Kekuatan Mantra dan Ide: Catatan Ngeblog Satu Dekade

asus

Tangis saya pecah di depan sahabat yang datang menjenguk. Di tengah kecemasan yang mencekam, saya tak bisa menyembunyikan kesedihan melihat Bumi, anak bungsu kami, terbaring lemah di ruang HCU. Alat EKG terus berbunyi, menemani perjuangan jantungnya yang naik turun.

Pagi itu, Bogor yang sejuk tak mampu menenangkan hati saya dan istri yang kalut. Bumi yang biasanya penuh energi sudah dua hari berjuang melawan penyakit yang belum diketahui. Tiba di rumah sakit, kondisinya sangat mengkhawatirkan, dengan napas tersengal di balik masker oksigen dan berbagai alat medis yang terpasang di tubuhnya.

Meski transfusi darah sudah dilakukan, belum ada tanda-tanda kemajuan. Berkali-kali perawat berjuang mengambil sampel darah untuk diagnosis, tetapi selalu gagal. Tangisan dan doa menjadi teman setia kami di hari-hari yang penuh ketidakpastian.

Melihat Bumi berjuang, hati saya hancur sebab tak bisa berbuat apa-apa. Tahun 2016 jadi momen yang selalu kami kenang sebagai tahun perjuangan. Setelah berhasil membayar biaya kamar HCU yang mahal, terutama untuk oksigen, kami harus berdamai dengan kemalangan serupa pada tahun berikutnya.

Ujian saat anak sakit; ternyata pindah sakit berluang

Awal tahun 2017 Bumi kembali dirawat inap, tak lama setelah kami pindah ke Lamongan. Selain infeksi virus, konon itu reaksi sebab perubahan cuaca yang ekstrem. Bogor yang sejuk sepanjang hari sangat kontras dengan Lamongan yang panasnya tak tertahankan. Kami pun semakin menyesali keputusan untuk pindah ke kota kelahiran saya karena kami sudah sangat betah dan nyaman tinggal di Bogor.

Saya kemudian terpekur dan bertanya-tanya dalam hati, “Oh, Tuhan, apa maksud semua ini?” Kalau mau berprasangka, rasanya segala kepedihan harus kami tanggung sementara orang lain atau bahkan saudara kami sendiri diliputi berbagai kemudahan.

Kenapa menyesal pindah?

Jujur, saya dan istri enggak betah di tempat baru. Kalau bukan karena ibu, saya sudah lama menyerah. Memang, kepindahan kami ke kampung halaman semata demi ibu yang sudah sepuh. Setiap kali mudik lebaran, hampir pasti kami ditanya soal rencana pindah ke Lamongan.

Jangankan istri yang lahir dan besar di Jakarta, saya yang lahir dan besar di kota ini saja rasanya tak sanggup melanjutkan hidup. Pengalaman di perantauan telah membuka mata saya pada perbedaan nilai-nilai sosial, budaya, dan stigma yang ada di sini, membuat saya seolah tak mampu menjalaninya. Pikiran saya jadi buntu dan sumpek.

Mungkin kepulanganku adalah sebuah kesalahan. Sebagai perantau, kembali ke kampung halaman bisa jadi adalah pilihan yang salah. Seharusnya aku tetap di Bogor, di mana peluang kerja lebih banyak dan mencari nafkah lebih mudah. Pikiran ini terus menghantuiku.

Kali lain senandika menyerang: “Kamu yang sekarang merasa suci, merasa lebih baik, merasa tak pantas berada di tempat yang tidak sesuai menurut kamu, jadi apa maumu? Hati jadi makin remuk, hancur berkeping-keping. Limbung, tak tahu harus ngapain. Saya tergoda untuk memprotes: God, what is that you want? I can’t bear it any longer.

I don’t belong here! I believe I really don’t. Adaptasi di lingkungan baru—yang notabene kampung halaman sendiri—ternyata lebih sulit dari yang saya bayangkan. Kenangan tentang Kota Hujan dan sahabat-sahabat begitu kuat berkelindan. Saya merasa benar-benar tak cocok berada di lingkungan baru. Sejuknya Bogor dan sudut-sudut jalannya yang penuh memori sulit dihapuskan dari memori. 

Di Lamongan, enggak ada kenalan baru yang menarik. Di grup perumahan pun sama saja. I don’t enjoy their jokes. I can’t entertain every notion of their frivolity. I don’t fit the society. Gee, I guess I just don’t belong to the neighborhood, nor to the city. Pokoknya bingung dan nge-blank; pikiran terkatung-katung dan hati penuh kemarahan.

Blogging bikin rupiah gemerincing 

Yang paling pokok, tentu saja urusan rezeki atau cari cuan. Mau melamar kerja, usia sudah ketuaan. Namun kalau membuka usaha, tak ada modal. Akhirnya saya menggeluti blogging sebagai salah satu pendulang uang. Sungguh tak terbayang jika saya kemudian mengandalkan blog sebagai pundi-pundi rezeki. Tentunya disokong sedikit tabungan yang masih tersisa.

Ngeblog pakai ASUS laptop, mendukung mobilitas dan kreativitas

Jadi bloger rupanya jadi pilihan tepat sebab profesi ini sudah saya geluti sejak lama–kalau memang boleh disebut profesi. Blogging saya pilih sebab sejak pindah ke Lamongan saya praktis punya banyak waktu. Berbeda dengan di Bogor saat saya masih mengelola penerbitan dan sibuk jualan wingko.

Penerbitan sempat saya jalankan sebentar, tapi prospeknya kurang menggiurkan lantaran pergantian alamat penerbit dari Bogor ke Lamongan berpengaruh cukup signifikan. Produksi wingko juga kami hentikan sebab di Lamongan sudah menjamur produsen wingko. Kami belum tahu celah dan medan persaingan yang sekiranya menguntungkan. Pun harga jualnya tak setinggi di Bogor.

