Masuk Rabu pagi, hari berikutnya atau Kamis pagi kondisi Bunda semakin membaik. Menurut dokter, ada masalah dengan lambungnya. Walaupun saya meminta agar dilakukan USG, namun dokter belum memandang perlu. Dokter lalu membolehkan pulang Kamis sore itu. Saya gembira karena berada di rumah lebih baik ketimbang di RS yang suasananya kurang bagus buat anak-anak.
Masuk kembali
Senangnya balik ke rumah. Setelah mengepel dan bersih-bersih, saatnya cari makan buat Bunda. Karena lambungnya masih dalam tahap penyembuhan, maka Bunda harus mengonsumsi makanan yang lembek. Nasi tim jadi pilihan sebab bisa saya dapatkan dengan mudah di daerah Air Mancur atau Jl. Soedirman.
Jumat pagi kondisi Bunda memburuk lagi.
Setelah ditunggu kondisinya tak juga membaik, bahkan kian menjadi-jadi. Maka kira-kira jam 11 siang menjelang Jumatan, kami balik ke rumah sakit yang sama. Kali ini saya langsung minta kamar VIP seperti sebelumnya agar anak-anak bisa nyaman menemani Bunda mereka. Setelah dapat kamar, kami semua segera meluncur ke ruangan tersebut dan disambut oleh para perawat yang beberapa hari sebelumnya merawat Bunda.
Bedah?
Bila pada perawatan sebelumnya diduga lambung yang kena, maka masuk ke RS yang kedua ini beda lagi masalahnya. Kali ini saya bersikeras meminta dokter agar menjadwalkan USG oleh bagian kebidanan. Permintaan dikabulkan dan ternyata ada kelainan pada rahim. Hasil USG baru bisa diberikan oleh dokter obstetri sehari kemudian. Jadilah kami harap-harap cemas. Bayangan bedah dan operasi pun menghantui.
Esoknya, dokter internis yang menangani Bunda datang berkunjung dan memberitahukan bahwa kelainan pada rahim itu disinyalir sebagai mioma atau kista. Deg! Sungguh di luar dugaan, sebab saya pikir bila seorang wanita telah memiliki anak tak akan didera penyakit semacam itu. Dokter meminta kami tenang sambil menunggu perkembangan selama beberapa hari.
Sebelumnya saya sempat meminta ibu agar meluncur ke Bogor untuk menemani anak-anak di rumah. Rupanya tanaman padi di sawah tengah diserang tikus sehingga harus ditegakkan dan oleh sebab itu ibu tak bisa ke Bogor, sementara adik saya sibuk mengajar. Rasanya berat, seolah dunia sesak, merasa sendiri dan hanyut ditelan labirin kabut.
Untunglah sejumlah teman datang membesuk dan memberi semangat; bantuan doa dari teman-teman lewat BBM juga sangat berarti bagi kami. Rasanya seperti punya saudara dan tak sendiri lagi. Sedikit terangkat beban ini walau mereka tak semata-mata memberi dukungan materi. Anak-anak tak kehilangan semangat, walaupun saya agak kerepotan meng-handle mereka sendirian, apalagi pekerjaan sedang menumpuk. Sesekali mereka saya bawa pulang untuk mandi, sekalian saya bersih-bersih rumah, atau mengantarkan londri untuk dicuci. Agar kami tidak ikut sakit, maka saya dan anak-anak makan secukupnya ditambah buah dan multivitamin.

Bersyukur empat kali
Hari demi hari rasa sakit Bunda perlahan reda. Kondisinya membaik. Suatu malam, saat Bunda tengah beristirahat dan anak-anak sedang lelap dalam mimpi, saya sibuk dalam gejolak hati sendiri. Sungguh tak menduga akan menemani Bunda selama beberapa hari dan harus melibatkan anak-anak untuk menginap di RS karena tak mungkin ditinggal di rumah.
Awal bulan Maret kami sebenarnya berencana pulang ke Jawa untuk survei sekolah Rumi nanti. Plus, berkunjung ke Momtraveler yang akan membawa kami berlibur ke Wonosobo. Kami sudah browsing tempat menginap dan tiket yang sesuai anggaran. Namun ibarat pepatah, man proposes, God disposes, kami berencana, Allah pula yang menentukan. Tanpa diduga, uang yang sudah kami siapkan ternyata harus dikeluarkan untuk hal lain di luar rencana.
Bumi lalu terdengar mengigau. Dalam hening malam itu saya seketika teringat pada Umar ibn Khaththab yang justru mensyukuri musibah dengan mengucapkan tahmid sebanyak empat kali. Sang Amirul Mukminin mengucapkan hamdalah yang pertama dengan alasan bahwa Allah tidak menimpakan musibah yang lebih besar dari itu, padahal Dia tentu mampu bila berkehendak. Tahmid kedua sebagai ungkapan rasa syukur bahwa Allah tidak memberikan musibah dalam soal agama.
