Jadi Keluarga Jempolan Saat Pandemi, Jadi Pakar dengan Kolaborasi

“Kaya itu bukanlah ketika engkau bisa membeli dunia seisinya, tapi ketika dunia seisinya tak bisa membelimu.”

—Adham Syarqawy

Kutipan yang membuka tulisan ini sangat ‘nendang’ dan relevan dengan kondisi kekinian di Indonesia. Pendapat yang ditulis kolumnis dan motivator asal Palestina itu seolah merefleksikan kondisi mutakhir di Tanah Air. Berbagai kasus korupsi seolah sambung-menyambung, berkelindan membentuk jaring konspirasi. Harga diri dan martabat jabatan hanya sebatas definisi, bukan dihidupi sebagai identitas penuh integritas.

Tentang integritas, saya spontan teringat pada sepenggal kisah Robert Anthony Lutz—pria gaek yang pernah menjabat sebagai eksekutif papan atas di perusahaan otomotif terkemuka dunia seperti Ford Motor Company, Chrysler Corporation, dan General Motors. Lutz yakin bahwa orang tidak akan bisa sukses dalam jangka panjang jika ia tak punya integritas. Dalam KBBI, integritas salah satunya dimaknai dengan kejujuran.

Begitu waspadanya ia terhadap manipulasi dan kebohongan, ia pernah menolak suap sebesar 10 juta dolar ketika ia berada di tampuk pimpinan. Bukan cuma itu, Lutz memastikan bahwa penyuap tersebut langsung dimasukkan dalam daftar hitam sehingga tidak akan pernah bisa berbisnis lagi dengan perusahaannya. Fragmen ini ditulis dalam buku Lutz berjudul Guts (New York: John Wiley & Sons, Inc., 1998) sebagaimana dituturkan Thomas J. Stanley, Ph.D dalam buku larisnya The Millionaire Mind.

Lutz lulus SMA pada usia 22 tahun alih-alih 15 tahun seperti teman-temannya dan hal itu justru dianggap sebagai faktor pembentuk kedewasaannya. Orang-orang seperti dia mengandalkan akal sehat dan kecerdasan praktis dengan menekankan pentingnya integritas dalam segala hal yang mereka kerjakan. Seandainya dia anak dengan kecerdasan analitis saja, tapi tak punya integritas, niscaya dia sulit bisa sukses menjadi seorang eksekutif otomotif yang diperhitungkan.

Integritas versus jalan pintas

Sikap itu pula yang ditunjukkan Kang Maman—sapaan akrab Maman Suherman—saat ditawari orang untuk menuliskan biografi dengan iming-iming bayaran hingga 400 juta rupiah. Lantaran khawatir tak bisa menarasikan kisah dengan jujur tanpa didikte oleh orang yang memesan buku tersebut, ia pun menolak proyek menggiurkan itu. Dia bersedia menulis asalkan disepakati bahwa tulisannya tidak akan disusupi pesan-pesan terselubung yang bertentangan dengan nuraninya.

Dalam kesempatan lain Kang Maman juga menampik tawaran hingga 75 juta sebagai fee memasukkan tulisan yang tak pernah benar-benar terjadi demi mendongkrak orang tertentu dalam skema kampanye yang ia galakkan. Ketegasan sikapnya mengamini pendapat Lutz di atas karena Kang Maman tidak takut kehilangan lumbung rezeki demi mempertahankan keberpihakan pada nurani.

Pesan kuat itu digaungkan dalam sebuah sesi seru bertajuk “Senjakala Content Creator” yang dihelat dalam rangkaian Blogger Day 2021, Sabtu 6 Maret silam. Webinar sesi pertama yang digelar sejak pukul 1 siang ini menjadi bagian dari Blogger Hangout, yakni program rutin Komunitas Bloggercrony Indonesia sebagai ajang kopdar santai tapi berbobot untuk mendiskusikan isu-isu seputar blogging. Dengan belajar bersama dalam Blogger Hangout, bloger diharapkan bisa meng-upgrade keterampilan menulis dan hal-hal lain yang relevan agar BCC Squad tampil sebagai bloger dengan ciri khas atau identitas yang unik lewat tulisan-tulisannya. 

“Nilai produk tertinggi apa pun adalah ciri khas, sebagai branding dan identitas,” ujar Kang Maman kemudian, seolah menegaskan komitmen Bloggercrony untuk melakukan akselerasi terhadap kemampuan para anggotanya. Tepat seperti visinya untuk meningkatkan capacity building bloger dan membangun jejaring untuk bisa terus bertumbuh (networking) sehingga dapat menghasilkan tulisan-tulisan yang informatif, bermanfaat, dan inspiratif guna mendorongnya sebagai pribadi yang berdaya (empowering).

