Taktis Menangkis Krisis

Krisis mungkin salah satu kata yang sangat akrab dalam hidup manusia, sejak zaman dahulu hingga masa modern. Definisi kamus di bawah ini jelas menegaskan bahwa makhluk hidup (seseorang atau sesuatu) akan diliputi oleh situasi yang melancarkan pengaruh kepada mereka. Krisis di sini cenderung mengarah pada makna yang negatif meskipun pengaruhnya bisa beragam bergantung pada cara ia menyikapi krisis.

image

Apakah krisis sama dengan masalah? Secara prinsip, sama. Namun seperti kita bisa lihat dalam definisi kamus di atas, ada frasa ‘very serious‘ untuk memperkuat arti krisis. Masalah sekecil apa pun, bila dibiarkan berlarut tanpa penanganan, akan berubah menjadi krisis.

Jadi, krisis terjadi ketika suatu masalah telah mencapai kadar atau intensitas yang cukup parah atau memprihatinkan. Sam, misalnya, tak pernah mampu menjalani hidupnya dengan bahagia. Dia terkekang oleh gaya hidup yang berubah-ubah, dituntut untuk mengadopsi pola pikir yang sebenarnya bertentangan dengan apa yang ia yakini.

Alih-alih happy, ia justru dikepung oleh perasaan ngeri dan iri. Ngeri oleh tuntutan hidup dan iri melihat kemajuan hidup teman-temannya–tak peduli seberapa luas arti kata kemajuan. Dalam kadar tertentu, ia didera ketakutan akan ketertinggalan, khawatir dilupakan, dan takut dianggap tidak penting. Boleh jadi ia mengalami krisis identitas sebab ia gagal mendefinisikan dirinya melalui konsep yang paling nyaman bagi dirinya luar-dalam.

Itu krisis pada level individual. Pada tataran yang lebih komunal, nasional bahkan global, kita tentu mengenal idiom-idiom krisis pangan, krisis moneter, krisis ekonomi, krisis kepercayaan, krisis kepemimpinan, krisis keteladanan, dan masih banyak lagi.

Contoh-contoh yang saya sebutkan di atas boleh jadi masih relevan dan aktual hingga saat ini. Secara umum, telah terjadi krisis kebaikan yang membutuhkan upaya-upaya taktis dan massif serta kontinu untuk menangkisnya.

Caranya? Dengan kembali pada keimanan masing-masing. Dengan mengulik dan mengukur sejauh mana manusia telah mengkhianati ikrarnya sendiri kepada Tuhan sehingga tindakannya justru menggali lubang-lubang krisis dan bukan menghasilkan buah-buah yang manis.

4 Comments

Tinggalkan jejak

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s