Walau lahir dan besar di Jawa, saya akhirnya menyukai tradisi khas Sunda. Bukan hanya kekayaan kopi dan rempah yang membuat Bumi Pasundan memesona, tapi juga jenis permainan Sunda dengan ciri tradisional sehingga membuat kami betah tinggal di Bogor selama 11 tahun. Meskipun Bunda Xi dilahirkan di Jakarta, tapi darah Sunda mengalir dalam dirinya sebab sang ayah berasal dari Majalengka sementara ibunya berasal dari Jogja.
Ketika Jawa Barat menyabet juara umum pada PON XX Papua 2021, memori kami kembali terketuk untuk menuturkan hal-hal unik tentang budaya Sunda. Lebih-lebih ketika pandemi menyerang dunia hingga tahun kedua, mengorek kenangan menjadi hiburan dengan sensasi tersendiri lantaran badan tak bisa meninggalkan rumah.
Di antara deretan kenangan, permainan tradisional muncul ke permukaan memori sebagai perimbangan anak-anak Gen Z atau zillennial yang lebih familier dengan online game sebab lebih praktis untuk dimainkan di smartphone atau gawai lainnya. Tak bisa dimungkiri online game memang sangat mengasyikkan karena tampilan visual memikat dan bisa dimainkan dengan leluasa, di mana saja, sendiri atau ramai-ramai.
Namun bermain game di depan layar punya dampak yang harus diwaspadai. Selain radiasi ke mata, interaksi sosial nyaris tak didapatkan dalam online gaming. Maka sesekali perlu dilakukan permainan masa kecil seperti permainan tradisional Sunda yang sebenarnya tak kalah menarik untuk dinikmati bersama teman-teman.
Jenis permainan Sunda yang melegenda
Selain merawat khazanah budaya Nusantara, melakukan permainan tradisional juga memberi anak kesempatan bersosialisasi dengan teman sebaya yang sangat penting untuk perkembangan emosi mereka. Lewat permainan tradisional, anak-anak bisa belajar tentang semangat bekerja sama, kesabaran, ketangkasan, dan bahkan strategi agar bisa menang.
1 | Cingciripit
Aturan main Cingciripit sangat mudah dan sederhana. Permainan ini biasanya dilakukan untuk mencari orang yang jaga atau dalam bahasa Sunda disebut emeng (kucing). Dengan demikian permainan baru punya anak yang berjaga tanpa bingung memilihnya.

Dalam Cingciripit semua pemain berkumpul membentuk lingkaran lalu seorang pemain membuka telapak tangan sehingga para pemain lainnya bisa meletakkan ujung jari di atasnya. Para pemain kemudian menyanyikan Cingciripit dan ketika lagu berakhir, semua harus menarik telunjuknya agar tidak tertangkap dalam telapak tadi.
Siapa yang terlambat mengangkat telunjuk (tertangkap telapak yang menutup), dialah yang jadi kucing atau siap berjaga pada permainan berikutnya. Meski berbeda permainannya, saya teringat wo dowo dalam permainan Jawa semasa kecil untuk menentukan siapa yang jadi.
2 | Oray-orayan
Oray-orayan sangat menarik karena memadukan unsur gerak dan lagu pada saat bersamaan. Pemain yang terlibat pun bisa cukup banyak. Aturan mainnya: dua pemain didapuk sebagai bulan dan bintang tapi statusnya dirahasiakan. Mereka membentuk gerbang dengan menautkan kedua tangan masing-masing. Pemain lainnya berbaris menyerupai kereta dan berjalan memasuki gerbang seraya menyanyikan lagu “Oray-orayan”.
Saat lagu berkumandang, bulan dan bintang bisa menurunkan tangan mereka untuk menangkap satu pemain dalam barisan. Pemain yang tertangkap lalu diminta memilih ikut bulan atau bintang. Ia lantas berbaris di belakang pilihannya. Nah, jika pemain dalam barisan habis, maka kubu bulan dan bintang akan beradu kekuatan dengan saling menarik tangan mirip permainan tarik tambang. Seru kan?
3 | Galah asin
Galah asin mirip dengan gobak sodor di mana dua tim yang terdiri dari tiga sampai tujuh pemain bertanding. Satu tim menjadi penjaga dengan berdiri sejajar dan ada pula yang berdiri melintang guna mengamankan garis depan hingga belakang. Lalu tim lain harus masuk ke area permainan yang telah dijaga ketat tentu saja tanpa tersentuh atau tertangkap oleh penjaga. Galah asin sangat menarik karena menuntut kegesitan dan olah fisik.
4 | Gatrik
Gatrik dikenal juga dengan nama Tok Kadal Lobang di Jakarta dan sekitarnya atau Bentik di Jawa Timur. Dalam permainan ini dibutuhkan dua bilah kayu atau bambu, satu berukuran panjang dan satu lagi berukuran pendek. Aturan main pun cukup mudah: potongan kayu/bambu yang pendek diposisikan melintang pada permukaan dua buah batu atau di mulut cekungan/lobang. Salah satu pemain harus memukul atau mengungkitnya agar batang pendek melayang sejauh mungkin. Intinya, pemain lawan jangan sampai bisa menangkap bilah pendek tersebut.

Melihat jenis permainan Sunda ini kita seolah kembali ke masa kecil ketika belum banyak tanggung jawab dan sehari-hari hanya diisi dengan bermain bersama teman. Memang begitulah keindahan masa kanak, yang mestinya dinikmati pula oleh anak zaman sekarang agar tak selalu mengakrabi gawai.
Orangtua mesti memberikan kesempatan bagi anak untuk mengenal permainan tradisional seperti jenis permainan Sunda ini sehingga tradisi lokal tak akan terlupakan. Tak perlu waswas jika pakaian anak harus kotor karena lumpur atau keringat setelah bermain. Kini ada Rinso Active Fresh yang menjadi detergen andalan di rumah karena dilengkapi dengan Deo-Fresh Technology dan kesegaran Yuzu dan Mint sehingga akan memastikan pakaian terbebas dari bau keringat hingga 24 jam.
Dengan pakaian yang terus segar bahkan ketika mereka berkeringat, anak-anak bisa lanjut belajar banyak dari permainan tradisional, mulai dari kerja sama, ketekunan, strategi, kejujuran, dan kebersamaan. Berikan waktu seluas-luasnya agar anak menikmati serunya permainan tradisional tanpa takut kotor-kotoran sebab mereka belajar sambil bermain dan bereskplorasi.
Adakah BBC Mania punya kenangan tentang permainan tradisional saat masih kecil dulu?