Bisnis Tempe yang Menggiurkan

TEMPE
Foto dipinjam dari nisrina.co.id

Penampilannya sangat sederhana. Usianya mungkin 50-an tahun. Bercelana jeans 3/4 dan baju batik dengan sebuah tas kecil tergantung di pundaknya. Saat mengobrol, ucapannya lugas dan santai. Pak Jaya, sebut saja nama lelaki itu, mengaku berasal dari Kota Batik, tak jauh dari alun-alun.

Setiap hari Pak Jaya mengantarkan tempe hasil buatannya ke beberapa titik, termasuk ke kedai tempat kami makan pagi itu. Tempat yang ia kunjungi mencapai puluhan banyaknya. Dengan motor bebek dan keranjang berisi tempe aneka ukuran, Pak Jaya bertolak dari rumahnya di Bogor Utara ke pasar-pasar, tukang gorengan, warung dsb. hingga Ciawi dan kawasan Sentul.

30 juta per bulan, mau?

MauMungkin terlihat tidak keren, setiap hari menyisir jalanan sejak Subuh hingga menjelang siang. Namun saat menghitung profit bulanan bersih (bukan omset!) yang mencapai 30 juta, rasanya penampilan keren tiada lagi perlu. Pak Jaya lelaki yang santun dan tak pelit untuk sedikit bercerita tentang usahanya.

Angka sebesar itu tidak datang dalam semalam. Butuh lebih dari 10 tahun untuk sampai pada titik ‘kemenangan’ saat ini di mana produksinya mencapai setengah kuintal per hari. Saat mengawali usaha tempenya dahulu, ia bahkan rela menunggu ibu-ibu yang sedang mengulek sambel hingga selesai agar tempenya dibeli. Setiap ibu didekatinya dengan sedikit rengekan mengiba agar mereka sudi membeli tempe hasil produksinya. Dia sisir dari rumah ke rumah.

Itu dulu. Dengan perjuangannya yang gigih, keuntungan bersih dan kebebasan waktu (dan mungkin finansial) yang dia capai sekarang menjadi buah manis sekaligus pelajaran penting bagi siapa pun yang ingin berwirausaha. Dia bahkan berani menolak catering yang dulu menjadi pelanggan lantaran menunggak atau menolak membayar tunai.

Bule penjual tempe

Perbincangan saat sarapan pagi itu membuat saya memetik beberapa kesimpulan. Pertama, bisnis tempe ternyata masih menggairahkan dan aduhai profitnya. Beberapa waktu lalu saya menyaksikan video yang menayangkan William Mitchell, warga Inggris yang sukses berjualan tempe organik.

William awalnya mengajar bahasa Inggris di Jakarta lalu terpikat sama tempe hingga belajar proses pembuatannya di Malang, Jawa Timur. Kini bisnisnya maknyus di London baik online maupun offline. Kisah dan video lengkapnya bisa Anda temukan di Google.

Pelajaran kedua, jangan berharap hasil besar kalau baru belajar atau merintis usaha, terlebih bila modalnya terbatas. Walaupun ada juga bisnis (biasanya jasa) yang cepat meroket di luar rumus bisnis normal. Namun jangan khawatir, ketekunan dan kegigihan akan mengantarkan pada kesuksesan. Man jadda wajada!

Jangan menyerah dan jangan pelit berbagi. Itu kiatnya. Saya mengangguk saja sambil tersenyum. Tempe mendoan dan nasi uduk yang saya santap menjadi makin legit dan gurih. Jadi kepikiran nih buat bikin tempe atau warung nasi uduk ya? Hehe…

Terima kasih atas kisah Anda, Pak Jaya! 😀

26 Comments

  1. Tempe malah jadi makanan indonesia yang mendunia.bahkan ada pengusaha jepang yang mematenkannya disana

    Like

    1. Keren ini mas. Mau buat berlelah2 dulu baru bahagia dg hasilnya di tahun mendatang. Ga kebayang tu tiap hari uplek di dapur bikin tempe trus distribusikan sendiri. Tentu ga gampang ya buat sampai ke titik itu. Keren ini bisnisnya bisa terus berlanjut asal ada penerusnya juga. Kalo di sini ada bisnis kupat bongkok yang khas suatu daerah namanya daerah bongkok. Jadi turun temurun ngejual itu di kawasan kota. Padahal orangnya asli kabupaten.

      Like

  2. Betul sekali kang, asal mau berusaha sungguh-sungguh pasti berhasil. Yang banyak sekarang kan pengen cepat berhasil dengan cara instant. Padahal cara instant itu tak bertahan lama. Ibarat makanan instant, cepat buatnya cepat juga basinya. Menikmati proses itu membutuhkan orang yang tangguh. Selamat buat Pak Jaya.

    Like

  3. Bisnis apapun kalau ditekuni dengan serius pasti ada hasilnya ya Mas Rudi. Dan juragan tempe tampaknya memang tidak main-main. Bayangkan berapa banyak orang makan tempe tiap hari 🙂

    Like

  4. Memang lah kalo makan tiada berkesan tanpa tempe hehehhe…
    Kapan ke semarang lg?aku tunjukin tempat main abng yg baru di kabupaten semarang.kandang tmp kami mengais rezeki

    Like

  5. Wow! 30 juta per bulan profit bersih? Mantap! Bisa umrah tiap bulan kalau begitu caranya, hihihi. Tapi tentu perjuangan 10 tahun itu yg tidak semua orang bisa meniru dan jalani. Apapun usahanya, asal fokus insya Allah bakal meningkat terus hasilnya. 🙂

    Like

Tinggalkan jejak