Kolaborasi Babinsa dan PKK untuk Edukasi tentang Kesadaran Penanganan Kusta

kolaborasi atasi masalah kusta

Minggu pagi, saat hendak mengantar si sulung berlatih Taekwondo, kami melintasi pasar induk seperti biasa. Selepas lampu merah perempatan Jl. Sunan Drajat, motor yang saya kendarai beriringan dengan ambulans atau mobil sehat yang dimiliki sebuah kecamatan. Yang menarik, di salah satu sisi mobil terdapat teks besar yang berbunyi, “Eliminasi Kusta ….”

Seketika saya tercenung ternyata kusta masih jadi momok di Indonesia. Penyakit yang dianggap sudah usang rupanya masih berkelindan di sejumlah daerah, tanpa kita sadari akibat gegap gempita teknologi dan naiknya penyakit lain seperti Corona yang belum lama menyerang dunia.

Alih-alih menurun, selama sepuluh tahun terakhir kasus baru kusta di Indonesia cenderung mengalami stagnasi dengan kasus mencapai 18.000. Fakta ini membuat Indonesia bertahan sebagai negara dengan tingkat kasus kusta tertinggi ketiga di dunia setelah India dan Brazil. Peringkat puncak untuk kejadian penyakit sungguh mengkhawatirkan dan membutuhkan perhatian semua pihak.

Perlunya deteksi dini

Identifikasi, deteksi, dan penanganan kusta kian mendesak sebab penyakit ini berpotensi menimbulkan disabilitas yang berbahaya bagi penderita. Bahaya pertama adalah hilangnya anggota badan akibat kecacatan pada mata, tangan, kaki, dan kulit. Selain kepercayaan diri dan depresi, dampak yang tak kalah merugikan adalah hilangnya kemampuan untuk mendapatkan penghidupan yang layak.

Menurut data tahun 2017, rasio disabilitas akibat kusta di negara kita masih berada di angka 6,6 orang per 1.000.000 penduduk. Tentunya jadi PR besar karena pemerintah menargetkan angka disabilitas kusta berada pada rasio 1 orang per 1.000.000 penduduk. Sedangkan eliminasi kusta secara umum ditargetkan 1 per 10.000 penduduk.

Kusta menyebabkaan cacat permanen. (Kompas/Kristi D. Utami)

Data itu menyiratkan keprihatinan, yaitu masih adanya masalah dalam penanganan kusta di Indonesia. Sebagaimana saya sebut di awal tulisan, kusta seolah raib padahal masih ada salah satunya akibat minimnya sosialisasi beserta dampaknya jika terlambat penanganan. Belum lagi kalau sampai menular akibat keterlambatan deteksi dan pengobatan.

Sinergi Babinsa dan PKK

Nah, dalam rangka mencapai target eliminasi kusta di Jawa Tengah, tahun ini Kabupaten Tegal dan Kota Pekalongan menjadi daerah yang disasar agar terwujud rasio 1:10.000 penduduk. Dinas Kesehatan Jateng mencatat sebanyak 2.263 kasus kusta pada tahun 2022 dengan rincian 1.290 kasus terdaftar dan 973 kasus baru.

Perlu jadi perhatian sebab ada peningkatan dibandingkan tahun 2021 yakni 2.067 kasus yang meliputi 1.158 kasus terdaftar dan 909 kasus baru. Adapun tahun 2020 hanya ada 2.174 kasus meliputi 1.139 kasus terdaftar dan 1.035 kasus baru.

Berpijak pada fakta itulah NLR Indonesia menggelar Leprosy Roadshow di Slawi dan Tegal dengan menggandeng unsur Babinsa dan PKK. Kolaborasi ini diharapkan mampu membuka ruang berbagi seputar informasi dan kesadaran kepada masyarakat mengenai kusta dan bahayanya.

Setelah roadshow sukses digelar, Kantor Berita Radio (KBR) lantas mengangkat kesuksesan acara tersebut dalam Ruang Publik, yakni diskusi interaktif yang rutin ditayangkan secara live streaming di Youtube dan disiarkan di ratusan jaringan radionya.

eliminasi kusta di Indonesia

Acara bertajuk “Gaung Kusta Bersama Babinsa dan PKK” ini menghadirkan Danramil Slawi, Kapten Inf Shokib Setiadi yang merupakan Pasiter Kodim 0712 dan Elly Novita, SKM, M.M., sebagai perwakilan PKK Kabupaten Tegal.

