Bijak Memanfaatkan Teknologi, Si Pisau Bermata Dua

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Peribahasa ini agaknya tepat menggambarkan nasib yang menimpa Pak Ban (bukan nama asli). Tak dinyana tak diduga, petaka menghampirinya begitu tiba-tiba. Nama baiknya yang selama ini terjaga rusak seketika. Bahkan nama besar keluarga besarnya pun turut terkoyak akibat ulahnya. Sungguh penyesalan mendalam yang kini mendera.

Semua berawal dari sepucuk foto. Ini foto bukan sembarang foto, sebab foto ini harusnya menjadi rahasia dan disimpan dalam dompetnya sendiri. Suatu hari ia memotret organ vitalnya lalu mengirimkannya ke salah seorang guru TK binaannya melalui smartphone Android miliknya. Pak Ban memang orang terpandang di dinas pendidikan di kota kami. Saat seorang guru TK memikat hatinya, entah kerasukan apa, ia begitu nekat mengirim foto yang tidak layak kepada guru tersebut.

Rupanya suami sang guru ini tidak terima atas perlakuan tersebut. Ia memang dikenal tak takut menghadapi siapa pun. Tanpa ragu, ia lalu melaporkan kasus ini ke polisi dan berhasil menyeret Pak Ban ke bilik jeruji besi selama beberapa bulan. Pak Ban hanya tunduk malu dan menjalani semua prosedur pemeriksaan sebagai akibat ulahnya. Keluarga besarnya yang rata-rata guru dan orang penting di pemerintahan pun ikut menangguk malu.

Namun kemalangan tak kuasa dibatalkan. Kabar terakhir yang saya dengar Pak Ban akhirnya mengundurkan diri dari posisi pentingnya di dinas pendidikan setempat dengan merelakan penghasilan tinggi dan mewarisi rasa malu (dan penyesalan) yang sampai kapan pun akan dikenang orang.

Substansi teknologi

Kasus Pak Ban di atas setidaknya menjadi contoh dampak buruk kemajuan teknologi. Kemudahan mengabadikan foto secara instan kerap membuat orang abai terhadap apa saja yang boleh dan tidak boleh dibagi dengan orang lain. Namun sebelum saya lanjutkan, perlu saya garis bawahi mengenai dampak teknologi. Secara substansi, setiap bentuk kemajuan teknologi diciptakan/ditemukan dengan tujuan menghadirkan beragam kemudahan bagi manusia. Artinya ia awalnya digagas demi tujuan positif. Manusia (penggunanya) lah yang kemudian membuat teknologi berujung pada manfaat atau mudarat. Dengan kata lain, cara menggunakan suatu teknologi akan menentukan apakah kemajuan teknologi itu bakal membawa rahmat sesuai rancangan awal atau malah melenceng menjadi musibah.

Satu lagi, teknologi sebenarnya punya banyak bentuk. Misalnya teknologi informasi, otomotif, dan aneka produk elektronik rumah tangga. Namun dalam tulisan ini saya akan fokus pada teknologi informasi yang memang bergerak sangat cepat di era yang serbadigital seperti sekarang.

Bisa buruk, bisa baik

Sebagai contoh, media sosial bernama Facebook (FB). Tak jarang kita dengar kasus yang menyeruak tentang penculikan dan pemerkosaan anak gadis oleh orang tak dikenal atau baru dikenal lewat FB. Secara substansi, FB tidak jahat; ia netral. Namun kemudahan yang ia tawarkan menjadi pintu bagi pengguna untuk menggunakannya dengan bijak atau bejat. Contoh lain, scamming yang sering melanda wanita pengguna FB. Penipuan oleh laki-laki di luar negeri dengan kedok iming-iming pengiriman uang yang disampaikan secara romantis membuat wanita-wanita itu takluk dan rela merogoh koceknya sendiri sebagai syarat pencairan uang yang lebih besar. Ini baru satu sisi FB.

