5 Daya Tarik Film Klasik, Nomor 2 yang Paling Asyik

Salah satu hiburan di tengah kepungan tenggat menulis dan kesibukan lain adalah menonton. Tonton apa lagi kalau bukan film, karena film punya paket lengkap dalam menawarkan hiburan. Bukan hanya visual yang memukau, tetapi juga audio yang keren, drama yang padu, juga penampilan berbagai tokoh yang dijamin bikin kita malas beranjak sampai film usai. Tentu saja kalau filmnya bagus ya.

Dahulu saya biasanya nonton lewat iflix dan penyedia video streaming yang lain. Namun entah kenapa belakangan layanannya tak bisa diakses maksimal di layar smartphone. Akhirnya saya beralih ke kanal Youtube, entah bagaimana hukumnya, karena banyak kuota bonus tersisa dari perusahaan telco yang saya gunakan. Film-filmnya rata-rata berasal dari daratan Tiongkok atau Hongkong yang banyak banget beredar di Youtube.

Film-film klasik itu tak pernah bosan ditonton karena punya daya tarik tersendiri. Selain digarap secara kolosal dengan melibatkan ratusan atau bahkan ribuan pemain dan kru, film-film klasik sering punya kejutan baik dari sisi alur maupun penokohan. Apalagi saya pribadi yang memang menggemari aksi laga lewat jurus-jurus lihai nan meatikan ala Jet Li atau Donnie Yen. Lima hal berikut menjadi alasan kenapa saya memilih nonton film klasik dibanding film modern yang makin kurang menarik.

1 – busana apik

Yang langsung tampak dari film-film klasik Tiongkok adalah busana yang dikenakan oleh para tokoh. Pakaian tersebut mencerminkan budaya setempat dan selalu ditata atau dipilih dengan sangat rapi dan harmonis. Menikmati balutan khas daerah tertentu, termasuk film klasik Korea, memberi hiburan tersendiri—semacam perbandingan dengan busana daerah di tanah Nusantara yang tak kalah kaya.

2 – budaya unik

Sebagaimana saat membaca novel atau buku berbahasa asing, nonton film klasik juga memperkaya kita dengan budaya baru dari negara yang memproduksi film tersebut. Budaya barongsai, adat pernikahan, atau perayaan-perayaan lain—termasuk mitos dan legenda setempat—sangat dilewatkan di tengah arus modernisasi yang bagi saya sebenarnya cenderung monoton. Lagi-lagi itu menjadi peringatan bahwa Indonesia pun kaya akan ragam budaya adiluhung.

3 – otensitas cerita

Film-film yan dibesut belakangan bagi saya kurang menarik karena tema yang diangkat monoton dan cenderung berulang, apalagi film-film di tanah air yang berbau mistis atau horor. Anehnya film-film horor yang digarap kurang greget seperti ini cukup laris di pasaran. Tak ada lagi otensitas cerita seperti film klasik yang sering bersumber dari buku atau legenda daerah atau negara tertentu. Alurnya tak selalu mainstream, di mana protagonis tak selalu baik sejak awal cerita.

4 – pesona alam

Dataran tinggi menjulang, perbukitan indah dengan sapuan kabut, atau pantai bersih yang ombaknya menawan, menjadi daya tarik film-film klasik. Padang pasir pun bisa dikemas sedemikian rupa agar tetap memesona penikmat film. Selain memberikan hiburan, teknik seperti itu juga menjadi alat promosi wisata yang cukup efektif kan? Kita bisa berfantasi mengunjungi temapt-tempat keren itu.

5 – sarat pelajaran  

Banyak banget nilai atau makna penting yang bisa diserap dari film-film klasik, entah yang diproduksi zaman dahulu atau dibuat belakangan. Tentang perebutan kekuasaan, cinta, keserakahan, ambisi, dan banyak lagi yang bikin kita ketagihan dan tentu saja belajar untuk tidak mencontoh tokoh yang keblinger di dalam film itu. Selain terhibur, kita jadi belajar, asyik kan?

Bagaimana dengan BBC Mania, lebih suka film drama kaya drakor, telenovela, atau mungkin film klasik kayak saya? Yuk ceritain di kolom komentar.

2 Comments

Tinggalkan jejak

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s