Menemukan laptop mungkin adalah rezeki atau malah ujian yang perih. Nemu barang tanpa pemilik, tinggal dijual, bereslah! Jadi rejeki deh, duit datang tanpa modal. Atau sebaliknya kita mesti berusaha keras menemukan pemiliknya karena khawatir ia sangat membutuhkannya.
Saya jadi teringat kisah seorang sahabat yang kehilangan laptopnya yang disimpan dalam tas ransel. Ceritanya tas itu tertinggal di sebuah tempat ngaso saat mereka berteduh di pinggir jalan sewaktu hujan suatu sore. Tasnya ditemukan orang yang bisa dijangkau oleh sahabat itu lewat ponsel yang ada di dalam tas.
Sayangnya, netbook bermerek Acer tersebut tak dikembalikan oleh penemu. Setelah berkomunikasi, penemu hanya berkenan mengirimkan mushaf Al-quran melalui paket pos. Barang-barang lainnya termasuk netbook ia tahan dan manfaatkan karena ia berdalih sedang membutuhkannya. Sungguh lucu.
Kisah kedua masih seputar penemuan netbook, kali ini bermerek Toshiba kalau tak salah. Seseorang memasanh iklan netbook itu di Marketplace Facebook Surabaya. Sungguh rezeki banget, katanya, saat dia menemukan netbook itu di warung kopi yang ia jaga. Tanpa babibu, ia pun menawarkan benda temuannya tersebut dengan harga yang tentu saja sangat miring.

Harusnya berhati-hati
Saya pun menelusuri profil penjual yang ternyata banyak memasang foto seorang habib berkharisma yang di Jawa Timur sangat digandrungi karena dendang salawatnya. Saya simpulkan dia penggemar salawat. Maka jiwa saya yang sok suci sempat mempertanyakan kenapakah ia tak menyimpan netbook itu di warkop sampai yang empunya mengambil. Sebagai pencinta Nabi, ia semestinya memperlakukan barang temuan dengan sangat hati-hati.
Kuat dugaan pemilik akan kembali karena warkop tidak pindah ke mana-mana. Jika pun ia tak kembali, penemu bisa mencoba menyalakan lalu mencari identitas pemilik agar bisa dikontak dan dikembalikan. Seandainya netbook dikunci dengan paswed, mungkin benda itu bisa dititipkan ke kantor polisi terdekat.
Tapi tunggu, ini bukan Jepang di mana barang-baran hilang biasanya ditahan di sana sampai dijemput pemilik. Polisi bahkan proaktif menelepon pemilik ketika barang yang hilang diantar ke kantor polisi. Saya sendiri tak paham bagaimana SOP pengembalian barang hilang di Indonesia, adakah yang tahu?
Berkali-kali dompet terselamatkan
Iklan ‘aneh’ kemarin mengingatkan saya pada kisah Lisman Suryanegara yang dompetnya hilang setelah tertinggal di mesin ATM mall Itoyokado. Dompet itu akhirnya kembali ke tangannya dalam waktu 5 jam. Polisi meneleponnya dalam waktu itu guna memintanya mengambil dompet yang sudah ditemukan.
Kehilangan ponsel dua kali juga pernah ia alami. Semuanya lagi-lagi sukses balik ke tangannya berkat kejujuran orang Jepang. Termasuk saat ia membeli laptop murah setelah penjual memberitahunya bahwa laptop itu punya sedikit cacat berupa retak akibat pernah terjatuh sehingga dijual dengan harga sangat miring.
Lisman juga pernah kehilangan dompet di area Kyoto Univeristy. Dompet berisi KTP, kartu pelajar, kartu kredit dengan limit 30 juta dan uang tunai 6 juta. Akhirnya kembali juga dompet itu.
Dududu, hal semacam di Jepang itu entah kapan bisa berlaku di Indonesia. Kita udah mengalami dekadensi moral dan akhlak yang luar biasa parah. Kejujuran sudah menjadi barang yang sangat langka sekali. Jangankan laptop atau dompet, sandal di masjid saja bisa lenyap. Sandal lho, berapalah harganya. Dan di masjid pula.
Btw, bertahun-tahun lalu aku bahkan pernah bersama seorang kakak sepupu yang sedang berlibur di Jogja, ditippu sepasang suami istri di teras Masjid Kauman. Menipu di teras masjid! Kami sungguh tidak habis pikir waktu itu.
LikeLike
Kejujuran memang semakin langka, Mas. Yang terjadi malah kebaikan hati kita dimanfaatkan oleh orang lain lewat manipulasi ketakberdayaan mereka. Sandal aja hilang, di masjid lagi, duh 😦
Penipuan seperti apa Mas yang sampean alami di Masjid Kauman? Jangan-jangan sama kayak pengalamanku di beberapa masjid di Bogor dulu.
LikeLike