Kilas balik sebagai bloger

Saya ikut-ikutan ngeblog sejak 2006 di platform multiply.com. Waktu itu belum berani menyebut diri seorang bloger sebab belum konsisten mengunggah konten. Tahun 2007 kenal blogger.com, lalu saya tergoda membuat blog di platform milik Google tersebut. Tulisan yang saya buat cenderung ala kadarnya, baik topik maupun gaya penyampaian.

Barulah tahun 2011 saya mulai serius ngeblog. Atas provokasi seorang eks-rekan kerja yang terlebih dahulu produktif di WordPress (WP), saya pun migrasi ke sana. Saya menikmati proses menjadi bloger kendati blog masih gratisan. Ekosistem dan persahabatan antarbloger kala itu sangat solid, terbukti dari ketekunan berkunjung dan meninggalkan komen juga dukungan dalam banyak hal—termasuk menggalang dana bagi teman yang terkena musibah. 

Ikut lomba, selalu kalah

Dari blog WP gratisan inilah saya mengenal para bloger jadul seperti Nchie Hani, mendiang Pakde Cholik, Om NH, Bang Aswi, Lidya Fitrian, Myra Anastasia, Ani Berta, Noorma, dan banyak lagi lainnya. Blog baru ini bikin saya keranjingan update konten. 

Selain karena saat itu saya menjadi freelancer yang bekerja di rumah pascaresign karena sakit, interaksi dengan bloger dari seluruh Indonesia sangat membesarkan hati. Punya teman baru dari berbagai daerah—juga kebiasaan bertukar hadiah lewat giveaway atau kopdar—sungguh tak ternilai harganya.

Tahun 2011 pula saya mulai memberanikan diri ikut berbagai blog contest berhadiah mentereng, mulai tablet hingga ponsel BlackBerry yang saat itu sangat bergengsi. Namun kenyataan pahit mesti saya reguk sebab hingga tahun 2013 (dua tahun berselang), tak satu pun kemenangan saya dapatkan. Hati menciut karena keburu mengharap hadiah demi berkepulnya dapur kami. 

Belajar dan ikhtiar, kemenangan mengalir lancar 

Secercah harapan mulai berpendar pada awal Oktober 2013 ketika resensi buku Labirin Rasa karya Eka-Sir Situmorang berhasil menggondol juara dua dengan hadiah sebuah Windows Phone yang keren banget. Lalu pada November 2013 sebuah Windows Phone lagi saya dapatkan dari lomba blog tentang book trailer karya Evi Sri Rezeki. 

Saya pikir, ternyata blog gratisan pun bisa dimanfaatkan untuk mendulang cuan. Waktu itu saya belum kenal Adsense atau cara monetisasi lainnya, jadi ikut lomba jadi jalan ninja untuk berburu rupiah. Yup, semua hadiah memang langsung saya lipat—meminjam istilah Bunda Yati—yaitu dijual agar jadi lembaran rupiah yang bisa dilipat dalam dompet.  

Sebagai pekerja lepas tanpa gaji bulanan, jalan apa pun yang bisa mendatangkan uang praktis saya kerjakan. Ini karena orderan mengedit atau menerjemahkan buku tidak selalu ada. Jadi berburu berkah lewat tulisan yang diunggah jelas sangat menyokong kebutuhan keluarga. 

Saya baru menyadari bahwa ternyata banyak hal yang belum saya kerjakan untuk bisa memikat hati juri agar jadi pemenang. Lambat laun saya pelajari tulisan para jawara sampai saya menyusun Tips Menang Lomba Blog dengan Cara SIMPLE ala saya sendiri.

Sejak 2013 hingga 2015 kegiatan blogging memang kian semarak. Saya mengenal lebih banyak bloger yang berdampak pada bertambahnya pundi rezeki, baik berbentuk uang maupun ilmu atau pengalaman. Karena rajin ikut lomba dan belajar dari kesalahan, saya kembali mendapat hadiah berupa tiga smartphone: satu Andromax dari Emak Gaoel (Oktober 2015), satu ponsel Acer dari penerbit Gagas Media (Desember 2015), dan satu ASUS Zenfone dari Mbak Uniek (Juli 2016).

Gairah ngeblog semakin membuncah ketika Agustus 2016 saya putuskan membeli domain TLD agar blog terlihat semakin profesional. Alamat blog yang lebih pendek memang menguarkan kesan bergengsi, termasuk saat ikut lomba. Dari sini saya terus ikut lomba demi lomba, yang akhirnya membukukan 60+ kemenangan sebagaimana terlihat di Keranjang Hadiah.

Kalau ingin jadi full-time blogger

Sepanjang 2016 saya semakin aktif menulis dan ikut lomba blog. Sebagian menang, tapi lebih banyak juga berujung kekalahan. Jadi jangan hanya melihat sisi enaknya. Namun tetap disyukuri sebab blog TLD mulai mendatangkan tawaran sponsored post alias tulisan berbayar. 

Sebagaimana saya sebut di awal, hingga pindah ke Lamongan pun blogging masih saya tekuni bahkan semakin gencar sebab saya memutuskan jadi full-time blogger. Bedanya lomba blog kini semakin jarang, dan kalaupun ada, agak sulit keluar sebagai pemenang karena berbagai alasan. 

Nah, berdasarkan pengalaman saya pribadi yang sekarang jadi bloger penuh waktu, ada setidaknya sembilan hal yang perlu diperhatikan agar tidak salah langkah sebelum menjadikan blogging sebagai penghasilan utama.

1 | Siapkan dana cadangan

Memulai karier sebagai bloger penuh waktu sama seperti membangun bisnis lain, butuh jaring pengaman berupa dana darurat. Blogging memang bisa mendatangkan penghasilan, tapi prosesnya tidak selalu cepat. Kita perlu modal untuk bertahan sebelum menuai hasil dari blog yang kita kelola. Ada kalanya, kesabaran kita diuji, terutama saat pembayaran tak kunjung tiba.

