DALAM SEBUAH talk show yang menjadi bagian dari Java Coffee Culture yang digelar Bank Indonesia di Surabaya pada bulan Juli 2024, saya mendapatkan informasi menarik bahwa kopi Jawa termasuk sangat penting di Nusantara dan bahkan kancah dunia. Karena selama ini Pulau Jawa dikenal sebagai sentra penghasil kopi dengan produksi hingga 97,9 ribu ton atau setara 13% dari kapasitas produksi kopi nasional.
Kopi-kopi yang ditanam dan dipanen di Jawa kemudian diekspor ke beberapa negara sebagai komoditas andalan antara lain ke Mesir, Italia, Jepang, Uni Emirat Arab, dan Malaysia. Java Coffee Culture itu diramaikan oleh para produsen dari seluruh pelosok Jawa.
Secara umum kopi Indonesia memang menjadi salah satu komoditas terbaik kopi di dunia karena ladang tanamnya yang beragam di seluruh Nusantara. Robusta, misalnya, bisa memiliki cita rasa yang berbeda jika ditanam di lokasi berbeda. Namun, untuk bisa menembus pasar global, kualitas harus terjamin bukan hanya keunikannya.

Itulah yang menggerakkan Achmad Sofiyudin untuk beraksi. Petani asal Muncar ini memahami potensi kopi Nusantara yang ia wujudkan dengan pendirian desa wisata berbasis komunitas di tempat tinggalnya. Bukan hanya biji kopi yang memikatnya, melainkan kepedulian lingkungan yang telah ia rintis sejak tahun 2016.
Akrab dipanggil Sofi, pria ini bertekad untuk mempromosikan kopi lokal agar bisa menjangkau pasar yang lebih luas dengan harapan dapat mensejahterakan para petani di desanya. Kerja kerasnya membuahkan hasil ketika ia diganjar penghargaan bergengsi, yakni SATU Indonesia Awards tahun 2017 atas kontribusinya yang luar biasa terhadap pelestarian lingkungan (termasuk penanaman kopi) sekaligus keberhasilan mengajak masyarakat setempat untuk ikut serta dalam kegiatan tersebut.
Peluang pun terbuka ketika Astra menobatkan Muncar sebagai salah satu desa binaan dalam program Desa Sejahtera Astra (DSA) pada tahun 2018. DSA merupakan wujud kontribusi berkelanjutan Astra kepada negeri tercinta melalui Corporate Social Responsibility (CSR). Program ini bertujuan memberdayakan masyarakat lokal di desa-desa melalui kewirausahaan berdasarkan potensi yang dimiliki. Bantuan yang diberikan Astra meliputi pelatihan, fasilitas, pendanaan, dan pemasaran produk.
Kopi pendongkrak ekonomi
Terletak di Kecamatan Gemawang, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Muncar merupakan desa yang memiliki pasokan biji Robusta berlimpah dengan kualitas tinggi yang dikenal di seluruh provinsi tersebut. Kopi ini tidak hanya disukai di pasar lokal, tetapi juga terkenal hingga Benua Eropa, salah satunya Belanda.
“Petani kopi di sini dulu petik bijinya asal-asalan. Biji kopinya dipanen dan dijual apa adanya, padahal harganya murah, Rp 20.000 sampai 26.000. Yang penting waktu itu mereka dapat uang,” kata Sofi dalam lokakarya lingkungan hidup yang digelar secara virtual oleh Astra pada November 2021.
Muncar memang desa yang kaya di mana kita bisa menyaksikan keindahan alaminya di seluruh sudut kampung. Ini berkat keberadaan tiga gunung yang melingkupinya: Sindoro, Sumbing, dan Prau. Sofi terbukti mampu menangkap peluang apa yang orang lain tidak bisa lihat: potensi kopi lokal yang sangat besar. Ia merintis budidaya kopi mulai dari menanam, merawat, memanen, hingga mengolah biji kopi dengan menggunakan standar pengolahan internasional.

