Ini kisah yang pernah saya baca di sebuah buku beberapa tahun silam. Mungkin Sobat pembaca sudah akrab dengan cerita pendek ini. Namun bagi yang belum, silakan lanjutkan membaca.
Seorang tentara yang baru saja usai bertempur menelepon orangtuanya. “Ayah, aku sebentar lagi akan pulang.”
Ayahnya menjawab, “Wah, kami sungguh senang mendengar kabar ini, Nak.”
“Iya, Ayah, aku juga senang akan kembali ke rumah. Tapi aku punya permintaan, Yah.” Anaknya berbicara dengan nada serius.
“Apa itu, Nak?” tanya sang ayah penasaran.
“Ada seseorang yang akan ikut pulang bersamaku.”
“Oya?”
“Iya, Ayah. Namun ada informasi yang perlu Ayah tahu. Dia cacat; hanya punya satu tangan dan dia akan tinggal bersama keluarga kita. Bagaimana, Yah?”
Ayahnya berpikir sejenak. Lalu ia berucap, “Nak, Ayah tahu kamu peduli. Namun sahabat kamu itu tentu akan mendapat perhatian dari orang lain. Jadi pulanglah sendiri ya tanpa dia. Dia akan menemukan keluarga yang baik.”
Dengan nada penuh kepedihan, sang tentara menerima keputusan ayahnya dan menutup percakapan.
Esok paginya sang ayah mendapat telepon dari kantor polisi. Polisi ingin agar sang ayah segera menuju sebuah rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, sang ayah, beserta istrinya, tak sanggup menahan tangis. Apalagi istrinya; tangis pun pecah penuh emosi.
Di hadapan mereka terbujur jasad seorang pemuda. Pemuda itu menerjunkan diri dari gedung tinggi dan berakhir tewas. Pemuda itu hanya bertangan satu. Pemuda itu adalah tentara yang pernah menelepon sang ayah. Ya, dialah putra kesayangannya yang mengakhiri hidupnya sendiri.
***
Sobat narablog, pelajaran penting dari cerita ini adalah pentingnya kehangatan keluarga. Sang prajurit tak tahu bagaimana memberi tahu orangtuanya tentang kondisi fisiknya. Lalu ia pun menggunakan cara seperti yang sudah ia lakukan, yakni percakapan lewat telepon sehari sebelumnya.
Jadi, tidak peduli bagaimana kondisi finansial atau fisik Anda, berbahagialah bila Anda masih diberkahi dengan keluarga yang mencintai Anda. Mungkin Anda bukan orang yang rupawan, mungkin bukan hartawan, bukan genius, atau memiliki kualitas yang bisa diunggulkan, namun bersyukurlah selama Anda masih dihimpun dalam keluarga yang mau dan ikhlas menerima Anda apa adanya. Keluarga yang menyemangati Anda ketika mungkin seluruh dunia menertawakan kegagalan Anda. Keluarga yang memupuk kebanggaan Andaa saat orang lain mengecewakan Anda.
Dan keluarga tentu banyak maknanya. Bisa berupa keluarga inti, guru, lingkaran sahabat, atau komunitas yang menguatkan Anda dengan cara yang positif walaupun kadang pahit. Keluarga adalah harta paling berharga. Jadi, bersyukur dan berbahagialah.
Iya mas, kehangatan dalam hubungan antar anggota keluarga memang sangat di butuhkan utk menghadapi berbagai persoalan hidup. Saling mendukung, saling menerima keadaan masing2 anggota klg tentu akan menjadi energi positif dlm menyelesaikan semua persoalan…
LikeLike
Betul, Mas 🙂
LikeLike
Keluarga memang segalanya yaaa..
Gak habis pikir bayangin ceritanya diatas. Tentara itu pasti sedih banget yaa ngerasa keluarganya gak menerima keadaan fisiknya yang gak sempurna.
Jadi pelajaran banget buat kita supaya lebih saling menghargai dan peduli sama keluarga. Jangan sampai ada kehilangan dulu baru mulai ngerasa berharga.
LikeLike
Betul, Mas. Agar kita juga menerima keluarga kita apa adanya baik fisik maupun materi.
LikeLike