Kang Maman menyoroti kecenderungan anak-anak masa kini yang begitu mudah menjadi content creator secara instan tanpa mau melalui proses yang sepatutnya. Bahkan tak jarang mereka menabrak batas atau aturan sebab aturan dianggap sebagai hambatan. Padahal adanya batas-batas justru membuat kita semakin mampu berkreativitas. Inilah yang disebut jalan pantas, bukan jalan pintas.

Keluarga Jempolan di tengah ujian

BloggerDay 2021 menandai satu tonggak penting dalam kiprah Bloggercrony sebagai komunitas yang berbasis pada pengembangan diri agar masing-masing tumbuh untuk memberikan kontribusi yang jempolan. Betapa tidak, rangkaian kegiatan BloggerDay 2021 berlangsung dalam masa pandemi ketika semua orang merasakan dampak yang cukup serius. Bukan hanya cara berinteraksi yang berubah, tapi juga aliran rezeki yang menurun tanpa diduga.

Maka relevan jika ulang tahun Bloggercrony keenam tahun ini mengangkat tema Keluarga Jempolan sebagai ikhtiar untuk saling menyemangati agar bisa melalui wabah dengan optimisme dan bangkit sebagai keluarga yang solid dan menemukan makna kekuatan. Demikian menurut penuturan Kak Satto Raji selaku Community Head sekaligus salah satu co-founder Bloggercrony dalam sesi pembukaan pada pukul 10 pagi. Dipandu Kak Gita Siwi yang suaranya merdu dan renyah, acara memang berlangsung gayeng, cair, dan sangat menyenangkan.

Blogercrony sendiri saya rasakan sebagai satu keluarga besar yang menyatukan berbagai perbedaan, baik latar belakang budaya, suku, agama, dan tentu saja tempat tinggal. Ini tepat seperti ujaran Kang Maman yang menekankan pentingnya kolaborasi sebagai salah satu cara ampuh untuk bisa bertahan di tengah persaingan content creator yang jumlahnya semakin banyak. Bukan hanya bloger, tapi juga influencer yang kian marak di Instagram dan belakangan di TikTok.

Berpikir kritis dan kolaboratif

Ketika saya tanyakan apa kiat mengasah pemikiran kritis di era 4.0, ia mengingatkan kami untuk banyak membaca dan bertanya. Mulailah dengan sikap skeptis, bukan apatis. Skeptis berarti tidak mudah percaya, meragukan suatu hal sehingga kita terdorong untuk menguji kesahihannya lewat banyak sumber. Lihatlah betapa banyak hoaks yang beredar di dunia maya selama 5 tahun terakhir dan saksikan sendiri dampaknya di dunia nyata. Tak heran jika beberapa kali Kang Maman menyitir ayat pertama Surah Al-‘Alaq yakni iqra’ yang memerintahkan manusia membaca.

Dengan sengitnya kompetisi, kreativitas justru tak terbatas. Dan kolaborasi bisa menjadi kunci kesuksesan sebagai content creator. Kang Maman menuturkan bahwa delapan judul buku yang ia rilis tahun 2020 silam adalah buah kolaborasi dengan insan kreatif lain.

“Kalau mengaku bisa mengerjakan semuanya sendirian, kita justru tengah membangun kesenjakalaan itu sendiri,”

—Kang Maman

Ia meyakinkan bahwa salah satu bukunya bisa tampil semakin memikat berkat sisipan gambar-gambar seorang ilustrator yang pesonanya tak pernah terbayangkan sebelumnya. Maka jelas bahwa sentuhan kontribusi orang lain bisa meningkatkan daya pukau pada pembaca atau penikmat karya kita. Apalagi jika karya kita dukung dengan kepakaran secara perlahan-lahan, hasilnya akan luar biasa.

Bangun kepakaran mulai sekarang

Berbicara sebagai narasumber kedua, Mas Shafiq Pontoh tampak meneguhkan pernyataan Kang Maman dengan menyebutkan bahwa kepakaran adalah hal yang wajib dibangun pada era Industri 4.0. Masing-masing kita telah menjadi dua warga negara sekaligus: warga negara sesuai domisili dan warganet. Berkat kecanggihan teknologi informasi, kita kini hidup dalam metaverse yakni ruang realitas virtual di mana kita bisa berinteraksi melalui ekosistem digital dengan pengguna lainnya tanpa terkendala batas geografis.