Namun, mengajak masyarakat untuk mau ikut menanam kopi ternyata bukan perkara mudah. Kebanyakan warga di desanya selama itu mencari nafkah dengan mblandong, yaitu mengumpulkan kayu dari hutan terdekat atau ada pula yang menjadi buruh di pabrik. Dia tak terkejut jika ada sebagian yang mengikuti ajakannya dan ada pula yang mengabaikan.
Di mata mereka, menanam kopi mungkin belum jadi opsi yang menguntungkan. Kendati demikian, Sofi membulatkan tekad dan bersikeras untuk menanam pohon kopi sebanyak mungkin. Tekad itulah yang mengantarkannya sebagai peraih SATU Indonesia Awards.
Ceritanya, Muncar menjadi salah satu desa binaan Astra pada tahun 2018 dan Sofi ditugaskan sebagai fasilitator di DSA tersebut. Seiring dengan semakin banyaknya pohon kopi yang ditanam dan pengolahan yang kian ditingkatkan, maka promosi kopi Robusta Muncar pun gencar dilakukan. Komoditas tersebut segera memikat pembeli untuk memesan karena kopinya yang nikmat dengan cita rasa premium.

Sofi mengklaim produksi kopi telah mendongkrak perekonomian lokal. Berkat manajemen yang bagus dan pengolahan yang lebih baik, maka harga kopi Muncar akhirnya bisa menyentuh angka Rp40.000 per kilogram dibandingkan sebelum adanya bantuan Astra yang mentok di angka Rp20.000. Tak heran jika warga di wilayah tersebut yang semula enggan lantas tertarik menanam kopi juga. Mereka percaya bahwa kopi mampu mendongkrak kemakmuran.
Sesuai dengan namanya, Muncar akhirnya menjadi desa sejahtera berkat kopi Robusta dan single origin Arabika Petaranga yang menjadi komoditas andalan warga. Produknya terbukti menguntungkan baik di pasar nasional maupun di pasar global seperti Belanda.
Wisata ramah lingkungan berbasis kekayaan lokal
Menyadari besarnya potensi pasar kopi Muncar, Sofi bersama DSA yang ia pimpin pun memutuskan untuk meluncurkan serangkaian kegiatan berbasis kopi di antaranya Muncar Moncer Coffee Trip di mana pengunjung diajak berkeliling perkebunan kopi.
Dengan mengenakan caping dan tenggok (keranjang kecil yang terbuat dari kayu untuk menampung biji kopi yang telah dipanen), mereka kemudian diajak menikmati sensasi makan bersama dan menyeruput secangkir kopi istimewa di tengah perkebunan sambil menyaksikan pemandangan alam nan memukau.

Muncar semakin terkenal ketika event bertajuk Festival Panen Kopi Sang Intan Merah Bumi Phala diadakanpada tahun 2019. Selain itu, Barista Brewing Competition Jawa Tengah-DIY dan Muncar Fun Brewing V60 Competition juga menangguk perhatian masyarakat dari berbagai daerah, khususnya dari kalangan pencinta kopi. Dua acara tersebut sudah masuk dalam Calendar of Event (CoE) yang rutin digelar setiap tahun pada bulan Juli dan Agustus.
Fenomena positif tersebut menegaskan bahwa masyarakat di Muncar, Temanggung, telah mendapat banyak manfaat dari kopi, baik secara sosial maupun ekonomi. Yang lebih penting lagi, Muncar telah berhasil menjelma menjadi desa ekowisata yang luar biasa di mana wisatawan domestik dan mancanegara berdatangan ke sana untuk menggerakkan ekonomi lokal.
Ekowisata yang ditawarkan oleh Muncar berupa kegiatan wisata ramah lingkungan yang mengedepankan kekayaan lokal, termasuk kearifan budaya setempat. Dalam hal ini, DSA Muncar telah memadukan aspek konservasi alam dan pemberdayaan sosial budaya juga ekonomi serta mengakomodasi aspek pembelajaran dan pendidikan. Anak-anak dan generasi muda akan memetik manfaat dari wisata seperti ini sebab mereka berkunjung bukan hanya berlibur tetapi juga belajar.