2 | Mau belajar dan praktik

Jumlah full-time blogger memang tak sebanyak part-time blogger, tapi bisa dipastikan bahwa persaingan sungguh ketat. Hampir semua bloger ingin mencicipi gurih rupiah atau bahkan dolar dari kegiatan ngeblog. Agar bisa bersaing, terutama dalam blogging competition, kita harus mau menyisihkan waktu untuk belajar terus-menerus. 

Bukan cuma belajar tentang blogging secara teknis, tetapi juga keterampilan-keterampilan lain yang mendukung seperti desain grafis, komunikasi, storytelling, fotografi, dan bahkan videografi. Yang lebih penting: praktik! 

Jangan sibuk ikut workshop ini itu, tapi tidak sekali pun dipraktikkan. Itu kesalahan fatal. Hanya sibuk ikut pelatihan atau Zoom meeting gratis tapi tidak pernah dicoba secara langsung. Dengan praktik, kita jadi tahu sisi mana kita yang masih lemah dan mana yang sudah bagus. 

3 | Jalani proses

Semua butuh proses, jadi tak ada ceritanya kita bikin blog hari ini lalu besok bakal panen duit. Berbeda kasus kalau kita seorang artis atau selebgram yang punya basis pembaca loyal sehingga trafik tinggi. Harus dipahami bahwa keuntungan blogging baru bisa dinikmati lewat proses ‘panjang’ dan dinamis. Saya tandai kata ‘panjang’ sebab masing-masing bloger bisa berbeda tergantung effort dan ketekunannya berproses.

4 | Manajemen keuangan

Bahkan ketika blog sudah menghasilkan, jangan lupa bahwa pencairan fee butuh waktu; tidak satset sesuai keinginan. Biasanya brand atau pemberi kerja menjanjikan pembayaran fee antara 2 hingga 6 minggu. Bahkan ada yang berbulan-bulan. Lomba blog pun butuh waktu pengiriman hadiah atau pentransferan uang tunai. Inilah pentingnya punya dana darurat dan keterampilan mengelola keuangan. Selagi terima banyak, jangan langsung dihabiskan. Sebagian perlu disisihkan sebagai dana cadangan.

5 | Konsisten

Konsistensi adalah kunci keberhasilan dalam hal apa pun, termasuk blogging. Kata Aristoteles, “Kita dibentuk oleh apa yang kita kerjakan secara berulang-ulang. Keunggulan, dengan demikian, bukanlah sebuah tindakan, melainkan kebiasaan.” Atau menurut Dwayne Johnson, “Kerja keras yang konsisten akan membawa kita menuju kesuksesan. Kehebatan akan mengikuti.

Bloger yang menikmati privilese dalam berbagai bentuk, baik honor jutaan sekali posting maupun aneka produk mahal, bisa dipastikan adalah orang-orang yang telah berjuang secara konsisten, termasuk mengalahkan kemalasan. Bukan cuma konsisten menulis, tetapi upgrade kemampuan sesuai kebutuhan zaman.

6 | Punya ciri khas

Lagi-lagi jumlah bloger begitu banyak, semuanya bersaing di blogosphere–entah demi popularitas atau penghasilan. Jadi pastikan punya penanda yang khas, personal branding yang membuat kita mudah dikenali secara luas, baik oleh Google maupun sesama bloger serta pembaca umum. Gaya bernarasi, infografik, foto, video, dan bahkan layout blog bisa jadi pembeda atau ciri khas.

7 | Going the extra mile

Untuk menarik perhatian pembaca, search engine, dan calon pemberi kerja, kita mesti punya upaya peningkatan kinerja. Selain rajin menulis, penerapan copywriting yang efektif dan optimasi SEO, serta desain dan template blog premium bisa mendongkrak performa yang produktif.

8 | Berjejaring

No Man Is an Island,” adalah kutipan yang kerap disitir banyak orang. Judul buku karya penyair Inggris John Donne ini menegaskan bahwa kita tak mungkin bisa hidup sendiri. Termasuk dalam mengais rezeki, kita bergantung pada orang lain. 

No Man Is an Island,” adalah kutipan yang kerap disitir banyak orang. Judul buku karya penyair Inggris John Donne ini menegaskan bahwa kita tak mungkin bisa hidup sendiri. Termasuk dalam mengais rezeki, kita bergantung pada orang lain. Contoh mudah, sebuah blog tak akan bisa berdiri tanpa pembaca yang mengunjunginya.

Bangun jaringan dan aktiflah berkontribusi | Pixabay/Pexels.com

Yang jelas kita tak mungkin bisa sukses tanpa dukungan orang lain. Pasti ada titik ketika kita membutuhkan uluran tangan orang lain agar pintu kesuksesan terbuka bagi kita. Kekuatan networking atau jaringan akan mengantarkan kita pada peluang dan berbagai kemungkinan yang tak terbayangkan seandainya kita bergerak sendirian.

Saya sendiri ikut beberapa komunitas saat ini. Komunitas sedekah Jumat dan komunitas bloger Jatim yaitu Cak Kaji. ikut komunitas tak menggaranasi kita dapat job atau cuan, tapi setidaknya ada peluang berkembang dan dari berbagai kegiatan yang kita ikuti kerap muncul tawaran di luar bayangan.

Kekuatan silaturahmi itu nyata. Saat diminta mengajak beberapa rekan bloger untuk liputan acara KPU Jatim akhir tahun lalu, saya tentu melirik circle teman-teman terdekat lebih dulu. Baru kalau kurang, saya mengajak teman lain. Dengan catatan teman yang kita ajak punya track record yang memuaskan. Tidak lambat soal tenggat dan punya effort saat menulis–tidak sekadar menggugurkan kewajiban.

