Oktober tahun lalu saya pernah mengunggah sebuah tulisan di blog ini berjudul Blogger Tiga Aspirasi. Isinya tentang tiga harapan atau tujuan yang ingin saya capai lewat kegiatan blogging.
Nah, menanggapi daily prompts atau tema harian WordPress, yakni obsessed, saya tergerak untuk menyusun judul yang mirip seperti yang Pembaca lihat di atas. Tentang hal-hal yang saya gandrungi, tekuni, pikirkan, dan mungkin khawatirkan. Saya terobsesi pada tiga hal ini.
Tiga – Si
Tanpa sengaja, ketiga obsesi ini berakhiran –si. Obsesi pertama, cinta pada puiSI. Sudah saya tuangkan dalam beberapa post di blog ini bagaimana saya bisa tertarik pada puisi. Berawal dari tidak suka menjadi cinta.
Ada hiburan tersendiri saat saya membaca puisi. Selain menawarkan ketenangan, membacanya pun menyehatkan. Berkat pengalaman bersama puisi pula pekerjaan menerjemahkan lirik lagu bisa berjalan dengan lancar.
Obsesi kedua, gandrung pada teknologi informaSI. Kira-kira sejak tahun 2007 perkembangan pesat perangkat mobile dan produk IT menyihir saya. Saya mulai rajin membeli tabloid yang rutin membahas ponsel dan smartphone.
Saat merek-merek global yang semula memproduksi komputer/laptop mulai melirik bisnis ponsel, saya semakin penasaran menunggu gebrakan demi gebrakan untuk memasuki lingkaran industri yang baru. Acer, DELL, dan Asus adalah brand yang tergabung dalam deretan ini.
Sebaliknya, Nokia yang lama dikenal sebagai produsen ponsel rupanya tergiur bersaing dalam ranah komputer jinjing dengan melepas Nokia Booklet 3G. Perubahan kebijakan seperti ini membuat persaingan dalam industri teknologi informasi semakin sengit dan membuat saya terobsesi mengikuti kehebohannya.
Kini setiap hari saya hampir selalu meng-update perkembangan dunia IT baik lewat fanpage brand maupun situs-situs berita teknologi.
Obsesi terakhir adalah soal naSI. Sebagai makanan pokok mayoritas penduduk Indonesia, saya selalu cerewet soal nasi. Di rumah kami saya tak akan segan mengingatkan anak-anak dengan tegas saat mereka tidak menghabiskan porsi nasi yang telah mereka ambil. Bukan saja karena harga makanan pokok terus melangit, tetapi juga sebab banyak orang yang tidak bisa makan.
Mengambil porsi makan sesuai kebutuhan lalu menghabiskannya adalah wujud syukur atas nikmat Tuhan dan bentuk empati pada mereka yang tidak atau kesulitan makan. Itu sebabnya Rumi dan Bumi beberapa kali saya ajak ikut acara berbagi nasi di kota Bogor agar mereka memahami betapa berharganya sepiring nasi di rumah yang bahkan sesuap pun sulit didapatkan oleh sebagian orang. Apalagi saya sendiri pernah dilanda kelaparan saat tinggal di Semarang dulu.
Tentang nasi, silakan baca beberapa tulisan di sini, sini, dan sini.
Apa yang membuat teman-teman obsessed?
Obsesiku jadi pengusaha
LikeLike
Cakep! Lanjutkan langkah-langkahnya dan semoga tercapai ya….
LikeLike
Obsesiku bahagia dunia akhirat, aamiin.
LikeLike
Aamiin, semoga terkabul ya Mas.
LikeLike
saya udah lama banget gak ikutan nulis dari daily prompts-nya wordpress!
padahal di blog lama dulu sering banget dapat ide lewat daily prompts ini. 😂
LikeLike
rezekimu ada di butir terakhirmu.. 🙂
LikeLike
butir nasi terakhirmu maksud saya.. hehe
LikeLike
Berkahnya di butir terakhir ya… Biar kita enggak sembarangan ma nasi.
LikeLike
biar habis makannya tanpa sisa
LikeLike
Iya, menghargai kerja keras petani dan ibu yang memasaknya.
LikeLike
Keren kata kata yang sangat memotivasi pembacanya
LikeLike
Terima kasih.
LikeLike