Bagi beliau segala musibah di luar urusan agama terasa kecil. Rasa syukur ketiga karena Allah memberinya kesabaran sebab kesabaran akan diganjar dengan surga. Syukur keempat, Allah masih memberikan taufik untuk mengevaluasi diri. Bagi seorang muslim, taufik sungguh sangat berarti. Beliau menegaskan, “Demi Allah, selama aku masih menjadi muslim, tak peduli aku pada apa pun yang menimpa diriku.”
Bangun dan pulang
Semangat saya pun tumbuh, optimisme membuncah, pemikiran positif menyeruak. Tak patut bila saya mengeluh atau dirundung nestapa berlebihan hanya karena bencana seperti ini. Semestinya saya bersyukur karena masih ‘diperhatikan’ oleh Allah melalui cobaan (atau azab?) ini. Cubitan dari-Nya masih terasa dan bisa disadari sepenuhnya berasal dari-Nya. Banyak hal baik dan kemudahan yang masih dilimpahkan kepada kami selain ujian ini yang selayaknya kami syukuri.
Senin siang dokter mengizinkan Bunda pulang. Saya sengaja tidak meminta tindakan medis lebih jauh (seperti operasi) karena kami akan konsultasi dulu dengan dokter kandungan langganan di RS Afiat. Kami butuh second opinion untuk memperjelas diagnosis penyakit. Dugaan dokter kandungan langganan ternyata sama: ada mioma atau kista. Lalu Bunda dirujuk untuk melakukan uji lab. Dokter kami memang sangat menenangkan.
Kami bersyukur sekali karena bisa meninggalkan RS tanpa meninggalkan utang alias bisa bayar biayanya. Kami bersyukur anak-anak tidak ikut sakit selama ikut menginap di RS. Kami bersyukur karena menemukan terapi alternatif yang sangat menyehatkan buat Bunda. Bunda pun kian membaik dan akan menjalani terapi ini hingga dua bulan ke depan secara rutin. Kami bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk bersyukur. Sungguh, ujian orang lain boleh jadi lebih berat daripada yang diturunkan kepada kami. Alhamdulillaaah, alhamdulillaah, alhamdulillaah, alhamdulillaaah ….
Sehat terus ya bunda..tetep semangat terapinya kami menunggu kedatangan kalian … anytime 🙂
LikeLike
Terima kasih, Mak. Nanti kabar-kabar ya….
LikeLike
semoga terus membaik buat buanda.
salam kenal, terimakasih sudah follow 🙂
LikeLike
Terima kasih atas doanya. Semoga sukses selalu buat Gadis! 🙂
LikeLiked by 1 person
Semoga kondisi Bunda terus membaik dan membaik.
Panjenengan sing sabar ya Mas
Saya juga lagi siaga 2, menjaga Emak.
Salam hangat dari Jombang
LikeLike
Terima kasih atas dukungannya, De. Sekarang makin sering sering ke Jombang ya. Moga-moga rumah wetan segera laku jadi makin dekat sama Emak. Matursuwun….
LikeLike
Semoga cepat sehat seperti sedia kala. We Love you bunda.
LikeLike
Terima kasih, Mas. Sukses buat Anda.
LikeLike
penting sekalu bersyukur
LikeLike
Ya, Mas. Penting banget agar nikmat kita ditambah.
LikeLike
Semoga Bunda segera sehat kembali , dan keluarga dpt beraktifitas sbgmn biasanya.. Yg sabar ya mas..dan jangan lupa jaga kondisi badan juga biar ttp sehat & dpt mengurus Bunda & anak2…
LikeLike
Iya, terima kasih, Mbak Mechta. 🙂
LikeLike
salam hangat buat bunda….agar bunda segera sembuh…..doa tertulus dari kami untuk mu bunda….
LikeLike
Terima kasih, Mas.
LikeLike
Semoga Bunda lekas sembuh, anak-anak sehat dan lancar segala urusan ya mas.
LikeLike
Terima kasih ya, Mbak Haya. Sukses dan sehat selalu buat Anda 😀
LikeLike
bunda sehat kembali ya. Jaga kesehatan untuk semua
LikeLiked by 1 person
Terima kasih banyak, Mbak Lidya. Salam buat Pascal dan Alvin ya… 😀
LikeLike
semoga bunda cepat sembuh amin
LikeLike
Terima kasih, Winny 🙂
LikeLike
Syukurlah semuanya berangsur-angsur membaik dan menemui jalan yang terang… Semoga bunda cepat pilih seperti sediakala ya mas 🙂
LikeLike
Terima kasih banyak, Mas.
LikeLike
mantap pokoke lah
LikeLike
Cerita soal Umat itu sangat inspiratif sekali. Membaca hamdalah empat kali berikut alasan-alasannya. Trims banyak, mas 🙂
LikeLike
Umar memang inspiratif ya Mas. Selain dermawan juga wara’ dan faqih. Salam dari Bogor 🙂
LikeLike
Subhanallah mbak. Kebesaran Illahi muncul di hal-hal tak terduga ya mbak..
LikeLike
Terima kasih, Mas.
LikeLike
semoga lekas sembuh nggeh buat bundanya
LikeLike
Terima kasih, Mas Priyo.
LikeLike