9 | Punya idealisme

Entah sudah mapan atau belum, bloger harus punya nilai-nilai yang ia yakini sejak awal. Nilai-nilai ini akan menjadi semacam kompas yang memandunya agar tidak menghalalkan segala cara dalam memetik keuntungan lewat blogging. Bisa jadi kita akan didekati oleh tim dari tokoh busuk yang ingin dinaikkan atau dijaga pamornya. Atau mungkin saja datang tawaran menggiurkan dari perusahaan yang aktivitas bisnisnya telah membahayakan lingkungan dan kemanusiaan secara umum. 

Beranikah kita menolak dengan mengorbankan hilangnya penghasilan jutaan? Termasuk: maukah kita menuliskan sesuatu walaupun tak dibayar semata-mata karena itu benar dan mewakili kebutuhan khalayak? Nilai bloger sejati diuji di sini.

Luck booster: syukur dan berbagi

Kita kerap merasa terpuruk akibat terlalu fokus pada penderitaan yang kita alami. Padahal jika kita mau bergerak untuk melihat kehidupan orang lain, niscaya akan banyak alasan untuk bersyukur. Tak jarang kita merasa begitu malang saat musibah atau hal tak mengenakkan menimpa kita secara bertubi-tubi–tepat seperti yang saya pernah lalui.

Belum juga kering luka dari problem A, datanglah masalah B dan C seketika seolah-olah hidup hendak menghancurkan kita. Sampai kita tergoda untuk berujar lirih, “Ya Tuhan, hidupku begini amat!” sebab apa yang kita INGINKAN rasanya semakin jauh-jauh dari kenyataan.

Ada kutipan anonim yang menyebutkan, 

Aku menangis karena tak punya sepatu. Lalu aku berhenti menangis ketika melihat orang tak punya kaki. Hidup ini penuh dengan anugerah; kadang kitalah yang buta sehingga tak bisa menghargainya.”

Sebelum memandang hidup dengan kemarahan, cobalah ingatkan diri. Ketika masalah kita dirasa terlalu besar, nyatanya ada orang lain yang problemnya jauh lebih mengerikan. Yang kerap terlupa adalah bahwa kondisi kita saat ini–yang begitu semangat kita keluhkan–ternyata menjadi dambaan banyak orang di luar sana.

Jadi soal mengeluh atau bersyukur, akhirnya adalah soal pilihan yang kita ambil. Tak ada yang ideal di dunia, apalagi sempurna. Mengubah perspektif dan meluaskan pandangan sering kali bisa menciptakan keajaiban luar biasa.

Itulah yang saya dan istri rasakan ketika kami menghidupkan lagi Bright English Institute yang berganti menjadi Saung Literasi sejak Agustus 2018. Ini menjadi semacam titik balik di mana semangat yang hampir padam kembali berkobar.

Saung Literasi pembawa rezeki

Di gazebo mini di depan rumah kami, anak-anak sekitar datang setiap pekan untuk ikut dalam kegiatan gratis, mulai dari belajar bahasa Inggris hingga berproses mencintai buku-buku. Membaca dan menulis, juga mengembangngkan imajinasi. Saya yakin dari sinilah keberuntungan demi keberuntungan–termasuk menang lomba blog–saya dapatkan.

Keceriaan anak-anak itu telah membawa keberkahan bagi keluarga kami. Inilah yang saya sebut sebagai luck booster atau pendongkrak keberuntungan. Misalnya dalam sebuah lomba blog yang diselenggarakan oleh sebuah operator seluler terkemuka Indonesia, saya berhasil memboyong sebuah 3-in-1 laptop portabel yang bisa menjadi tablet lipat, layar presentasi, dan tentu saja laptop. 

Saya yakin tulisan yang dinilai oleh juri begitu banyak dan menarik dari segi kisah maupun penceritaan. Dari sekian cerita yang bagus itu, tulisan saya tiba-tiba memercikkan pesona tersendiri kepada pikiran juri sehingga artikel saya keluar sebagai juara pertama. Hati juri digerakkan oleh Tuhan untuk memilih tulisan saya gara-gara Saung Literasi. 

Tak terkecuali saat saya memenangi lomba berhadiah kamera mirrorless, bluetooth headset premium, dan belasan juta rupiah dari aneka lomba lainnya. Oke, saya sudah menulis secara all-out, tetapi tulisan itu mendadak memancarkan pesona istimewa di mata juri sehingga terpilih dalam deretan Top 5 misalnya. Dan akhirnya menang!

Berbagi air bersih saat Lamongan mengalami kelangkaan air pada 2018

Jadi, effort memang wajib optimal untuk bisa menembus sekian posisi teratas, lalu biarkan luck booster pun bekerja. Luck booster saya bisa jadi Saung Lieetrasi dan NBC (Nasi Bungkus Community) di mana saya membagikan nasi setiap pekan hingga air bersih lalu memvideokan proses distribusinya, jadi apa pendongkrak keberuntunganmu, Kawan?

Kridha ambuka gatra: sebuah mantra!

Menurut pengalaman saya tinggal di Lamongan selama delapan tahun terakhir, ada mantra yang saya rawat dan hidup-hidupkan. Satu frasa ini telah menjadi bagian dari perjalanan blogging saya setelah “mengeluh” tidak betah saat kali pertama pindah.

Momentum percikan api itu saya dapatkan ketika berkunjung ke Ponorogo untuk mengikuti Kelas Inspirasi pada Agustus 2019 silam. Saya berkesempatan bertemu kepala sekolah SD tempat saya mengajar. 

Dengan kostum khas reog, ia berbicara dengan suara lantang saat menyambut kami para relawan sebelum kami memasuki ruang kelas. Busana serbahitam yang dikenakannya memancarkan kepercayaan diri sekaligus kewibawaan. 

Kridha Ambuka Gatra! Itu yang bisa kita baca di panggung sebelah sana.” 