Selama pandemi kita tetap bisa memetik ilmu dan meraup rezeki kendati jarak memisahkan, semua berkat adanya extended reality atau realitas yang sudah dikembangkan sehingga kita bisa hidup di dua dunia, yakni dunia nyata dan dunia maya. Maka Shafiq mengingatkan bahwa senja kala content creator bisa saja terjadi kalau kita tidak mampu menavigasi diri dalam ekosistem industri yang sama sekali berbeda.

Jika di era Revolusi Industri dulu kita bisa menerapkan prinsip ATM (Amati, Tiru, Modifikasi), maka konsep itu tak akan cocok lagi di era Industri 4.0 saat ini. Selain memiliki wisdom, yang juga dianjurkan oleh Kang Maman, kita harus paham betul siapa konsumen yang kita targetkan. Target yang relevan adalah basis tempat kita bertolak.

Oleh karena itu, kita bisa mengoptimalkan marketing dengan menerapkan analisis SWOT dan metode 5W1H karena pasar yang bisa kita bidik sangat luas (sedunia) dengan peluang yang sangat besar. Caranya adalah dengan menjajaki strength kita sebagai modal. Pilihlah skill yang paling effortless semudah kita bernapas untuk kita arahkan menuju level kepakaran (expertise).

Yang penting janganlah silau oleh trending topic di jagat maya sebab itu ibarat rating acara TV yang bisa misleading dan tidak sepenuhnya mencerminkan kebutuhan publik. Jangan pula silau oleh jumlah follower di medsos tetapi miskin interaksi. Bidiklah target kita secara cermat tanpa mengandaikan jangkauan yang terlalu luas.

Shafiq mencontohkan bisnis fresh juice atau jus segar yang ditekuni salah seorang temannya. Temannya ternyata sadar ada kebutuhan akan jus segar tanpa gula. Jus itu lantas dipasarkan di sekitar Bintaro dan BSD pada orang-orang yang ia kenal dan sepakat menjalani hidup sehat. Hasilnya mengagumkan: ia mendapatkan 800 pelanggan dengan nilai penjualan Rp120 ribu per orang setiap bulan yang berarti terkumpulnya omzet sebanyak Rp96 juta per bulan.

Itu terjadi sebab temannya menangkap adanya kebutuhan jus segar dan paham cara pembuatannya sehingga boleh dibilang ia menjadi pakar dalam hal yang ia geluti meskipun jangkauan pasarnya tampak terbatas. Karena ia fokus dan membidik target yang relevan, maka keuntungan ia dapatkan.

Mengakhiri webinar sesi pertama pukul 15.05, baik Kang Maman maupun Shafiq meyakini bahwa semangat belajar harus tetap gencar jika kita ingin maju dan sukses memanfaatkan pasar. Selain usaha menjadi pakar–yang bakal lebih mudah kita wujudkan dengan cara berkolaborasi–jangan lupa untuk menjunjung nama baik. “Sebab wisdom dan reputasilah yang membuat kita berharga,” pungkas Kang Maman.

Bertabur hadiah, wajah pun semringah

Bukan BloggerDay kalau tidak banjir hadiah. Waktu ikut BloggerDay 2019 di Bandung, saya mendapat banyak hadiah sampai sulit membawa sendirian. Akhirnya beberapa saya hibahkan kepada dua orang teman demi meringankan beban saya saat kembali ke Lamongan. Ulang tahun Bloggercrony ke-6 tahun 2021 pun tak kalah meriah berkat partisipasi para sponsor yang berkenan menawarkan beragam hadiah.

Para sponsor yang meramaikan acara tergabung dalam Bloggerpreneur yakni program Bloggercrony yang memfasilitasi para bloger yang kebetulan mempunyai usaha. Lewat program ini mereka dapat mempromosikan produk baik secara mandiri maupun partnership seperti hajatan BloggerDay 2021 Sabtu 6 Maret kemarin.

Saya sendiri mendapat kejutan di awal acara ketika Kak Satto Raji mengumumkan 15 nama yang keluar sebagai pemenang Facebook Post berhadiah saldo e-wallet. Kalau boleh pilih, jujur saya mengincar kopi dari @photo_coffee_ dan sambal cakalang dari @resepdapurayah karena terbayang nikmatnya makan nasi hangat dengan lelehan sambal gurih dilengkapi harum kopi yang bikin makin semangat, hehe.

Namun ternyata semuanya melebihi ekspektasi. Seperti BBC-Mania bisa lihat pada daftar hadiah di atas, BloggerDay 2021 memang benar-benar banjir hadiah. Selain saldo dompet digital, saya beruntung mendapat lampu portabel dari Kang Idfi Pancani karena berhasil menjawab pertanyaan saat sesi Virtual Family Trip. Rumi dan Bumi pun spontan kegirangan begitu tahu mereka akan dikirimi portable lamp untuk membaca di malam hari saat lampu utama tak ingin dinyalakan.

