Inilah tiga puisi pendek karya Harry Lamongan yang menjadi ajang latihan saya mengalihkan ke bahasa lain yang telah saya unggah dalam postingan sebelumnya.
SURAT HENING
kau paham, bagaimana di itu tempat
gelap dan terang bersekutu dengan
lentik kabut
mengantar dingin. sentuhan teramat halus
merambat ke sekujur perasaan
kita nikmati sapaan itu sejak ujung kaki
pelahan meraba sendi-sendi lautan
hingga selesai ia pada sisi terubun tubuh kita
kau paham bukan, lewat kisah pendakian tadi
kita mengembara sekejap
melintasi dataran pengaduan berabad-abad
ia
arah terhening jalan kupu-kupu
*
KABUT DI UBUN USIA
Menjangan merah yang sempat
menjelajah angan-angan itu
tak akan balik kemari. hanya kabut
melahap belantara dalam tubuh
Engkau lihat, daun-daun kering pun
tak pernah mampu hijau lagi
Seperti perahu
Kecipak waktu menjauh, tak memanggil usia
kembali berseri
Kita bersenang sejenak saja dengan
kenangan masalalu
Menjangan merah yang semalam melompat-
lompat dalam mimpi
Pagi ini menjadi tajuk rencana koran-koran
Semakin nyata
Arang dan jelaga memang susah
kembali jadi pohon
engkau pun tahu
1999
LAMBAIAN MUARA
padaMu gempa terdiam bahkana badai jadi bisik
sedemikian rupa
balik ke air lewat keheningan. Kemari
darah kualirkan menuju harum muaraMu
sepanjang berhanyut ke hilir
pohon-pohon kusemai, lubuk-lubuk kuperbening
debu dan sengit banjir Kauredakan
sampai semua gelagat semesta hening bersujud
ayo!
diamlah suka. teduhlah duka
mari merapat di Ibukota kemurnian muara
1990
Indaaah…
LikeLike
Nuhun, Teh.
LikeLike