Dari kopi hingga ekonomi kreatif
Dengan semakin banyaknya wisatawan yang datang ke desa tersebut, ekonomi kreatif pun mulai tumbuh. Meskipun kopi tetap menjadi komoditas utama, produksi pangan lokal lainnya juga dikembangkan. Selain gula semut, pengunjung juga dapat menikmati gula aren, madu klanceng, dan aneka keripik antara lain keripik pisang, keripik debok (kulit pisang), keripik daun kopi, dan keripik talas. Komoditas lain yang menonjolkan kekayaan lokal antara lain vanili, cengkeh, kemukus, dan pisang raja, serta mempromosikan perikanan dan peternakan.
Yang membuat Muncar semakin memikat untuk dikunjungi adalah keberadaan Curug Lawe, air terjun setinggi 250 meter di tengah hutan pinus eksotis yang memancarkan keanggunan tropisnya. Belum lagi pesona Dusun Blawong yang pernah viral di media sosial dan dijuluki sebagai “Korea van Java”. Terletak di patahan lembah, dusun ini menjulang di atas kabut di antara perbukitan sehingga menjadi surga mungil bagi siapa pun yang ingin menikmati indahnya matahari terbit sembari menyeruput kopi khas Muncar.
Berkat dukungan Astra, Sofi menuturkan bahwa perekonomian masyarakat setempat telah mengalami peningkatan. Dari budidaya kopi, misalnya, seorang petani di desanya bisa meraup penghasilan minimal Rp30 juta dalam setahun. Pendapatan tersebut tentu angka yang cukup besar dibandingkan penjualan kopi mereka sebelumnya yang cenderung pas-pasan.

Sejak ditahbiskan sebagai DSA pada tahun 2018, Muncar telah mengalami perubahan drastis yang layak disyukuri. Awalnya hanya 200 orang yang ikut membudidayakan kopi, lalu melonjak pada tahun 2021 menjadi 5.500 orang.
Penyerapan tenaga kerja pun meningkat signifikan, dari 20 orang menjadi 80 orang. Lewat DSA, Sofi berkomitmen untuk membuat Temanggung berdaya. Dengan kemauan dan kerja keras masyarakat setempat serta bantuan Astra, semua tujuan itu bisa tercapai.
Untuk merespons meningkatnya permintaan kopi Robusta, Astra memutuskan untuk memperluas jangkauannya ke lebih banyak desa untuk menjadi DSA. Desa yang bermitra dengan Astra dulu hanya ada tiga desa, dan kini menjadi 14 desa. Bertambahnya anggota menunjukkan keberhasilan program yang dicanangkan.
Head of Corporate Communications PT Astra International Tbk, Boy Kelana Soebroto menanggapi hal ini.
“Secara keseluruhan hingga tahun 2021, Astra telah menghadirkan berbagai program melalui 930 DSA kepada 104.311 orang di seluruh Indonesia, membuka lapangan kerja bagi 16.345 orang, dan meningkatkan rata-rata pendapatan sebesar 70% di seluruh Indonesia.”

Dari Sofi kita belajar bahwa perjuangan awalnya memang diwarnai jalan terjal sebelum akhirnya menemukan kesuksesan fenomenal. Berkat sumbangsih dan kerja kerasnya, Muncar akhirnya menjadi semakin moncer, yaitu bersinar dengan kecemerlangan lewat potensi lokal dan partisipasi warga setempat.
Keberhasilan itu dimulai dari berkah biji kopi yang memancar di seluruh Desa Muncar. Yang akhirnya mengangkat harkat hidup warga setempat. Sebagai desa binaan Astra, Muncar telah mampu memadukan potensi alam yang indah dengan agrowisata edukatif sehingga menghasilkan manfaat luas bagi banyak orang. Ini menggambarkan semangat menjaga lingkungan berkelanjutan dengan pemanfaatan kekayaan lokal yang dikelola dengan tepat, salah satunya kopi yang bernilai ekonomi tinggi.