Sejak pukul 9 pagi sampai tuntas saya beruntung bisa ikut menyimak event online yang dipandu secara apik oleh Rizal Wijaya. Lumayan buat tambahan pengetahuan tentang edukasi kesehatan yang akhirnya bisa saya bagikan bagi pembaca blog dan warganet semuanya.

Roadshow yang digelar tanggal 1 Juni 2023 dihadiri oleh sejumlah komunitas, antara lain Babinsa TNI, Babhinkamtibmas Polres Tegal, ibu-ibu PKK, GOW (Gabungan Organisasi Wanita) dan beberapa instansi setempat.

Shokib Setiadi mengapresiasi gagasan NLR Indonesia yang menyelenggarakan acara ini. Dia mengaku banyak masyarakat tertarik hadir karena acara dikemas dengan unik, antara lain dengan senam bersama penuh kegembiraan sehingga mengikis pandangan bahwa kusta itu menakutkan.

danramil slawi dukung eliminasi kusta
Kapten Inf Shokib Setiadi, Danramil Slawi

Roadshow kemarin sangat luar biasa. Bisa menjadi sarana edukasi agar kusta tidak lagi dianggap menakutkan. Selama ini di daerah kami kusta dianggap seperti kutukan. Nah, lewat kegiatan ini kami jadi lebih tahu sehingga bisa memberikan pendampingan bagi petugas kesehatan karena Babinsa punya peran yang sangat penting saat berada di tengah-tengah masyarakat.”

Shokib Setiadi, Danramil Slawi

Elly pun mengamini pendapat Shokib, yang menyatakan bahwa selain ajakan gaya hidup sehat lewat olahraga rutin, unsur PKK juga jadi tahu bagaimana mengidentifikasi sebelum kusta terjadi dan cara menangani jika menemukan pasien kusta di sekitarnya.

Lebih lanjut Elly bersyukur bisa mengikuti roadshow ini. Baginya semua materi berkesan sebab anggota PKK yang hadir dikenalkan dan diedukasi tentang pengertian, gejala, dan tipe-tipe kusta serta pengobatan yang benar pada pasien.

Tak ada diskriminasi

“Ternyata kita bisa berperan, nah peran paling penting adalah deteksi awal. Bagaimana kita bisa tahu cara mendeteksi awal kalau kita tidak mengetahui ciri-ciri orang yang berpenyakit kusta? Kita juga dilatih untuk menyampaikan kepada masyarakat, bahwa layanan kusta tidak didiskriminasi.”

Elly Novita, perwakilan PKK Tegal

Selain itu, Elly meyakinkan bahwa kusta tidak mudah menular begitu saja karena butuh kontak yang lama untuk bisa tertular kusta. Oleh karena itu, masyarakat tak perlu dirundung ketakutan saat berdekatan dengan mereka yang terindikasi kusta.

Pengobatan pun dijamin gratis sehingga pasien atau mereka yang terindikasi gejala-gejala kusta tak perlu khawatir, ragu, atau malu. Kusta bisa disembuhkan asalkan pederita mau menjalani terapi sesuai anjuran. OYPMK (Orang Yang Pernah Mengalami Kusta) pun bisa hidup produktif dan percaya diri dengan memenuhi kebutuhannya sendiri.

kolaborasi atasi masalah kusta
Kolaborasi penting untuk atasi masalah. (Gambar: Pixabay/Gerd Altmann)

Tentunya kesuksesan program eliminasi kusta tak bisa terlepas dari peran semua pihak, sebagaimana Babinsa Tegal dan PKK yang berkomitmen dalam semangat kolaborasi. Shokib menekankan bahwa pihaknya selalu berkomunikasi dan berkoordinasi dengan dinas terkait untuk mengajak terus-menerus masyarakat agar terlibat dalam penanganan kusta bersama-sama.

Semua itu dimulai dari edukasi dan sosialisasi untuk membangkitkan kesadaran bahwa kusta bukan kutukan, melainkan penyakit yang bisa disembuhkan tapi bisa berakibat fatal jika hanya dibiarkan.

Tinggalkan jejak