Lebih lanjut beliau menuturkan maksud dari ungkapan Jawa tersebut. “Kalimat ini menekankan pentingnya bekerja. Seseorang harus mau melakukan sesuatu untuk menciptakan peluang.” Kridha artinya kerja, ambuka berarti membuka, dan gatra adalah peluang. Itu yang bisa saya catat dan ingat.

Kridha ambuka gatra; nantikan keajaiban beraksi!

Dari situlah saya lantas menulis semacam kredo yang menjadi patokan sampai kini. Saya merumuskannya setelah mendapatkan beberapa kemenangan lomba menulis blog. Agar tidak jumawa atau sibuk menepuk dada. 

Hidup bukan soal kesempurnaan, melainkan pengabdian sesuai kemampuan.

Bukan soal kemudahan, tapi kenikmatan memperjuangkan setiap pilihan

Bukan soal nama besar atau penghormatan, tapi keberanian mengambil peran dan memberi arti bagi perbuatan

Bukan soal rupawan, melainkan keikhlasan

Bukan soal prestasi, tapi sumbangsih dan aksi

Bukan tentang gengsi, melainkan fungsi dan kontribusi

Hidup bukan soal menjadi, tetapi usaha untuk terus berbagi.

Bukan soal kebanggaan memiliki, tapi keajegan memberdayakan potensi

Hidup bukan kompetisi untuk mengalahkan, tapi sinergi untuk saling menguatkan

Hidup berarti upaya, bukan hasil semata-mata.

Banyak teman mengiri dan penasaran apa rahasia kemenangan saya dalam berbagai kompetisi menulis, baik blogging mupun resensi buku. Dengan mantap saya jawab, “Kirim tulisan!” Kita wajib menuntaskan tulisan agar tercipta peluang menang. Do something, lakukan sesuatu! Ikutlah dengan mendaftar. Kalau tak ikut, mana mungkin ada peluang menang? Dengan ikut lomba, setidaknya kita punya kans menang dan kalah, sedangkan tak ikut berarti pasti kalah.

Begitupun di ranah yang lain. Harus ada upaya konkret agar perubahan terjadi. Pada usia 43 tahun, sekarang saya mengajar bahasa Inggris di tiga tempat sekaligus. Tentu masih aktif menulis, ngeblog, dan menyunting buku secara freelance saat ada pesanan. Hasilnya tak besar, tapi saya percaya keajaiban dari Tuhan. Lebih-lebih punya duo remaja yang tahun ini sama-sama mengenyam pendidikan SMP.

Tak pernah lagi saya repot memikirkan apakah di mata orang lain saya terlihat sibuk atau benar-benar sibuk. Yang penting apa yang saya kerjakan menghasilkan uang agar dapur keluarga terus berkepul. Saya merasa bermartabat dengan terus berbuat. Salah satunya lewat Saung Literasi dan NBC tempat saya menemukan kemerdekaan diri dan obat segala kekalahan.

Kalau teman-teman memang ingin serius ngeblog atau menggeluti hal apa pun, saya sarankan kerjakan sekarang juga apa pun yang dibutuhkan sesuai ditargetkan. Tak ada cara lain kecuali beraksi! Dari tindakan itu lama-lama akan muncul peluang, yakinilah! Tentunya dibarengi dengan belajar secara sabar.

Saya ingat Septi, sobat bloger asal Gresik, yang tak henti berterima kasih karena saya lecut dengan mantra sederhana ini. Terbrukti dengana berani berbuat, akhirnya dia memanen manfaat.

Berkat keberanian, terbitlah kemenangan!

Bukan hanya menjadi juara favorit dalam Anugerah Pewarta Astra yang sangat bergengsi, Septi juga menjadi juara dalam Lomba Blog Pendidikan Keluarga 2019 yang digelar oleh Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan Masyarakat (Dikmas) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI.

Sungguh bikin saya kemecer karena selain uang tunai Rp4.000.000, dia juga diterbangkan PP Jakarta – Surabaya secara cuma-cuma. Bisa menghadiri Apresiasi PAUD dan Pendidikan Keluarga di Nusa Indah Theater, Balai Kartini Jakarta Selatan adalah momen langka.

Dia juga meraih posisi 1 dalam Lomba Blog Proyek Akhir Aksi Nyata Kita “Melawan Kekerasan Berbasis Gender” oleh Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI tahun 2020. Dan masih banyak lagi, termasuk juara harapan 1 dalam Lomba Karya Tulis Jurnalistik untuk kategori Umum oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Timur tahun 2024 kemarin.

Ide dan filosofi kaca pembesar

Ibarat sebuah kaca pembesar, kita bisa menggunakannya untuk membakar seikat rumput. Energi panas yang terpancar dari matahari awalnya tersebar begitu saja ke segala arah tanpa bisa memercikkan api. 

Kaca pembesar itu mampu memfokuskan sinar matahari pada satu titik. Lalu panas pun terakumulasi, terhimpun di satu titik, sehingga tak lama kemudian rumput pun terbakar di bawah kaca.

Semua bermula dari ide; pilih dan mantapkan | Pexels.com

Seperti itulah ambisi atau gairah kita yang menjadi tenaga sebuah ide. Ia ibarat kaca pembesar itu. Kita bisa menggunakannya untuk memfokuskan tenaga dalam pikiran kita. 

Ketika kita terus memikirkan sesuatu secara konsisten, lambat laun akan tercipta percikan. Dan ketika sudah terkumpul cukup energi, dengan serangkain aksi terencana dan optimisme, maka terobosan pun terjadi. Perubahan yang kita dambakan akhirnya terwujud.

Kalau kita menghendaki agar misi atau cita-cita kita berhasil, pertanyaannya: sudah seberapa fokus kita pada tujuan itu? Apakah tujuannya sudah jelas? Perubahan seperti apa dengan memanfaatkan segala sumber daya yang telah Allah suntikkan di dalam diri? Inilah pertanyaan yang harus saya jawab ketika dirundung kegalauan sebab terasa mentok di mana-mana. Tulis ide sebanyak apa pun, lalu mantapkan yang bisa dikerjakan dengan sumber daya yang ada. Semua bermula dari ide: apa yang kita mau?

