Ini kisah nyata dan kebenarannya sudah dikonfirmasi. Ceritanya mungkin biasa dan sudah tak asing bagi Sobat pembaca semua. Tentang seorang biasa yang berhasil meraih cita-cita besarnya. Tapi bagi saya pesan dari pengalaman nyata ini sangat kuat dan dahsyat sehingga perlu saya tulis dan bagikan.
Sebut saja namanya Pak Kai. Di sebuah sudut kota di Jawa Tengah sana, Pak Kai sehari-hari bekerja sebagai tukang tambal ban. Meskipun penghasilannya bisa dibilang cukup, tentulah tak besar-besar amat. Namun yang membuat teman-temannya masygul adalah cita-cita yang ia pelihara: pergi ke Mekah untuk menunaikan haji.
Cibiran tak lepas dari dirinya akibat keinginan mulia itu. “Timbang tukang tambal ban aja pengin berangkat haji, emang berapa penghasilannya? Mbok mikirrr!” begitulah orang-orang berseloroh seolah meledek impiannya tersebut. Hal ini wajar mengingat pendapatan hariannya memang tak besar dan entah butuh berapa puluh tahun untuk bisa membeli satu kursi.

Ketukan pintu di malam hari
Hari berganti hari, bulan ditelan tahun. Tak pudar cita-citanya; justru semakin membara. Hingga suatu malam sesuatu terjadi. Tentu di luar dugaan. Tengah malam pintunya terdengar diketuk. Sambil mengucak mata dengan kantuk yang berat, Pak Kai menuju pintu lalu membukanya.
“Pak, mohon maaf. Saya minta tolong ya. Tolong tambal ban mobil saya. Empat-empatnya bocor.” Lelaki itu terlihat panik dan memelas. “Di sepanjang jalan saya sudah coba bangunin tukang tambal ban, tapi cuma Bapak yang bukain pintu. Bisa ya Pak tolong saya?” ujar lelaki asing sebelum Pak Kai sempat menjawab.
Sambil menahan kantuk, Pak Kai mengangguk dan meminta tamu tak diundang ini menunggu. Setelah beberapa waktu, penambalan pun rampung. Sang tamu gembira bukan main. “Berapa, Pak?” tanyanya tak sabar sebab tampak tergesa.
“Dua puluh ribu, Pak. Tolong uang pas saja.” Pak Kai sudah mulai segar.
“Wah, tidak ada uang pas nih, Pak. Gimana ya?” kata si tamu.
“Ya sudah, nanti kalau Bapak lewat sini lagi, Bapak boleh mampir sambil kasih ongkos tambal yang sekarang.” Wah, tekor nih. Udah bangun malam-malam eh duit pun melayang. Itu yang tergambar di benak saya saat mendengar cerita ini kali pertama.
Maka pergilah si tamu itu dan menghilang di kegelapan bersama deru mobilnya. Tak ada kabar berita menghampiri Pak Kai. Beberapa bulan kemudian, suatu siang, Pak Kai dikejutkan oleh kehadiran seseorang.
“Bapak masih ingat saya?”
“Aduh, siapa ya?”
“Saya yang bangungin Bapak malam itu buat nambal ban mobil saya, Pak.”
“Oh ya ya, ingat. Gimana kabarnya?” tukas Pak Kai.
“Baik, Pak. Saya datang buat bayar utang tambal ban waktu itu. Ini Pak uangnya!”
“Terima kasih, saya terima ya Mas.” Pak Kai segera memasukkan uang ke dalam saku.
“Oh ya, kalau boleh tahu, Bapak ada ga cita-cita atau keinginan yang pengiin banget diwujudkan?” pertanyaa si tamu tiba-tiba mengagetkannya.
“Ya tentu ada, Mas. Saya pengin banget naik haji. Sudah lama saya impikan.” Pak Kai menjawab dengan polos, tanpa beban–walau jelas penuh pengharapan.
“Oh gitu. Baik Pak, kalau gitu Bapak dan istri bisa berangkat ke Tanah Suci.”
“Lah gimana bisa? Wong biaya saya ga ada kok, Mas…”
“Beres, Bapak langsung daftar. Saya yang tanggung semuanya,” ujar si tamu baik hati seraya membimbing Pak Kai menuju mobilnya.
Pak Kai tentu saja bingung. Namun sebelum ia berkata lebih lanjut, si tamu kembali bilang, “Jadi gini, Pak. Malam itu saya sedang menuju tempat tender proyek untuk menyerahkan proposal. Di perjalanan ternyata ban mobil bocor. Andai Bapak tidak membantu menambal ban malam itu, saya mungkin terlambat tiba di tempat penyerahan dokumen tender.” Betul juga, kalau dokumen syarat proyek saja tidak diserahkan, gimana mungkin bisa menang tender? Betul tak?
“Alhamdulillah saya berhasil dapet tender itu, Pak. Saya pikir Bapak punya andil. Maka tolong terima ucapan terima kasih saya ini.”
Pak Kai hanya melongo, tak kuasa berbicara. Dia dan istrinya akhirnya melenggang ke Mekah tanpa siapa pun menduganya, termasuk oleh orang-orang yang semula mencibirnya.