Ketika hadiah datang, Rumi langsung mencoba lampunya dengan beradegan tengah menggambar di tengah kegelapan. Dasar anak-anak, ada saja sensasi tersendiri dengan adanya lampu portabel lucu yang mungkin dianggap biasa oleh orang dewasa.

Keliling Amerika bersama keluarga

Sesi virtual tur bersama Kang Idfi memang ‘pecah’ banget. Kemeriahan tak bisa disembunyikan lantaran anak-anak peserta BloggerDay 2021 turut serta meramaikan acara yang digelar pukul 10.50. Sabtu itu jadi sangat berwarna sebab kami sekeluarga menatap layar laptop demi bisa berwisata di saat wabah. Virtual tour memang solusi mudah agar bisa terhibur meskipun kaki belum bisa menjejak tempat-tempat yang jauh.

Sebagai seorang licenced tour leader, Kang Idfi memang jempolan banget saat memandu kami mengikuti virtual tour dengan mengunjungi beberapa tempat penting di Amerika. Anak-anak pun terpukau ketika pesawat akan lepas landas dari bandara di Indonesia dan kemudian mendarat di Amerika seolah-olah mereka berada di dalam wisata sesungguhnya.

Tur diawali dari White House tempat di mana Presiden AS tinggal dan bekerja. Saya baru tahu ternyata presiden pertama Amerika George Washington bukanlah orang pertama yang menempati White House. Adalah presiden berikutnya, John Adams, yang menjadi presiden pertama yang tinggal di gedung berwarna putih tersebut.

Nama White House sendiri baru diperkenalkan secara resmi tahun 1901 oleh Theodore Roosevelt yang menjabat kala itu. Sebelumnya gedung itu disebut “President’s House” dan “Executive Mansion”. Mengikuti sejarah singkat sambil menjelajahi ruangan-ruangan di dalamnya, saya seolah menjadi John Cale dalam film White House Down ketika ia panik mencari putrinya yang hilang setelah Gedung Putih dibajak sekelompok teroris.

Namun yang jelas membajak perhatian kami adalah fakta bahwa Obama ternyata pernah bekerja sebagai pelayan di toko es krim sewaktu remaja. Mungkin tak terlihat bergengsi, tapi Obama mengenang pekerjaan pertamanya sebagai medan berharga yang menggemblengnya dengan sikap tanggung jawab, kerja keras, juga keterampilan mengatur waktu dengan seimbang.

Selain Gedung Putih, kami juga diajak naik kapal menuju Patung Liberty, belajar satwa laut di Georgia Aquarium, merasakan cipratan air di depan Air Terjun Niagara yang megah, masuk ke belantara Jurassic yang menegangkan, dan berakhir di Disney Land yang penuh cerita menyenangkan. Sungguh wisata yang berfaedah: pikiran kami jadi cerah, anak-anak pengin nambah! Haha….

Drama PJJ jangan bikin bete

Virtual tour sudah, banjir hadiah sudah, sesi pengembangan diri content creator pun sudah, kini saatnya orangtua diskusi seputar tema yang relevan. Tepat pukul 16.00 webinar bergizi lainnya dihelat, kali ini menghadirkan Ifa Hanifah Misbach sebagai pembicara. Mengangkat tema “Tantangan Pembelajaran Jarak Jauh”, ia menegaskan bahwa Zoom meeting bukanlah saat untuk menambah materi, tetapi memberikan kesempatan anak untuk melakukan eksperimen dan menambah pengalaman yang relevan.

Dipandu Kak Helen Simarmata yang bertindak sebagai moderator, acara webinar memang berjalan seru meskipun topiknya cukup berat. Sebagai eks-jurnalis dan penulis, perempuan penyintas kanker nasofaring ini tampak piawai menemani narasumber dengan pengetahuan yang mumpuni tanpa ada kesan mengungguli pembicara. Maklumlah karena kini kesibukannya memang menjadi moderator dan MC berbagai acara.

Lebih lanjut Mbak Ifa mengingatkan bahwa kita tak bisa dengan mudah menyalahkan para guru selama PJJ. Para guru tetaplah manusia biasa yang menjalankan beberapa peran sekaligus: sebagai ayah, ibu, kepala keluarga, dan peran lain yang menuntut mereka hadir menuntaskan masing-masing kewajiban. Bahkan ada yang harus bekerja ekstra tanpa tambahan tunjangan. Maka sebaiknya kita bisa mengajukan solusi kepada guru, mendukung mereka dengan jalan keluar, bukan sekadar melancarkan protes.