Gambar dari www3.pcmag.com
Gambar dari www3.pcmag.com

Di sisi lain, ada banyak sekali orang yang memanfaatkan FB untuk meraup keuntungan dan memperkaya pengetahuan. Begitu banyak orang menggunakan FB untuk menjual aneka produk/jasa dengan potensi omset yang cukup menggiurkan. Fitur-fitur FB yang mudah dioperasikan membuat transaksi bisnis diminati banyak orang. Ada yang berbayar, ada pula yang cuma-cuma, tergantung fasilitas dan opsi layanan serta cakupan segmen pasarnya. Tidak melulu keuntungan ekonomi, FB juga memungkinkan kita tambah ilmu loh. Bagaimana mungkin? Lewat fanpage-fanpage yang bermutu, kita bisa menggali ilmu dan menambah pengetahuan. Selain lewat status langsung, fanpage yang bagus kerap menyajikan tautan (link) yang mengarah ke situs tertentu berisi hal-hal bermanfaat.

Ibarat pisau bermata ganda

Kita baru berbicara tentang Facebook, sedangkan masih banyak aplikasi atau bentuk kemajuan teknologi lain yang melingkupi kehidupan kita. Kita sudah mafhum, orang modern kini tak perlu lagi membuka lapak secara offline lantaran bisa dengan mudah berdagang melalui fasilitas teknologi yang menawarkan media online dengan potensi ekonomi yang kadang malah lebih besar ketimbang toko offline. Kita bisa menawarkan produk atau jasa lewat aplikasi BBM, Line, blog pribadi, online shop sendiri atau melalui marketplace yang kini jumlahnya banyak sekali. Harga atau biaya yang kita keluarkan pun bisa kita sesuaikan dengan kemampuan.

Melihat contoh di atas, bisa disimpulkan bahwa teknologi mirip pisau dengan dua mata yang tajam. Bila pisau dapur hanya bermata satu, maka penggunaannya relatif lebih mudah. Dengan mengarahkan mata pisau pada sayur atau daging yang kita beli, maka semangkuk sop bisa tersaji lewat tangan kita. Bila kehati-hatian, bahaya relatif bisa kita tekan sebab punggung pisau tidak tajam. Andaipun kita suatu hari tergores oleh mata pisau itu, dampaknya barangkali terbatas pada diri kita atau siapa yang menggunakannya.

Gambar dari intel.harriman-house.com
Gambar dari intel.harriman-house.com

Namun berbeda dengan teknologi yang punya mata ganda. Kalau kita tidak waspada, penggunaannya bisa melukai orang lain atau menghantam diri sendiri. Sisi manfaat dan mudaratnya kadang setipis kulit bawang akibat penggunaannya yang begitu sehingga kadang tak sengaja kita menyakiti orang lain lewat aplikasi yang kita pakai. Pernah saya singgung di postingan lain, bahwa apa saja yang kita lepaskan atau tumpahkan di dunia maya–dalam bentuk apa pun–dampaknya (baik atau buruk) akan terus membuntuti kita sampai waktu yang tidak kita ketahui.

Dengan kata lain, ucapan atau tindakan digital kita akan menjadi anak kandung kita karena ia direkam oleh dunia maya yang tak berbatas. Apalagi dengan kecepatan sharing di era sekarang, apa saja bisa viral di luar prediksi kita. Lalu kita hanya gigit jari akibat ulah kita (kalau itu negatif) dan seterusnya akan merusak nama baik kita bahkan anak cucu kita saat kita telah tiada. Mengerikan, bukan?

Dampak Positif dan Negatif

Lalu apa saja dampak teknologi dalam kehidupan kita menurut saya? Belalang Cerewet mencatat setidaknya ada empat dampak utama kehadiran teknologi informasi baik positif maupun negatif. Secara garis besar bisa diperhatikan melalui infografik berikut ini.

Dampak Teknologi (1)

Pengembangan Usaha/Bisnis

Sebagaimana saya singgung di atas, teknologi diciptakan terutama demi kesejahteraan manusia. Nah, manusia yang bijak akan tergerak untuk memanfaatkan setiap perkembangan teknologi untuk tujuan yang positif. Misalnya kepentingan bisnis. Selain berkontribusi positif kepada negara, mengembangkan bisnis atau usaha secara online tentu akan menambah pundi-pundi rupiah kita. Fasilitas teknologi terkini memungkinkan kita berinteraksi dengan calon pembeli melalui cara yang praktis, cepat, dan relatif murah. Modalnya pun relatif sederhana; cukup pakai laptop atau komputer dengan dukungan jaringan Internet.