Nyalakan sumbu kebaikan
Nah, Sobat pembaca. Bila Anda punya impian, atau cita-cita, apa pun itu, jangan pernah menyerah. Jangan pernah meremehkannya. Percayalah, bahwa ia akan menemukan jalan untuk bisa diwujudkan, di luar yang kita sangka. Tugas kita hanya berusaha sebaik yang kita bisa, sekuat yang kita mampu.
Tak ada impian atau cita-cita yang terlalu besar atau terlalu tinggi. Yang ada adalah kita yang terlalu malas atau tidak percaya diri semua itu bisa kita raih. Jangan pernah berpikiran bahwa kita sendirilah yang akan mewujudkan mimpi besar itu. Mungkin gaji kita kecil, atau bahkan penghasilan tidak menentu, tapi yakinlah, Tuhan punya cara untuk meretas jalan menuju apa yang kita inginkan.
Caranya, jangan berhenti melakukan kebaikan kepada siapa pun, semampu kita, sejauh itu tidak melanggar agama atau aturan negara. Mau jalan-jalan ke luar negeri? Ingin punya mobil mewah? Mau rumah gede nan megah? Dan berbagai cita-cita lain yang sepertinya tak mungkin? Jangan takut, jangan bimbang.
Do your best, and let God do the rest. Tugas kita hanya berusaha, dan Tuhanlah yang akan menuntaskan segalanya. Tidak selalu lewat tangan kita sendiri, tidak melulu melalui hal-hal yang sepertinya kita kuasai. Banyak sekali cara suatu mimpi bisa terwujud. Lewat lomba, lewat orang lain, lewat hal-hal di luar jangkauan pikiran atau nalar kita.
Biarkan sumbu kebaikan tetap menyala…. terus dan terus ….
Yg jelehi para pencibir dan penyinyir itu lho sebener mas
LikeLike
Iya, Mas. Toh mereka ga ikut mengongkosi kok ya, haha…
LikeLike
selama kita yakin mimpi kita benar, maka lakukan saja apa yang bisa dikerjakan dengan benar. mimpi tidak mustahul menjadi kenyataan 🙂
LikeLike
Sepakat, Mas. Yakin!
LikeLike
Mimpi kita akan jadi kenyataan karena Allah Swt yang mewujudkannya. Bermimpi besar gak dilarang tho…
LikeLike
Punya mimpi jadi bikin hidup semakin bersemangat ya Mas. Allah selalu memudahkan jalan kita.
LikeLike
Masya Allah… baca ini bikin aku merenung… belum berbuat banyak tapi bermimpi banyak akunya
LikeLike
Sama dong, Mbak Ade 😦
LikeLike
Tulisannya bikin saya terharu. Semangat saya jadi menyala kembali. Thx for share. Inspiratif 🙂
LikeLike
Ayo semangat terus, Aida! Selali ada jalan buat setiap upaya dan langkah kita. Jia you!
LikeLike
izin share ya..
LikeLike
Silakan, Mas Tiar. Salam sukses selalu!
LikeLike
Ini bisa dibuat sinetron. Tinggal moles sana-sini.
Saya mau kok memerankan si tukang tambal ban.
Pilihkan artis cantik untuk mendampingi saya ya
Salam hangat dari Jombang
LikeLike
Nanti dibilang mendompleng ketenaran tukang bubur yang sudah sampe ribuan episode itu, Pakde.
Siap, Henidar Amroe dipastikan siap menemani akting Pakde.
Moga saya kecipratan bisa ke Mekah, aamiin.
LikeLike
Postingannya bikin saya ngilu2 merinding, berharap bgt mimpi2 besarnya jadi kenyataan lewat cara tak terduga gitu >.<
LikeLike
Saya doakan Mbak SLA diberi kemudahan dalam meniti sukses menuju cita-cita kecil maupun besar. Entah lewat tangan siapa itu akan terwujud. Lanjutkan! Don’t give up!
LikeLike
Aamiiiiiinnnn ya allah.. Semoga doanya berbalik juga 😀
LikeLike
Setujuuuu…banget, Mas.. Mimpi adalah hal indah anugerah-Nya juga.. 🙂
LikeLike
Kalo setuju, katakan amiin, hehe. Tak ada mimpi, tak semangat jadinya ya Mbak….
LikeLike
Bermimpi selagi bisa karena dengan mimpi harapan selalu ada dan tubuh kan selalu bergerak.
Orang yang berhenti bermimpi bakalan tak punya motivasi apapun untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat
LikeLike
Benar sekali, Mas. Orang yang berhenti bermimpi berarti tak punya harapan, dan itu tentu berbahaya. Apalah arti hidup tanpa memelihara harapan. Salam.
LikeLike
Mak jleb, ikut terharu baca kisah sebut saja namanya Pak Kai ini. Itu namanya kuasa Allah, yang sudah menjanjinkan rizki jadi jalan yang tak disangka-sangka bagi ummat-Nya yang membutuhkan. Dalam hal ini Pak Kai butuh naik haji, maka diberikan jalan. Semoga saya bisa meniru kebaikan yang dilakukan Pak Kai sehingga mendapat jalan yang tak diduga-duga itu. Amin.
LikeLike
Amiin, semoga terkabul apa yang dihajatkan ya, Mas Eko.
LikeLike