Di era serbadigital saat ini, tantangan memang unik. Bukan hanya guru yang terkendala oleh kesibukan dan adaptasi teknologi, tapi anak-anak pun punya problem sendiri. Yang paling lumrah mungkin keengganan mereka untuk belajar di rumah yang menciptakan drama bagi orangtua. Jika dipaksa, khawatir anak stres–padahal sudah stres akibat pandemi yang menghalangi mereka pergi ke sekolah. Namun jika tidak dipaksa, orangtua khawatir anak tak mampu mengikuti pelajaran atau merampungkan tugas dari guru.

Mbak Ifa mengajak orangtua untuk coba memahami kondisi anak, termasuk sebab-sebab mereka enggan mengerjakan tugas atau tidak fokus saat belajar di rumah yang boleh jadi karena mindset yang keliru. Belum lagi godaan gawai (gadget) yang mengintai. Maklumlah karena mereka digital natives yang sangat akrab dengan teknologi.

Kania Safitri, mom influencer sekaligus certified makeup artist yang dihadirkan sebagai tamu sore itu pun berbagi kiat agar anak tidak ketagihan gawai. Dia dan anaknya menyepakati screen time atau waktu mengakses gawai selama 30 menit yang harus dilakukan dengan konsekuen. Namun ketika beralih ke reward and punishment, Mak Ifa coba mengoreksi dengan nada berkelakar bahwa dalam perspektif psikologi pendidikan cara itu lebih cocok diterapkan pada binatang sirkus.

Dalam konteks karyawan di kantor, cara itu mungkin bisa diterima. Namun untuk anak rupanya ada cara lain yang lebih ideal. Yakni dengan reinforcement atau penguatan. Penguatan akan mendorong anak untuk memiliki perilaku tertentu yang diinginkan sejak dini. Adapun reward justru bisa menjadi tabungan toxic atau dalam bahasa kasar dapat disebut penyogokan.

Sayangnya selama ini pendidikan kita mengarahkan anak-anak menuju kepatuhan, bukan membangun kesadaran. Akibatnya, mereka cenderung menjadi pribadi yang judgmental, mudah menghakimi orang lain yang tidak sepaham.

Sebelum webinar sesi dua berakhir, ada satu pertanyaan penting yang diajukan oleh peserta. Apa lagi kalau bukan soal kecanduan gawai pada anak usia SMP-SMA. Saya sendiri pernah menjumpai bahwa anak-anak remaja usia ini lebih mendengar teman-temannya ketimbang orangtua mereka. Mbak Ifa mengingatkan bahwa anak-anak itu tengah berada di fase rebel atau cenderung melawan.

Merespons hal itu, Mbak Ifa mengusulkan, “Ingat connection before correction. Bangun koneksi sebelum mengoreksi. Coba ajak mereka bermain, agar bisa saling terlibat.” Orangtua jangan hanyaa menuntut tanpa memberi contoh dan berusaha membangun bonding dengan anak. Bersikap empati sangat diajurkan untuk bisa memahami kondisi anak yang mungkin sedang labil.

Akan sangat berbahaya jika orangtua terus menuntut agar anak melakukan sesuatu sementara orangtua menampilkan hal sebaliknya. Perlu dipahami bahwa sejak kecil anak punya kecenderungan meniru, memantulkan perilaku orang yang ia lihat di sekeliling untuk ia lakukan sendiri entah kapan. Mirroring sangat berbahaya jika anak hanya merekam hal negatif, misalnya kekerasan atau perundungan.

Maka tak ada noktah sekecil apa pun di hati saya untuk merundung panitia BloggerDay 2021, hehe. Hanya ungkapan terima kasih mendalam karena mereka telah bekerja keras untuk menyiapkan agar BloggerDay tahun ini berjalan lancar. Melibatkan banyak pendukung acara, terutama sponsor dan pembicara yang kompeten, sungguh bukan pekerjaan mudah.

Saya sadar sepenuhnya melewati pandemi selama setahun butuh perjuangan luar biasa. Banyak keluarga terdampak cukup parah dengan hilangnya pendapatan. Saya sendiri sebagai freelancer mengalami penurunan pemasukan sangat signifikan dengan dihapuskannya acara-acara offline yang biasanya mengundang untuk reportase. Ya, tantangan ini memang berat, tapi bisa saya siasati dengan menggali keterampilan baru seperti menjadi reseller produk teman-teman. Tentu juga dengan tetap aktif di komunitas sosial di kota kami.