Eksekusi ide dengan ASUS VivoBook 14 A416 

Solusi cerdas mengeksekusi ide agar menjadi tulisan yang nikmat dicerna adalah dengan memanfaatkan VivoBook 14 A416, laptop multiguna yang bisa diandalkan oleh semua kalangan, termasuk kita kaum bloger. Berbekal laptop canggih dan multifungsi ini, pekerja kantoran, pemilik UKM, dan pelajar bisa memetik manfaatnya secara optimal. Apalagi penulis dan desainer grafis seperti saya, VivoBook 14 A416 adalah solusi cerdas untuk meraih produktivitas dengan tetap mengedepankan portabilitas.

Secara umum saya rangkum 9 keunggulan laptop seri ini dalam infografik berikut ini. Keunggulan-keunggulan tersebut cukup menjadi alasan kuat untuk meminangnya sebagai laptop idaman untuk berbagai tujuan.

ASUS Laptop pilihana ideal

1 | Portabel

ASUS VivoBook 14 A416 adalah jawaban atas masalah mobilitas yang saya hadapi karena menuntut laptop yang portabel. ASUS paham betul akan kebutuhan konsumen modern yang cenderung mobile. Tak heran jika VivoBook seri ini mendukung konsep mobilitas tinggi. Bodinya ringkas dan ringan. Pengin tahu bobotnya? Berat total hanya 1,6 kilogram. Sementara terbalnya hanya 19,9 mm atau setara buku 300 halaman. Jadi tak ada alasan untuk terbebani dengan menjinjing laptop ini saat bepergian.

Ramping dan ringan, dambaan setiap orang modern.

Yang tak boleh dilupakan, ASUS VivoBook 14 A416 dibekali dengan charger yang sangat ringkas sehingga mudah dimasukkan ke berbagai kompartemen di dalam tas. Tas punggung atau sling bag pun tetap nyaman. Dengan lapisan Transparent Silver atau Slate Grey, tampilannya sangat memukau dan akan mendongkrak kepercayaan diri kita saat berada di keramaian.

VivoBook 14 A416 bisa dikemas begitu ringkas dibanding laptop 14 inch kebanyakan lantaran ia sudah mengadopsi teknologi NanoEdge Display. Teknologi ini eksklusif dikembangkan oleh ASUS yang memungkinkan bezel layar menjadi sangat tipis. Jangan kaget jika laptop ini mempunyai screen-to-body ratio hingga 82%. Yang mengasyikkan, layar NanoEdge membuat area layar ASUS VivoBook 14 A416 semakin guna menjamin pengalaman yang imersif saat kita nonton atau bekerja.

Imersif bikin pengalaman impresif.

VivoBook 14 A416 hadir dengan layar berukuran 14 inch yang resolusinya mencapai Full HD. Karena layar sudah dilengkapi dengan lapisan anti-glare, maka tak akan ada pantulan atau efek silau saat kita mengoperasikannya. Dengan demikian kita bisa fokus pada pekerjaan atau pelajaran yang kita hadapi. Sementara sudut pandang hingga 178 derajat akan membuat kita semakin nyaman saat menikmati tontonan pada layar.

2 | Ergonomis

Semua orang menghendaki hal yang praktis, termasuk urusan laptop. VivoBook 14 A416 dilengkapi keyboard full-size dengan backlit sehingga papan ketik akan menyala. Dengan begitu kita tak perlu galau ketika kondisi gelap sebab kita tetap bisa bekerja. Keyboard VivoBook 14 A416 ini telah dirancang sedemikian rupa agar sisi ergonomis dirasakan oleh pengguna.

Ergonomis, sangat luwes dan memudahkan

Bukan hanya kokoh, setiap tombol keyboard pada laptop ini punya key travel sejauh 1,4 mm. Artinya, kita akan sangat dimudahkan saat mengetik sehingga pekerjaan cepat tuntas. Kecepatan mengetik yang ideal membuat ide tertuang dengan lancar dan orderan laris manis.

Asyiknya lagi, VivoBook 14 A416 ini sudah punya fitur ASUS NumberPad yang baru. Dampaknya, kita tak perlu repot menekan Shift dan angka pada saat bersamaan sewaktu ingin mengetik angka. Ketuk saja ikon panel sentuh sampai panel sentuh berubah menjadi panel angka yang menyala oleh dukungan LED.

3 | Aman

Sistem keamanan bikin hati tenang.

Sering menyimpan data-data penting dalam laptop pribadi? Jangan khawatir, karena beberapa varian VivoBook 14 A416 sudah dilengkapi dengan keamanan biometrik. Dengan fingerprint sensor, kita bisa mengakses sistem Windows 10 Home melalui Windows Hello. Tak perlu buang waktu mengingat atau mengetik password karena kita bisa masuk ke dalam sistem cukup dengan sidik jari bawaan di touchpad. Praktis dan hemat waktu bukan?

4 | Microsoft Office gratis

Entah urusan bekerja atau belajar di rumah, orang tua dan siswa amat mengandalkan Microsoft Office sebagai software yang kerap dipakai. Menulis tugas, menyusun laporan, menyiapkan presentasi, dan banyak lagi bisa dikerjakan dalam Microsoft Office. Saking populernya, Microsoft memperkirakan setidaknya 500 juta orang menggunakan Ms Office di seluruh dunia.

Kabar baiknya, kita sebagai pengguna VivoBook 14 A416 bisa langsung mengakses Microsoft Office karena dalam laptop ini sudah diinstal Microsoft Office. Tak perlu lagi merogoh kocek untuk membayar software andal ini, tak perlu juga kita waswas karena sudah punya software yang resmi. Yang paling penting, dengan menggunakan Microsoft Office Home & Student 2019 secara legal, kita akan terhindar dari berbagai ancaman spyware atau malware karena bisa di-update terus-menerus.