Tak perlu lagi mengeluarkan banyak duit untuk membuka toko fisik di dunia nyata sebab kita bisa membangun toko daring atau online shop. Produk bisa kita pajang semenarik mungkin dengan berbagai fitur yang tersedia. Tak piawai mendesain? Tenang, banyak jasa yang bisa membantu kita dengan harga yang juga bisa dikompromikan. Intinya, dengan teknologi membuka bisnis dan mengembangkannya menjadi lebih mudah. Tentu Sobat masih ingat betapa banyak usaha startup anak muda yang diakuisisi oleh perusahaan asing atau mendapat suntikan investasi hingga miliaran rupiah. Ini bukti dampak teknologi yang konstruktif.

Tambah Ilmu atau Keterampilan Baru

Kecepatan dan kepraktisan dunia maya telah menyediakan banyak peluang agar kita bisa mengembangkan diri melalui cara-cara yang efektif. Klik saja Google, maka aneka ilmu dan beragam keterampilan bisa kita pelajari. Bila ingin lebih menarik, bisa mencari suatu informasi atau keterampilan baru di channel Youtube. Bila masih ingin yang spesifik dan tertarget, maka kita dapat bergabung dalam suatu grup usaha yang banyak tersedia di dunia maya, baik di Facebook atau forum yang sesuai dengan minat kita.

researchindustryvoices.com.jpg
Gambar dari researchindustryvoices.com

Dengan hadirnya Internet yang semakin pesat, tak ada alasan untuk tidak meng-update informasi. Tak lagi ada apologi mengapa kita tak menguasai atau mengetahui sesuatu pada saat ini sebab hampir semua pengetahuan ada di ujung jari kita. Begitu kira-kira, karena sekali klik atau tekan, himpunan informasi dari seluruh dunia akan tersaji dan kita bisa bebas memilih. Dan jangan salah, bertambahnya kemampuan atau skill baru punya potensi membuka aliran rezeki baru. Asyik kan?

Dukungan Sosial

Anda tentu belum lupa bagaimana seorang ibu pemilik warteg di Banten yang memperoleh bantuan jutaan rupiah dari netizen setelah beritanya heboh dan viral di jejaring dunia maya. Terlepas dari kontroversi soal etika yang melingkupi kasus ini, saya bisa menunjukkan bahwa kekuatan Internet jelas telah mengubah pola kita dalam memberi dukungan sosial kepada seseorang atau sebuah lembaga, entah itu dukungan yang benar atau tidak.

geek-whisperers.com.jpg
Gambar dari geek-whisperers.com

Fitur-fitur kecanggihan di jagad maya memang memungkinkan proses pengumpulan dana atau penggalangan opini secara cepat dan masif sehingga menentukan sebuah masalah akan berpihak pada siapa. Dengan potensi kekuatan yang begitu dahsyat, tentunya kita harus jeli saat akan mendukung suatu isu atau menyokongnya dengan donasi.

Hiburan

Tak bisa dipungkiri bahwa kita selalu membutuhkan hiburan. Di saat pekerjaan atau kesibukan sehari-hari mulai padat atau menciptakan stres tertentu, maka sudah seharusnya kita mengambil jeda sejenak untuk membuat diri rileks. Nah, kemajuan teknologi–lewat bantuan Internet–mampu menyediakan beragam bentuk hiburan, baik yang berupa visual maupun video. Lagi-lagi  Google akan mengantar kita ke mana saja ke model atau bentuk hiburan yang kita kehendaki atau butuhkan.

www.chinainternetwatch.com.jpg
Gambar dari chinainternetwatch.com

Mulai dari game sederhana dan kompleks hingga tontonan film bisa kita saksikan di telepon genggam kita. Tidak hanya itu, kita bahkan bisa berinteraksi dengan pengguna Internet lain di belahan dunia lain. Peranti teknologi memang ajaib. Hal-hal yang tak kite temukan dahulu kini ternyata ada dan bermanfaat positif. Saat kita berjauhan dari keluarga atau teman, kita bahkan bercakap dengan mereka lewat video-call dengan harga murah dan tentunya hal ini menawarkan hiburan tersendiri.