Pandemi yang tengah berlangsung bisa menjadi sebuah katarsis, yang menyucikan diri kita untuk lahir menjadi manusia baru yang lebih tercerahkan dan perspektif yang lebih segar. Maka ide #KeluargaJempolan bukan cuma isapan jempol belaka, melainkan ikhtiar yang bisa kita kejar bersama. Lewat kolaborasi dan saling berbagi.

Tepat seperti Komunitas Bloggercrony Indonesia yang tak henti menggalang dana lewat BloggerCare untuk membantu saudara-saudara yang terdampak wabah agar bisa melewatinya dengan semangat tetap menyala. Lewat workshop dan bantuan dana yang dihimpun dari donasi, para anggota BCC bisa berdaya dan terus mengabdikan kemampuan tanpa memandang suku, agama, ras, dan domisili.

Inilah saatnya bangkit menjadi keluarga jempolan di saat pandemi sambil berusaha membangun kepakaran agar bisa bertahan di medan persaingan yang semakin menantang. Namun, seperti kata Syarqawy di awal tulisan, jangan sampai kita menempuh jalan pintas dengan mengorbankan integritas. Salah satu solusinya adalah berkolaborasi, sampai tuntas!

Tepat seperti BloggerDay 2021 yang berkolaborasi dengan menghimpun belasan sponsor dalam jajaran BLOGGERPRENEUR yang sudah seperti keluarga sendiri. Penasaran siapa saja yang berpartisipasi sebagai pendukung? Langsung saja kepoin akun Instagram mereka sebagai berikut.

  • @duorajistore
  • @katalensaku.photoworks
  • @ebigsoo_fashion_
  • @anesacooking
  • @geraiaksesoris2
  • @aykoprojects
  • @makarame
  • @resepdapurayah
  • @dapursesukahati
  • @hennahijab_collection
  • @asiboostertea
  • @kitatama.id
  • @sreehandmate
  • @photo_coffee_

Akhirnya, apresiasi yang besar perlu saya berikan kepada KITATAMA EVENT (@kitatama.id) yakni creative agency yang telah memungkinkan berjalannya keseluruhan Zoom Meeting sebagai operator dalam rangkaian acara BloggerDay 2021 dari pagi sampai sore Sabtu 6 Maret 2021. Saya tak sabar menanti perayaan ulang tahun Bloggercrony tahun depan, hoopla!

Advertisement

49 Comments

  1. Tulisan ini sangat inpiratif. Saya tak bisa membayangkan kapan bisa menulis sebagus ini. Walau panjang tapi tak membosankan. Mungkin karena masih terlalu pemula jadi baru tau juga ada komunitas Bloggercrony Indonesia. Makasi sharingnya. Maaf saya gak ngomentari isi tulisan karena lebih tertarik dengan gaya penulisannya😂😂

    Like

    1. Terima kasih sudah mampir dan berkenan membaca tulisan saya sampai tuntas, Mas Ismet. Saya pun sedang belajar dan senang jika tulisan ini ada manfaatnya. Salam persohiblogan! 🙂

      Like

  2. Udah lama ga lihat Shafiq Pontoh, masih seperti dulu penampakannya. Buat Kang Maman, aseli kamu keren banged. Memang integritas menjadi pondasi dasar yang harus ditancapkan secara kuat karena angin akan semakin kuat menerpa dan Alhamdulillah orang2 ini berhasil melewatinya. Banyak ilmu didapat dari event ini, sukses selalu buat Kakak dan kawan2 Blogger Crony semua. Salam hangat dari Tanah Borneo…

    Liked by 1 person

    1. Benar banget, Bang. Kalau enggak punya integritas, orang bakalan sulit mau kerja atau menggeluti bidang apa pun. Aku beruntung bisa ikut BloggerDay 2021 karena memang materinya bergizi. Salam hangat untuk para bloger di Tanah Borneo. Semoga sukses selalu….

      Like

  3. mantap mottonya berkolaborasi sampai tuntas, agar apa yang sudah dibangun dan dijalankan tidak berhenti dijalan ya, aku suka dibagian virtual tour serasa ikut jalan jalan ke Amerika. heheh

    Liked by 1 person

  4. Pernyataan kang Maman soal integritas emang harus kita camkan betul saat menjadi kreator konten. Bahkan, beliau yang udah belasan tahun menjadi jurnalis saja tidak berani menyematkan dirinya sebagai kreator konten. Keserderhanaan beliau menjadi branding yang pas di tengah menjamurnya penulis yang mengaburkan identitas dan branding dirinya. Salut juga dengan Kang Shafiq yang lebih menekankan kepakaran (skill) dalam membranding diri kita agar tidak menjadi senjakala kreator konten.