5 | Konektivitas lengkap

Yang saya keluhkan dari laptop kami saat ini adalah konektivitasnya yang kurang memadai. Sering kali memindahkan file dari laptop ke smartphone atau sebaliknya jadi drama yang memusingkan. Nah, dengan VivoBook 14 A416 waktu transfer data bisa lebih hemat karena serbacepat dan praktis. Betul-betul layak menyandang laptop modern yang menjunjung mobilitas.

Lengkapnya port bikin kerjaan produktif dengan satu laptop.

VivoBook 14 A416 punya konektivitas yang lengkap, salah satunya port USB Type-C yang menjamin kecepatan transfer data hingga 10x lebih cepat dibanding koneksi USB 2.0. Sangat kontras kan perbedaannya?! Selain itu, masih lebih ada USB Type-A, HDMI, dan combo audio jack.

Bukan hanya koneksi dengan perangkat lain yang didukung, tapi juga koneksi ke dunia maya. Berkat WiFi 5 (802.11ac), akses Internet akan lancar di mana saja saat dibutuhkan sehingga pekerjaan tak terhambat dan rezeki bisa meningkat. Yang paling saya suka adalah dibenamkannya Bluetooth 4.1 karena laptop kami yang sekarang belum ada. Akibatnya, transfer data jadi ribet ketika kabel data dan port USB sering error.

6 | Solid quality

Material-built yang kokoh dan tahan lama, ASUS punya!

Sebagai pabrikan yang punya jam terbang tinggi dan portofolio teknologi yang mumpuni, ASUS menghadirkan VivoBook 14 A416 dengan konstruksi yang solid. Mutu built-in laptop tecermin dari sasis utama dan rangka layar yang terbuat dari bahan logam. Tujuannya tentu untuk memperkuat keseluruhan konstruksi bodi laptop ini, juga tampil menawan.

Lebih penting lagi, ASUS membekali VivoBook 14 A416 dengan fitur peredam getaran bernama HDD E-A-R®. Proteksi ini dihadirkan untuk melindungi data kita jika terjadi benturan. Mekanismenya adalah HDD E-A-R® Protection menyerap getaran yang dihasilkan ketika perangkat terguncang sehingga data-data dalam HDD akan tetap aman.

7 | Performa jempolan

ASUS VivoBook 14 A416 layak menjadi teman andal dalam menuntaskan berbagai pekerjaan sehari-hari. Sebagai laptop mainstream yang menggunakan prosesor Intel Core generasi ke-10, VivoBook 14 A416 adalah pilihan ideal untuk menunjang produktivitas kerja kapan saja dan di mana saja. Pelajar atau pekerja sama-sama bisa memanfaatkan performa unggulnya.

Kinerja maksimal di segala medan andal

Jaminan kegesitan kinerja VivoBook 14 A416 hadir sebab varian tertingginya mengandalkan prosesor Intel Core i5-1035G1 sebagai dapur pacunya. Dengan konfigurasi 4 core dan 8 thread, serta boost clock mencapai 3,6GHz, saya bisa bekerja secara multitasking, misalnya mendesain isi buku menggunakan Adobe Indesign sekaligus mengakses blog yang selama ini suit berjalan bersamaan. Selalu ngelag dan tidak responsif.

Gambar cerah, video menawan

Dengan chip grafis NVIDIA GeForce MX330, urusan tampilan gambar tak akan lagi terkendala. Karena bukan gamer, saya akan memanfaatkan kekuatan chip ini lebih untuk mengedit foto dan video, juga membuat cover buku yang lebih memikat.

8 | Pilihan beragam

Sebagaimana diutarakan oleh Jimmy Lin, VivoBook 14 A416 ditargetkan untuk pengguna dari berbagai kalangan dengan berbagai kebutuhan. Dengan dasar inilah maka konfigurasi hardware laptop tersebut dibuat dalam versi beragam. Mulai dari jenis media penyimpanan data hingga memori, VivoBook 14 A416 menawarkan specs yang berbeda. Laptop ini menggunakan memori DDR4 yang kapasitasnya dapat ditingkatkan hingga 12 GB.

Dengan RAM selega itu, saya bisa mengeksplorasi desain grafis dengan leluasa tanpa lag atau lelet lagi. Sedangkan untuk media penyimpanan, VivoBook 14 A416 menggunakan 2.5” SATA dan M.2 PCIe. SSD PCIe adalah solid state disk yang biasa dipakai oleh orang yang menghendaki proses serbacepat sehingga tak heran sangat diminati di pasar saat ini disbanding hard disk. ASUS VivoBook 14 A416 menawarkan storage hingga 1TB + 256GB yakni kombinasi HDD dan SSD. Terbayang dong bisa menyimpan banyak file dan data dalam laptop kita?  

9 | MyASUS

Keunggulan yang tak boleh dilewatkan adalah aplikasi bawaan bernama MyASUS pada VivoBook 14 A416. Ini menjadi pusat kontrol agar laptop terpantau dan jika harus melakukan troubleshooting. Lewat MyASUS, kita dapat memindai sistem laptop, menemukan masalahnya, lalu memperbaikinya secara otomatis. Bahkan status garansi laptop dan kesempatan menghubungi layanan konsumen ASUS bisa melalui aplikasi MyASUS ini.

Dukung produktivitas setiap hari

Bosan mengoperasikan smartphone secara biasa? Tenang, ada fitur bernama Link to MyASUS. Seperti namanya, dengan fitur ini kita bisa me-link-kan smartphone dengan laptop guna mendukung produktivitas lebih baik. Link to MyASUS memungkinkan kita menampilkan pesan dan notifikasi dari smartphone ke layar laptop. Uniknya, kita juga dapat menelepon langsung dari laptop sehingga pekerjaan bisa lanjut bahkan saat smartphone kita isi daya (charge). Puncaknya, smartphone bisa kita sulap menjadi layar kedua laptop. Dengan Link to MyASUS kita bisa mengirim dan menerima file antara kedua device tersebut. Seru banget kan?

