBU misalnya. Padahal provider SPKLU pun mengalami dilema: jika mereka menyediakan titik pengecasan, apakah akan optimal dipakai oleh pemilik kendaraan listrik yang ternyata belum banyak?
“Jadi seperti ayam dan telur akhirnya,” ujar Arza setengah tersenyum. Namun, tentu saja sebagai pelaku industri yang berkomitmen mendukung energi terbarukan, Utomo Chargeplus tetap optimistis menghadirkan SPKLU agar bisa dijangkau masyarakat lebih banyak.
“Jadi seperti ayam dan telur akhirnya,” ujar Arza.
Keunggulan Utomo Cargeplus
Optimisme ini cukup beralasan. Pertama, menurut laporan IMF, jumlah penduduk Indonesia diprediksi anak meningkat hingga 277,43 juta pada 2023. Artinya, potensi mobilitas akan cukup tinggi.
Kedua, jumlah pemilik kendaraan listrik di Indonesia diperkirakan akan mencapai 16.000 pada tahun 2025 dan 65.000 pada 2030. Pasar masih seksi, lebih-lebih jika menilik manfaatnya bagi lingkungan karena minim emisi karbon.
Alasan ketiga, Utomo Chargeplus menerapkan teknologi Fastest Legitimate Charging Operator DC Charging yang diadopsi dari Singapura. Betul, Charge+ adalah perusahaan asal Negeri Singa yang dikenal sebagai penyedia solusi pengisian daya EV terintegrasi dan terkemuka untuk wilayah Singapura dan Asia Tenggara.
Solusi terintegrasi yang ditawarkan Charge+ antara lain pengisi daya ultra-sim eksklusif, perangkat lunak pengisian daya cerdas, serta model bisnis inovatif.
Alasan berikutnya, Utomo Chargeplus menawarkan biaya yang terjangkau bagi pemilik mobil listrik dibandingkan mereka harus mengisi daya di rumah yang dikenakan tarif listrik konvensional. Ditambah lagi jaringan luas yang memungkinkan konsumen menemukan SPKLU.

Saat ini Utomo Chargeplus tersedia di Thamrin Nine Tower 1, gedung tertinggi di Indonesia, dengan 20 titik pengisian di superblock tersebut. Adapun di Surabaya lebih kurang terdapat 10 titik charging yang bisa dimanfaatkan.
Penggunaan SPKLU di Utomo Charge+ juga sangat praktis. Cukup bayar menggunakan saldo dompet digital dengan QRIS. Begitu tiba di SPKLU, langsung buka aplikasi Utomo Charge+ untuk men-scan barcode. Kita akan dipandu menuju langkah selanjutnya dan membayar sesuai daya. Di aplikasi ini kita juga bisa memantau lokasi stasiun pengisian lainnya dan mengecek histori transaksi pengisian daya.

Yang juga sangat penting, Utomo Chargeplus telah mengantongi perizinan yang lengkap, baik IUPTL maupun RUPTL. Perizinan ini penting karena kompetitor yang tidak mendapat restu dari PLN tidak akan membangun instalasi listrik sendiri. Karena ilegal, maka tarifnya bisa lebih mahal tanpa jalur khusus.
Dengan jaringan terbesar se-Asia Tenggara, Utomo Chargeplus akan terus berkomitmen untuk mendorong cita-cita bangsa melalui sektor transportasi berkelanjutan. Kendaraan listrik adalah salah satu kunci mobilitas hijau dan tanpa infrastruktur memadai, misalnya SPKLU, maka minat masyarakat untuk beralih ke kendaraan listrik akan rendah.

Akhirnya, kita memilih pemanfaatan energi surya sebagai solusi energi baru dan terbarukan bukan karena alasan penghematan atau keuntungan materi semata. Lebih dari itu, saat memilih PLTS atap atau terapung, juga penggunaan kendaraan listrik, kita sedang berterima kasih kepada Tuhan yang sudah melimpahi kita dengan nikmat alam semesta. Tugas kita adalah merawatnya, jadi selain mendukung hidup keberlanjutan, kita juga memperkuat kedaulatan energi.

Merawat dan mendukung hidup berkelanjutan ya, Kangmas.
LikeLiked by 1 person
Nggih, Kangmas. Leres demikian, dengan pakai tenaga surya sebagai energi terbarukan, insyaallah buat solusi BBM berbasis fosil yang cadangannya kian menipis.
LikeLike