    Like

    1. Iya, Kak Didik. Jarang loh orang masa kini berani menolak tawaran menggiurkan sebesar itu, apalagi di masa pandemi begini. Ini jadi lecutan buatku untuk lbih selektif dan enggak asal hajar pekerjaan asalkan dibayar mahal padahal enggak sesuai nurani. Berat, tapi kudu dicoba. Semoga bisa membangun kepakaran seperti anjuran Kang Shafiq dan Kang Maman.

      Like

  5. Baru kali ini nemu artikel yang isinya lengkap dan isi banget, ah kang maman memang asik sih kalau salah satu pematerinya adalah beliau sangat inpiratif. Kegiatannya seru-seru ya, asik pastinya yang ikut pasti semakin berbobot dalam berkarya seperti konten tulisan di artikel ini.

    Terima kasih mas atas sharing ilmunya.

    Like

  6. Alhamdulillah ya, Mas. Walau masih masa pandemi, tetap bisa silatuhrahmi dengan teman-teman blogger, berbagi ilmu dan cerita seru. Saya yang tak ikutan acaranya, jadi ikut menyimak lewat tulisan Mas Rudi yang lengkap ini. Jadi nambah lagi wawasan saya.
    Terima kasih Mas Rudi.

    Like

    1. Alhamdulillah banget, Mas Bam’s, walau jarak membentang seratus bloger bisa ketemuan walau secara daring. Enggak cuma ketemu tapi berbagi ilmu serta pengalaman. Semoga bermanfaat ya Mas habis baca reportase saya. Tetap ngeblog asyik dan berintegritas!

      Like

  7. Lengkap banget isinya ini berasa ikutan juga acara Blogger Cronny, seru yaa bertabur ilmu. Sayang waktu itu saya gak ikutan, memang lagi gak pas juga waktunya

    Like

  8. Bertabur hadiah yaa.
    Alhamdulillah aku juga kebagian hadiah wkwkw. Hati senang, dapat ilmu dan hadiah. Tsaahhh.

    Kolborasi memang wajib dilakukan ya.
    Semoga tahun depan ada lagi dan semakin seruuuuu lagi dan lagi.

    Like

    1. Wah, ikut juga ya Kak Niken? Alhamdulillah dapat banyak ya kemarin, ya hadiah barang, uang, dan tentu saja ilmu yang berharga. Sampai jumpa di BloggerDay 2022, isnyaallah!

      Like

  9. Saya termasuk salah satu penggemar kang Maman, beliau ini penggerak literasi dan duta integritas juga.
    Sayang banget kemaren gak ikut keseruan Blogger Crony supaya bisa berbincang langsung dengan beliau

    Like

    1. Sayang sekali kemarin sampean enggak ikut, Mbak. Jarang-jarang loh ada sesi bersama Kang Maman mengingat beliau sibuk. Kemarin gratis pula, hehe. Semoga tahun depan bisa turut meramaikan ya, untuk tahun ini bisa menikmati tulisanku saja. 🙂

      Like

  10. Pas yang kahoot juga gereget Pak 😂
    Tapi memang gereget banget itu tiap-tiap penyampaian narasumber, karena bervitamin semua. Terlebih lagi ada reminder bahwa dengan kolaborasi semua jadi mudah ya. Semoga tahun depan bisa kontribusi lagi, aamiin

    Like

    1. Iya, betul banget. Pas sesi kahoot aku merasa sudah gercep, tapi tetap kalah gesit, haha. Pokoknya BloggerDay 2021 memang beda. Walau dihelat secara daring, tapi manfaatnya enggak kaleng-kaleng. Aku beneran jadi cari ilustrator untuk bantu menghiasi calon bukuku, meniru Kang Maman, hehe.

      Like

  11. Wah nolak 400 juta dan 75 juta demi integritas? Mantap nih salut saya. Setuju banget mending pilih jalan pantas bukan jalan pintas. Anyway soal Obama yg pernah kerja di toko es krim aku juga baru tahu. Hebat ya sampai akhirnya bisa jadi presiden AS. Keren2lah acaranya blogger crony di blogger day

    Like

    1. Keren banget, Mbak Dian, acara BloggerDay 2021 awa Maret lalu. Mbak Dian enggak ikutkah? Benar-benar menginspirasiku, jadi tahu mana prioritas yang mesti dikejar terutama di era serbadigital sekarang.