Tapi mesti hati-hati sebab pisau teknologi bisa menjadi bumerang bagi kita sendiri. Selain merusak diri sendiri juga berpeluang melukai orang lain. Apa saja bahaya atau ancaman teknologi yang serbamudah?

Gosip dan cyber bullying

Di Internet, terutama media sosial, hampir semua hal bisa dikuak, bahkan hingga sisi-sisi pribadi seseorang. Tak perlu menjadi public figure untuk bisa menjadi omongan publik di dunia maya. Bahkan tak jarang orang biasa lantas populer lantaran blow-up media sosial. Tak jarang saya saksikan netizen mengomentari kehidupan artis atau orang penting di negeri ini seolah mereka tahu luar dalam, seolah mereka punya hak untuk memublikasikan hal-hal privat sosok itu.

Walhasil, sindiran, cercaan bahkan makian pun mengalir kepada pesohor itu yang segera menjadi hype atau perbincangan dunia maya. Hal-hal seperti ini menurut saya harus dihindari sebab sudah menyangkut ranah personal. Orang harus punya wilayah privasi yang tak layak kita ganggu. Kecuali bila gaya hidup atau perilaku orang itu sudah mengancam keamanan sosial atau masyarakat, maka kita wajib meluruskannya. Tapi hati-hati agar jangan sampai jatuh menjadi tindakan bullying tak berujung dan menempatkan diri kita seolah bebas dari kesalahan.

www.medicalnewstoday.com,jpg.jpg
Gambar dari medicalnewstoday.com

Ketagihan Medsos

Hal apa pun yang sudah melampaui batas kewajaran tidak akan bagus. Lebih-lebih media sosial yang konsumsinya kadang terlalu banyak. Saya teringat seorang pembantu di sekolah anak saya yang bercerita tentang anak asuhnya. Anak ini di rumah kerap tantrum tak jelas dan membuat seisi rumah heboh. Pembantu sering kewalahan menghadapinya. Selidik punya selidik, ternyata orangtuanya–terutama sang ibu–kerap terlalu sibuk menatap layar gadget saat anaknya di rumah.

thoughtcatalog.files.wordpress.com.jpg
Gambar dari thoughtcatalog.files.wordpress.com

Si anak merasa kesepian dan butuh sentuhan atau kontak dengan ibunya. Itulah yang membuatnya berontak dan mencoba berkomunikasi dengan ibunya lewat tantrum. Sayang sekali, sang ibu malah abai. Tahapnya barangkali sudah tingkat ketagihan atau kecanduan dan itu berbahaya baik bagi si ibu maupun kesehatan mental si anak dalam jangka panjang. Orang-orang macam ini cenderung asyik dalam dunia digital dan tercerabut atau kurang bersemangat dalam dunia maya. Sehingga kata ‘sosial’ dalam media sosial sering dipertanyakan karena para pengguna yang sudah addicted justru menjadi asosial. 

Invaliditas Informasi

Dampak buruk ketiga yang menyertai kecanggihan teknologi informasi saat ini adalah beredarnya begitu banyak informasi yang tak jelas sumbernya. Saking canggihnya teknologi komunikasi, maka setiap orang–bahkan yang awam sekalipun–bisa begitu mudah menggunakan aneka aplikasi dalam genggaman. Celakanya, pengguna tidak selalu dibekali dengan pengetahuan yang cukup bijak dalam menggunakan semua media itu.

Sebagai akibatnya, setiap hari entah berapa ribu konten digital dan berita dunia maya yang menyerbu kita sebagai pengguna. Sayangnya, konten tidak diimbangi dengan isi yang bertanggung jawab. Tidak semua orang punya kecakapan untuk menulis dari sumber yang valid. Inilah yang berbahaya. Tak jarang saya memergoki teman di Facebook yang begitu saja membagikan link berita yang tak jelas sumbernya. Lebih parah lagi, kadang berita itu menyangkut suku atau agama yang berpotensi besar memicu gesekan di dalam masyarakat. Maka saya pun geram dan tak bosan mengingatkan lewat status di akun Facebook.

www.iab.com.jpg
Gambar dari http://www.iab.com

Yang menjengkelkan, para produsen informasi sampah seperti itu–baik yang bermuatan sosial, politik, ataupun agama–kadang hanyalah kedok dengan tujuan semata-mata meraup untung lewat traffic ke situs mereka. Kita berantem dan berdebat sengit dengan teman kita, bahkan sampai bermusuhan akibat suatu berita–sementara mereka yang menulis atau menyebarkannya bertepuk tangan karena dolar mengalir deras. Bukankah ironis?

