Kehilangan momen. Itulah yang mungkin dialami oleh orang zaman sekarang. Esensi kekinian, itulah yang sudah dilewatkan banyak orang. Pupusnya momentum, barangkali itulah yang sering kita abaikan pada kehidupan masa kini.
Kita didorong untuk bergerak cepat, bertindak sangat sigap, dan menjalani hidup dengan beragam bentuk akselerasi. Tap tap! Kita melangkah dengan derap seekor kuda. Hup hup, kita melompat ibarat seekor belalang!
Pola instan bukan hanya kita dapatkan dari sebungkus mi rebus. Semua dituntut cepat dan kalau bisa melesat. Cepat membaca, cepat pintar, cepat kaya, cepat menikah, cepat punya jabatan dan cepat meraih sesuatu.
Iklan pun menyambut naluri kita. Cepat gemuk, lekas langsing, cepat menguasai sesuatu, cepat meraih gelar, cepat cepat cepat ….
Tak ada yang salah dengan kecepatan. Yang tidak tepat adalah ketika segala aspek dalam hidup ini kita lecut dengan percepatan. Yang salah adalah ketika dorongan mempercepat itu membuat kita terburu-buru, menyebabkan kita tergesa-gesa tanpa merenungkan maknanya.
Buru-buru melangkah, beribadah tergesa-gesa, cepat-cepat berbuat agar bisa dapat. Kita hampir selalu bergerak dengan dorongan untuk terburu-buru sehingga kita kehilangan kenikmatan pada kekinian. Kita melewatkan episode momen sekarang.
Alih-alih menyantap makanan yang tersaji di meja, kita malah asyik memotretnya padahal perut sudah keroncongan. Bukannya menikmati setiap suapan saat mengunyah, kita justru risau menanti komentar terhadap foto makanan yang telah kita unggah di media sosial.
We’re forced to speed up and hurry all the time so very fast that we often miss what matters here and now.
Banget… salah satunya kehilangan momen menyapa tetangga. Dulu ke pasar jalan kaki… melempar senyum pada org-org yang ditemui terus kadang berhento sejenak sekedar berbagi cerita.
Sekarang pake motor… tersisa sahutan klakson doang. -_-
LikeLike
Begitulah, banyak yang hilang atau lewat kita maknai seiring berkembanganya teknologi.
LikeLike
Semakin terburu-buru, dapat dipastikan akan membuat kita semakin lelah menjalani kehidupan ini. Lelah mengejar eksistensi. Lelah melupakan hikmah sebagai penawar di hati.
LikeLike
Lelah dan capai saja, Mas. Melewatkan apa yang benar-benar berarti.
LikeLiked by 1 person
dulu saat anak sekolah, siapa aja disitu bersama orang tua akan ikut disalam ketika akan berangkat ke sekolah..
sekarang hanya wajib salam orang tua, yang lainnya gak..
LikeLike
Betul.
LikeLike
Ada saat-saat tertentu dalam keluarga yang mesti disepakati tanpa HP, misalnya saat habis Maghrib sampai Isya, saat makan bersama, saat ada tamu (baik dari keluarga dekat, jauh, maupun sahabat).
LikeLike
Setuju sekali, terima kasih atas usulnya.
LikeLike
inilah kenyataan yang harus kita hadapi mas. Salah satu dampak teknologi. Sebagian orang ketika mau makan berdoa, sebagian lagi sibuk memfotonya…Warung makan saya mau tak tulisi > Sebelum di makan baiknya berdoa tidak usah difoto….:)
LikeLike
Saya juga gitu sih, pengin foto aja bawaannya. Berlatih untuk mengendalikan diri. Jangan galak galak Mbak, nanti pelanggan pada kabur. Hihi
LikeLike