      Like

  12. Tulisannya panjang namun enak dibaca dan gak bosenin. Bagus sekali ya prinsip Kang Maman tidak tergoda uang 400 juta dan 75 juta kalau tidak sesuai hati nurani.

    Waah selamat ya mas menang double di acara ulang tahun blogger crony

    Like

    1. Terima kasih, Mbak Nunung, sudah mau mampir dan membaca sampai selesai. Semoga kita bisa meniru integritas para pembicara ya, bisa berkarya dalam bidang apa pun. Yuk ikut juga tahun depan!

      Like

  13. wuah si kecil dapat portable lamp
    aku dapat totebag dari ayko porjects
    yey senengnyaaaaaaa
    aku paling seneng pas virtual tour
    kayak tour beneran akutuh hahaha

    Like

    1. Semua sesi menyenangkan ya Kak Rhos, anak-anak dan keluarga bisa terlibat, terutama virtual tour dan sesi parenting bareng Teh Ifa yang keren, sayang sekali waktunya terbatas.

      Like

  14. Akhirnya bisa ikut serta menyerap lengkap seluruh manfaat rangkaian acara bloggerday 21 bersama bloggercrony meski ‘hanya’ melalui tulisan ini.

    Saya tau acara ini dari cuitan2 yang lewat TL twitter dan seneng banget akhirnya nemu tulisan lengkapnya di sini.

    Acaranya super duper kece ya. Meski ngga ikut kebagian hadiahnya, saya ikut tertular semangat positifnya. Temanya pas dan sesuai dengan problem kekinian.

    Ah, ya! Akhirnya juga, ada yang sejalan dengan ‘ketidaknyamanan’ saya dengan konsep reward n punishment. Menurutku cara ini emang kurang cocok untuk menumbuhkan kesadaran anak (dan dewasa) dari dalam.

    Ah, semoga tahun depan bisa ikutan acara sekeren ini.

    Like

    1. Alhamdulillah ya Kak bisa memetik manfaat dari sepenggal tulisan saya tentang BloggerDay kemarin. Saya pun terhenyak dan berkaca, ternyata banyak hal yang mesti diperbaiki. Semoga tahun depan kebagian kuota ya, isnyaallah lebih seru.

      Like

  15. Langsung jatuh cinta sama opening quote nya. Bener, sih. Kriteria kaya dan mampu setiap orang kan beda-beda. Dan aku setuju bnget sama kang maman perihl branding dan identitas

    Like

  16. wah mas rudi, seru banget ceritanya
    ada kak idfi juga ya mas
    ah jadi iri deh, hehe
    daftar Blogger Day tapi nggak keangkut, hehe

    Like

  17. Berfaedah banget acara Blogger Day nya ya Bang,, diskusi ttg menulis,, virtual tour, sampai ke tantangan pembelajaran jarak jauh,, tgs ortu menggiring anak ke kesadaran ya, bukan hanya kepatuhan, noted, tfs Bang

    Like

  18. Acaranya keren banget ya Mas… Sayang sekali aku gak bisa ikutan… Dari tulisan ini setidaknya aku jadi ada gambaran seperti apa wawasan & keseruan yg dibagikan di BCC Blogger Day kemarin. Berbobot banget materinya. Bisa jadi reminder juga nih soal integritas, kolaborasi, dll.

    Like

    1. Saya beruntung bisa tergabung dalam BloggerDay 2021 bersama 99 peserta lain, Kak Noor. Berbobot isinya, tapi berat aplikasinya. Semoga tahun depan Kak Noor bisa berpartisipasi ya. Sama-sama belajar dan saling menguatkan.

      Like

  19. Nggak banyak orang yang seperti kang maman. Menolak uang segedhe itu untuk sebuah integritas. Kebanyakan orang-orang malah lebih memilih uang lalu ya begitulah. Kekhawatiran bahwa tulisan akan didikte seperti keinginan sang pemilik dana kadang tak terpikirkan lagi.

    Tapi tentu, kita berharap sekali menulis dan mendapatkan sesuatu yang layak. Asal menulisnya dari hati berdasarkan apa yang terjadi atau apa yang kita rasakan. Karena menulis dari hati dan jujur akan lebih berkesan.

    Like

    1. Benar, Kak Yun. Saya pribadi pun belum tentu sanggup mengahadapi tawaran menggiurka sebesar itu. Apalagi saat pandemi begini kan, uang sangat dibutuhkan. Namun ya coba deh aku tiru dari hal-hal kecil, misalnya memilih kampanye produk untuk ditulis–mestinya sih bisa ya kalau serius dan mau belajar. Biar berkesan dan berkah kan kalau menulis dari hati terdalam?!

      Like

Tinggalkan jejak

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s