5 Hal Yang Cepat Bertambah Tanpa Terasa

cepat bertambah

Zaman bergerak dengan cepat, kehidupan manusia mengalami perkembangan semakin pesat. Sebagian berjalan, tetapi lebih banyak yang berlari—mengejar ketertinggalan sekaligus meraih banyak pencapaian baik materiil maupun nonmateriil. Memenuhi kebutuhan sekaligus mewujudkan eksistensi diri.

Tak jarang orang berujar, “Cepet banget ya waktu, kayaknya baru kemarin Sabtu eh sekarang udah Sabtu lagi.” Kemajuan dunia teknologi informasi kian mempercepat laju kehidupan melalui berbagai kemudahan sehari-hari hampir dalam segala hal, sepenting dan seremeh apa pun.

Lebih dari itu, ada hal-hal yang pertambahannya begitu cepat—meningkat dan melesat tanpa kita sadari. Sekurang-kurangnya ada lima hal yang saya maksud dan alami sendiri.

1 – Kuku

Di ujung jari jemari mereka tumbuh dan bertambah tanpa pernah kita rasakan. Tiba-tiba menjadi panjang begitu kita mengamati dan menyadarinya. Sudah saatnya merapikan kuku panjang seandainya kita tak repot atau sedang malas melakukannya. Pekerjaan enteng tapi sering digerogoti kemalasan.

2 – Rambut

Mahkota bagi wanita, pesona pula bagi kaum pria: itulah rambut. Semakin hari semakin panjang walau tanpa ditaburi pupuk. Bertambah dan terus menjuntai sampai kita sadar perlu pergi ke salon atau tukang pangkas langganan. Kita pikirkan atau tidak, rambut segera rimbun menutupi kepala. Direncanakan atau tidak, ia jalin-menjalin semakin rapat.

3 – Cucian kotor/bersih

Sejak berhenti kerja dan menjadi bapak rumah tangga—menemani istri dan anak-anak setiap hari di rumah—saya menangkap satu fenomena generik yang selalu ada. Selain piring kotor yang cepat menumpuk, cucian kotor dan bersih entah kenapa begitu lekas menggunung.

Cucian kotor berarti tumpukan baju yang harus dicuci sehabis dipakai, sedangkan cucian bersih berarti himpunan pakaian yang sudah bersih selepas dicuci. Perasaan baru kemarin mencuci, eh kini cucian kotor mulai membukti. Rasanya belum lama istri menyetrika segunung baju bersih, olala tumpukan pakaian bersih segera berderet kembali. Siklus yang berputar dan menuntut kesabaran ekstra. Percayalah!

4 – Rumput

Ketika masih tinggal di Bogor, kami menghuni rumah di pojok dengan halaman samping yang cukup luas. Selain satu pokok jambu biji dan daun pandan, rumput hijau memenuhi halaman itu. Anak-anak dari kampung sebelah kerap memanfaatkannya untuk bermain di atasnya. Mungkin sebab daya tarik rumput yang hijau itu.

Yang mencengangkan, kawanan rumput itu seolah mengonsumsi Hi-Lo sehingga tumbuhnya terus ke atas, menjulang dan harus segera dirapikan agar tak jadi sarang binatang. Kayaknya baru beberapa hari lalu tukang rumput datang dan mengeksekusinya dengan mesin pemotong yang mendenging bising. Kini rumput sudah meninggi dan tak enak dipandang jika tak ditertibkan.

5 – Dosa

Inilah yang utama dan menduduki peringkat pertama. Sejak beberapa bulan lalu saya dilanda kegamangan untuk menutup akun Facebook. Semua berawal dari kegelisahan mengikuti lalu lintas status dan hiruk pikuk linimasa yang cuma mengundang kegondokan hati dan kegetiran semata. Status yang bersifat pribadi kadang saya anggap sindiran atau satiris. Kadang tergoda untuk menulis status yang mengagungkan diri sendiri atas prestasi atau keunggulan tertentu, yang berakibat pada pamer dan dosa secara diam-diam.

Yang kelima ini sangat berat, jauh lebih berat ketimbang klaim Dilan tentang menanggung rindu. Saya mengaku kesulitan untuk menangkisnya, apalagi mengikisnya. Alih-alih mengurangi, tanpa terasa setiap hari semakin ke sini dosa-dosa justru meningkat dan melesat. Iri, dengki, pamer, sok lebih baik, dan banyak banget rentetannya.

Tanpa terasa semua bertambah, terus dan terus meningkat.

4 Comments

Tinggalkan jejak

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s