Sampah: Persoalan Laten yang Seolah Makin Paten

Pernahkah BBC Mania menegur orang yang berbuat kesalahan tepat di depan mata yaitu kesalahan atau pelanggaran yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak? Misalnya orang yang melawan arus pada lajur jalan yang salah, atau menerobos antrean, atau mungkin membuang sampah seenaknya. Sambil menjawab di dalam hati, Anda saya persilakan membaca sepenggal peristiwa masygul yang dialami seorang teman bloger senior yang juga seorang editor.

Fragmen ini bikin saya geram karena memang menyebalkan dan sepertinya menjadi prevalensi atau kelaziman di mana-mana. Apa lagi kalau bukan seputar sampah yang dicampakkan begitu saja. Mbak Haya, teman bloger ini, memilih menegur pelaku pembuangan sampah secara langsung alih-alih memvideokannya diam-diam agar jadi viral.

Luar biasa berani Mbak Haya padahal yang ditegur adalah seorang bapak. Kalau kondisinya memungkinkan, ia memilih menegur langsung, tepat seperti yang ia lakukan pada kejadian itu. kejadian “lucu” ini memang layak kita viralkan agar para pelaku pembuangan sampah sembarangan berpikir seribu kali sebelum melanggar norma sosial.

“Gak ah. Masa sampah udah saya buang, saya pungut lagi. Kotor! Kamu aja yang pungut sana!” begitu ujar si bapak begitu Mbak Haya menegurnya seraya menyodorkan kotak kue sebagai tempat sampah sementara. Rupanya ia menolak memungut bungkus kuenya dengan jawaban yang nyolot.

“Pak, kalau belum nemu tong sampah, sampahnya disimpan dulu. Nanti kalau udah ketemu, buanglah di tong sampah.” Mbak Haya mencoba menahan diri. Si bapak tetap bergeming. Akhirnya Mbak Haya mengalah dan memungut sampah kering tersebut.

Inilah realitas yang sering terjadi. Orang lain yang buang sampah sembarangan, lalu orang lain lagi—mungkin kita—yang memungut sampahnya (di depan pelaku), lalu kita buang ke tong sampah!

Masuk jurang sana!

Tapi itu belum seberapa. Bapak kita ini bilang lagi, “Itu tuh sekalian yang di sono sono sono kamu pungutin. Toh mereka juga buang sampah sembarangan!” sungguh luar biasa karena dia seolah bangga menjadi pengekor pembuang sampah sembarangan yang berarti negatif.

Tak kalah cerdas, Mbak Haya menjawab, “Jadi, kalau orang lain masuk jurang, Bapak juga ikut masuk jurang? Baju Bapak bagus, hape canggih, tapi buang sampah sembarangan? Gak tahu malu ih!” Begitulah akhirnya Mbak Haya berlalu sebelum khilaf terus tergoda mencekik leher si bapak.

Ini potret lumrah yang sering kita saksikan sehari-hari. Pengendara motor, pengemudi mobil, pejalan kaki, semuanya pernah atau sering terlihat nyampah di jalan. Seolah lazim dan dimaklumi karena orang lain juga melakukannya. Lucunya, kalau ada peringatan tentang larangan buang sampah, sampah justru menggunung di situ. Sungguh penyakit laten yang makin lama jadi semakin paten dan jadi kanker ganas.

Bisakah kita bermimpi suatu hari bisa kayak Jepang, kata Mbak Haya di status IG-nya. Mesikpun di sana minim tong sampah, tapi negaranya bersih banget. Jalanan kinclong seolah habis dipel. Public area terasa nyaman tanpa terlihat jorok. Jangan tanya toiletnya! Sampah adalah PR kita semua. Kadang saya berpikir: jangan-jangan yang hobi nyampah di medsos juga duluan hobi nyampah sembarangan di dunia nyata?

12 Comments

  1. Permasalahan sampah ini memang nggak ada habisnya ya, Kak. Saya yang punya rumah nggak jauh dari tempat transit pembuangan sampah sampai geleng-geleng lihat tumpukan sampahnya. Beruntung ada halaman belakang rumah yang bisa dipakai buat bakar sampah di rumah. Ya setidaknya bisa mengurangi tugas petugas kebersihan.

    Like

  2. Saya rasa problem awalnya bukan orang Indonesia buang sampah sembarangan. Tapi problemnya, orang yang buang sampah sembarangan itu tidak peduli pada orang lain. Jadi memang mental empatinya itu tidak ada.

    Like

  3. Pernaaaah. Anak-anak ABG nendang botol air mineral bekas minum mereka, jatuh ke dekat aku yang lagi mau foto-foto. Kupungut, samperin, dan ngomong di depan ortu mereka: “Itu ada tong sampah gede, Buang di sana!”

    Di angkot juga pernah. Untuk momen begitu, aku sungguh bersyukur dikaruniai muka judes 😀

    Like

  4. Setidaknya soal sampah ini dimulai dari diri kita sendiri, kemudian mengedukasi orang-orang disekitar kita. Mari tetap jaga lingkungan kita dari sampah.

    salam
    kidalnarsis.com

    Like

Tinggalkan jejak

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s