Oleh karena itu, layak kita ingat selalu untuk selalu saring sebelum sharing guna menghindari ekses negatif yang berkepanjangan hanya akibat klik dan bagi yang kita lakukan. Cek kembali sumber-sumber lain sebelum bereaksi atau menanggapi suatu berita/cerita.

Tindak Penipuan

Entah berapa jumlah wanita yang terkena scamming atau penipuan lewat dunia maya. Modusnya, lelaki asing mendekati mereka lewat akun Facebook, mengaku duda lalu berencana mengirim uang untuk si wanita. Tergiur oleh rayuan gombal dan perhatian palsu–ditambah penampilan fisik si lelaki yang memukau–maka si wanita pun seperti kerbau dicocok hidungnya. Dengan dalih mempermudah pencairan uang yang ditahan oleh pabean, maka si wanita rela mengirim uang terlebih dahulu, lalu amblas. Si lelaki hilang bersama uang yang dimangsanya.

Phising adalah bentuk lain penipuan di era maya. Pelaku biasanya membobol sistem keamanan akun rekening dan melakukan transaksi tanpa sepengetahuan si pemilik. Tindak kriminal semacam ini kerap dilakukan oleh hacker andal dan berpengalaman. Bahkan akun email sayapun pernah hampir diretas oleh seseorang di Afrika sana. Padahal email saya jelas tak terlalu berharga–dibandingkan misalnya email Bill Gates atau Mark, hehe. 🙂

Namun dunia maya memang tak pandang bulu. Target penipuan bisa siapa saja–yakni siapa saja yang lalai dalam beraktivitas di dunia maya. Masih banyak bentuk penipuan secara online, baik itu lewat jual-beli barang palsu, jual-beli barang yang tak sesuai harapan, hingga pembayaran yang ditilep oleh penjual.

Tentang tindak penipuan, saya layak mengapresiasi seorang teman yang berdagang gamis lewat online shop. Pelayanannya cepat dan produknya selalu sesuai bahkan kadang melebihi ekspektasi saya sebagai pembeli. Maka jumlah pelanggannya pun terus bertambah sebab ia mengelola usahanya dengan penuh tanggung jawab dan menjunjung tinggi kepercayaan pelanggan. Trust is paramount in business, begitu kata orang bijak. Memang betul, kepercayaan adalah segalanya. Saat pelanggan kecewa, bisnis kita bisa goyah dan terancam susah, apalagi bila kekecewaan itu menular.

Bijak memanfaatkan teknologi

Akhirnya, bijak adalah kata kunci yang mesti kita pedomani. Kita sendiri yang tahu batas dan fungsi pemanfaatan teknologi. Jangan sampai kecanggihan teknologi menggerogoti nilai-nilai silaturahmi atau malah menjadi sarana menebar kebencian yang mengundang bencana. Berhati-hatilah dalam menulis, meng-upload dan men-download suatu konten karena setiap aksi kita di dunia maya akan berujung pada reaksi atau sanksi yang mungkin tidak pernah kita duga.

 

6 Comments

  1. Dari kasus Pak Ban, saya dapat belajar bahwa teknologi bukan jalan yang benar untuk hal yang tidak benar. 🙂

    Semoga sukses, mas. Saya absen dulu. Persiapan mudik. Hehe

    Salam hangat dari Bondowoso..

    Like

    1. Bahaya itu Mas, harusnya jalan yang benar untuk hal yang benar. Sarana harus dipakai untuk tujuan yang benar pula. Gitu ya Mas? 😀
      Terima kasih atas doanya, semoga lancar mudiknya ya. Selamat berlibur bersama keluarga. Jangan sibuk selfie loh pas lebaran hehe.
      Salam dingin dari Bogor!

      Like

Tinggalkan jejak