Makanan ini konon ditemukan secara tidak sengaja. Awalnya nasi sisa yang tidak habis semalam ditaburi bumbu, lalu dimasukkan ke dalam wajan. Aroma sedap pun menguar. Nasi goreng memang makanan sangat populer di Indonesia. Rasanya memang hampir pas di lidah semua orang, untuk segala usia. Bagi anak-anak, kita tinggal mengurangi tingkat kepedasannya. Begitu populernya nasi goreng hingga membuat orang asing (baca bule) kerap kesengsem pada nasi penuh bumbu ini.
Di Jawa Timur, nasi goreng lazim disajikan dengan tambahan saos sehingga saat matang himpunan nasi akan tampak agak merah bertengger di atas piring. Ini berbeda dengan saat saya hidup di Semarang yang menyajikan nasi goreng dengan cairan kecap sehingga berwarna kehitaman. Yang menjadi ciri khas lain nasi goreng Jawa Timuran adalah disusupkannya kol dan beberapa buah cabe Jawa yang gendut-gendut itu. Biasanya yang berwana hijau dan dijamin sangat pedas.
Nasi goreng adalah makanan favorit saya sewaktu kecil. Walaupun favorit, kami sekeluarga tidak sering menyantapnya dengan suka-suka. Nasi goreng yang saya maksud tentu adalah yang dijual di gerobak atau di depot penjual nasi goreng. Kalau bikin sendiri sih tentu sering, namun cita rasanya pasti berbeda dari yang dijual di pasaran. Maklumlah, ayah saya yang mengabdi sebagai seorang pamong desa tidak memiliki banyak penghasilan. Seingat saya beliau bahkan tidak memetik penghasilan dalam bentuk rupiah. Sebagai seorang sekretaris desa, beliau hanya mendapat ganjaran, yakni sepetak sawah untuk digarap. Anda tahulah berapa hasil bumi dari sepetak sawah tersebut. Menjadi petani padi di negeri ini memang tak semakmur petani tembakau atau sawit, misalnya. Belum lagi ayah saya tidak termasuk piawai mengolah pertanian yang akhirnya membayar orang untuk mengerjakannya.
Pamong desa setelah zaman ayah saya ternyata jauh berbeda kehidupannya, secara ekonomi. Mereka kini tercatat sebagai pegawai negeri yang mendapat gaji bulanan dan juga uang pensiun. Sungguh hal mewah bagi kami saat itu. Namun sayang, konon para pegawai desa yang relatif muda saat ini justru sering mangkir dan asyik mengerjakan pekerjaan lain di luar. Ya, itu tanggung jawab mereka kelak.
Kembali pada menu favorit masa kecil saya. Biasanya ayah akan pulang saat saya sudah terlelap. Mungkin pukul 10 atau 11 malam. Ibu lalu membangunkan saya dan saya pun terbangun dengan semangat demi mendapati sebungkus nasi goreng yang akan kusantap bersama kakak. Nasi goreng itu biasanya pemberian teman yang ayah bantu, atau dari acara tertentu yang sengaja beliau sisihkan untuk kami berdua. Saat menuliskan ini pun, mata saya sedikit memerah mengingat cinta ayah pada kami. Taburan ayam yang disuwir-suwir lebar sungguh pas di lidah, menambah kegurihan nasinya.
Nasi goreng masih menjadi santapan kegemaran kami sekeluarga di Bogor. Hanya saja memang dalam bentuk berbeda, dengan baluran kecap manis. Kami sering pula bikin sendiri tapi dengan bumbu minimalis, yakni garam, cabe dan/atau lada. Tahun lalu saya sempat menyantap nasgor Jawa Timuran saat berkunjung ke rumah kakak ipar di Gresik. Kini ada inovasi baru yakni nasi goreng yang dicampur dengan mi goreng. Orang Gresik menyebutnya nasi goreng mawut. Memang ma(w)ut rasanya!
Terima kasih ya Teh Michelle Weber dari WordPress untuk pancingan menulis hari ini.
kalau di sini, nasi goreng yang dicampur dengan mie goreng namanya nasgor magelangan
pas banget pak postingannya, saya barusan bikin nasi goreng dan bener… itu nasi sisa semalam, hehe 😀
LikeLike
Wah, boleh dong bagi-bagi ke Bogor, Mbak 🙂
LikeLike
nasi goreng buatan ibu saya awalnya berwarna merah karena nggak pake kecap. nggak pake saos juga. cuma belakang sering ditamab kecap. saya sendiri lebih suka yang warna merah
LikeLike
Kalau ibu yang bikin, mearh atau hitam, tetap lezat ya Mas!
LikeLike
Wenak emg nasgor mawut 🙂
Aku org Jatim tp sukanya nasgor putih’an alias tanpa saos.
LikeLike
Saya mana aja Mbak asal gratis dan banyak, langsung embat! hehe …
LikeLike
I love Nasi Goreng, tapi yang dibuat tanpa saos lho…
LikeLike
Ya, Mas. Yang penting sehat ya!
LikeLike
Wktu jaman kuliah dulu, tman kosan nyebutnya “nasi daur ulang”, krn memang kami sering bikin sarapan nasi goreng dari nasi sisa semalam
LikeLike
wah istilahnya lebih gahar dan menantang, hehe ….
LikeLiked by 1 person
Waaaaa, jadi keinget nasi goreng buatan istri d rumah ….
*pengen cepet pulanggggg
LikeLike
Pasti rasanya joss!
LikeLike
hahaha keren keren balesannya mas 😀
next time aku juga mau nulis tentang modus penipuan ah. aku juga punya cerita tentang ini.
Aneka Mainan Kreatif
LikeLike
wkwkwkwk…emang orang indonesia tak kan terpisahkan sama yang namanya nasi goreng, entah dari bahan nasi second atau masih segel sekalipun..:v :v :v
LikeLike
Betul betul betul. Nasi goreng memang top!
LikeLike