Makin produktif, makin banyak profit

Spec UtamaVivoBook 14 (A416)
CPUIntel® Core™ i5-1035G1 Processor 1.0 GHz (6M Cache, up to 3.6 GHz) Intel® Core™ i3-1005G1 Processor 1.2 GHz (4M Cache, up to 3.4 GHz) Intel® Celeron N4020 Processor 1.1GHz (4M Cache, up to 2.8GHz)
Operating SystemWindows 10
Memory4GB DDR4 RAM
Storage1TB 5400 rpm SATA HDD 256GB PCIe® Gen3 x2 SSD 512GB PCIe® Gen3 x2 SSD 1TB HDD + 256GB SSD
Display14.0″ (16:9) LED backlit FHD (1920×1080) IPS Anti-Glare 14.0″ (16:9) LED backlit FHD (1920×1080) Anti-Glare 14.0″ (16:9) LED backlit HD (1366×768) Anti-Glare
GraphicsNVIDIA GeForce MX350 (optional) Intel UHD Graphics
Input/Output1x HDMI 1.4, 1x 3.5mm Combo Audio Jack, 1x USB 3.2 Gen 1 Type-A, 1x USB 3.2 Gen 1 Type-C, 2x USB 2.0 Type-A, Micro SD card reader
CameraVGA Web Camera
ConnectivityWi-Fi 5 (802.11ac), Bluetooth 4.1
AudioSonicMaster, Audio by ICEpower®, Built-in speaker, Built-in microphone
Battery37WHrs, 2S1P, 2-cell Li-ion
Dimension32.54 x 21.60 x 1.99 ~ 1.99 cm
Weight1,6 Kg
ColorsTransparent Silver, Slate Grey
PriceRp4.799.000 (Celeron N4020 / Intel UHD Graphics / 4GB / 1TB HDD) Rp4.899.000 (Celeron N4020 / Intel UHD Graphics / 256GB PCIe SSD) Rp6.699.000 (Core i3 / Intel UHD Graphics / 4GB / 1TB HDD) Rp7.099.000 (Core i3 / Intel UHD Graphics / 4GB / 512GB PCIe SSD) Rp7.499.000 (Core i3 / GeForce MX330 / 4GB / 256GB PCIe SSD) Rp10.099.000 (Core i5 / GeForce MX330 / 4GB / 512GB PCIe SSD) Rp10.799.000 (Core i5 / GeForce MX330 / 4GB / 1TB HDD + 256GB PCIe SSD)
Warranty2 tahun garansi global

Dengan berbagai keunggulan itu, dan harga yang terjangkau sesuai varian yang kita minati, ASUS VivoBook 14 A416 adalah jawaban atas kebutuhan setiap orang pada masa pandemi saat ini. Bobotnya yang ringan dan bodinya yang ramping membuatnya bisa diboyong ke mana pun untuk mendukung produktivitas kerja.

Kinerjanya yang powerful, keamanan biometrik, dan keyboard yang ergonomis membuat laptop ini andalan semua kalangan, tak terkecuali kami sekeluarga. Mutu bahan VivoBook yang premium menjamin laptop tetap awet walau dipakai berlama-lama. Hemat waktu, hemat biaya–dan justru menarik rezeki sebab ia memudahkan pekerjaan untuk cepat tuntas.

Recap!

Dulu pas pindah saya sering marah atau minimal protes diam-diam karena Tuhan memberikan kesempatan begitu minim, juga sakit begini dan begitu sehingga membatasi saya mencapai kesuksesan. Namun, boleh jadi itu akibat tafsiran yang salah tentang kesuksesan. 

Kata Michelle Obama, “Success is not about how your life looks to others, but how it feels to you.” Sukses bukan berarti gemerlap kasat mata yang mungkin membuat kita repot untuk mengesankan orang. Kesuksesan sejati adalah kepuasan batin akibat perbuatan baik yang bermanfaat–sekecil apa pun nilainya. 

Karena terbiasa mengoleksi ide dan punya mantra pelecut diri, sekarang saya lebih banyak berpikir: 

I no longer don’t care about what I currently don’t have or what I failed to achieve. 

Rather, I’m more concerned about what I don’t do whereas I actually am able to do it for the good of other people. 

ASUS sahabat komunitas, pendongkrak kreativitas dan produktivitas

Yang jauh lebih mendesak untuk dipikirkan dan sangat memprihatinkan adalah ketika saya enggak memberi manfaat apa-apa padahal saya punya kemampuan untuk itu. Berbagai keterbatasan dan kesulitan di tempat baru memang memuakkan, bikin hati ciut, tetapi saya mulai merasa bahwa semua ini justru mengantar saya pada hal-hal baik yang sebelumnya tidak saya alami atau dapatkan, seperti mengajar di Saung Literasi, jadi imam shalat, admin sedekah nasi Jumat, dan kesanggupan untuk terus ngeblog karena banyak waktu.

Dukungan ASUS pada komunitas seperti Cak Kaji, sebagaimana dalam beberapa event yang saya ikuti di Surabaya, menegaskan bahwa kontribusi itu bisa bermacam bentuknya. Kita bebas berkreasi sesuai passion, tapi yakinlah bahwa kita tak mungkin bergerak sendiri. Kuncinya: miliki “mantra” sebagai penyemangat dan teruslah mengakumulasi ide untuk menggerakkan kita menuju kesuksesan.

 

Artikel ini diikutsertakan pada Lomba Blog 2015 ke 2025 Perjalanan Ngeblogku yang diadakan oleh Gandjel Rel.

1 Comment

Leave a reply to Anonymous Cancel reply