Kemeriahan Selular Congress 2016 dan Potensi Aplikasi dalam Ponsel Pintar

Rabu, 25 Mei 2016, Jakarta sama seperti biasanya. Panas dan kering. Terik matahari menjilat-jilat muka walaupun sudah terlindungi kaca helm. Salah saya juga lantaran nekat berkendara motor di belantara Jakarta di siang bolong. Untunglah bukan di akhir pekan.

Rute Bogor-Jakarta saya pikir bukanlah pekerjaan berat. Namun saya salah duga. Meski di pertengahan pekan, saya tetap terjebak macet. Awalnya perjalanan lancar, namun setelah meninggalkan Pasar Induk Kramatdjati, kendaraan mulai menumpuk. Jalanan membara. Untunglah belum puasa. Dari kejauhan, di atas kepala orang tampak bayangan fatamorgana—pertanda panas tidak main-main. Kabin helm mendadak pengap–napas jadi engap. Pfuuih!

Tiga Opsi Transportasi

Diam-diam saya menyesali pilihan moda transportasi dari Bogor menuju Balai Kartini siang itu. Selain motor, sebenarnya ada dua opsi lain yang bisa mengantarkan saya ke lokasi dengan agak lebih nyaman. Saya bilang agak karena dua moda itu bukan tanpa risiko. Awalnya saya berniat menuju Jl. Gatot Subroto dengan menumpang bus APTB yang bertolak dari Bogor menuju Blok M. Konon, bus ini akan melintasi Balai Kartini sehingga saya tingga turun dan menyambung jalan kaki.

Opsi kedua, naik kereta komuter dari Bogor turun di Stasiun Cawang. Dari Cawang tinggal panggil taksi atau ojek online untuk meluncur ke lokasi—tak terlalu jauh. Dua pilihan ini jelas lebih nyaman sebab saya tinggal duduk dan, bila beruntung, mungkin bisa terlelap sejenak selama di dalam kendaraan. Lebih praktis memang, namun ada alasan yang lebih mendesak mengapa motor leboih favorit. Saya memiliki kondisi medis yang menuntut kerap BAK alias buang air kecil. Terlebih saat suasana hati diburu waktu, kondisi stres bisa memicu gejala ini. Dalam kereta atau bus jelas bukan solusi karena saya musti bertahan setidaknya selama 1,5 jam tanpa ditemani kamar kecil, hiks. 😦

Jadilah motor primadona meski keputusan itu kemudian saya sesali karena waktu tempuh relatif lebih lama dan panas pula. Perihal transportasi ini perlu saya ceritakan untuk menciptakan drama sehingga kehadiran saya siang itu memang bukan untuk main-main belaka.

Selular Congress Memang Yess!

Kendati bukan blogger tekno, saya punya minat besar di dunia teknologi informasi, terutama industri gawai (gadget) dan aneka inovasi dan perkembangan dunia yang semakin terkoneksi satu sama lain melalui peranti mobile. Boleh dibilang hampir setiap hari saya tak absen membaca berita seputar tekno atau bisnis telco.

Nah, salah satu situs Internet yang menjadi langganan bacaan saya adalah selular.id. Sudah empat tahunan saya doyan membaca situs ini. Berita-beritanya selalu up-to-date, tidak bertele-tele dalam penyajian, dan tidak asal terjemah dari situs berita asing seputar teknologi. Selain itu, yang paling penting, situs ini menawarkan ulasan atau review gawai baik dari segi performa maupun harga sehingga bisa jadi patokan saya sebelum mengeksekusi pembelian.

Tahun 2013 silam saya turut hadir dalam Selular Award yang ke-10 di tempat yang sama. Acaranya seru dan mengesankan. Bukan hanya karena para tamu dijamu dengan menu buffet yang istimewa, tetapi perhelatan itu juga dihadiri para petinggi industri seluler atau operator besar, bahkan pejabat teras kementerian Kominfo. Luar biasa banget deh!

1

Maka saat menerima undangan untuk mengikuti Selular Congress 2016, kesempatan tak saya sia-siakan. Selular Media Group memang menghelat acara berbeda setiap tahun. Tahun ini mereka menggelar semacam kongres di mana dalam sehari diadakan empat sesi yang tentunya memperkaya wawasan pembaca dan tamu yang datang. Karena kesibukan, saya memilih sesi ketiga yang berlangsung selepas zuhur. Sesi pilihan saya ini terbukti memang yes banget. Enggak nyesel disimak.

Sesi ketiga mengusung tema The Power of Apps. Tahu sendiri kan betapa kehidupan digital kita sehari-hari bertalian erat dengan beragam aplikasi yang terpasang pada ponsel pintar. Saya penasaran bagaimana potensi aplikasi di masa depan dalam telepon genggam. Sesi ini menghadirkan tiga narasumber: Ibu Arifah mewakili operator XL, Bapak Ridzki Kramadibrata dari Grab Indonesia, dan Mas Andreas Djiwandono dari Samsung Indonesia. Pembicaranya menggiurkan bukan? Makanan kali… 😀

2
Biar semangat, makan dulu….

Belajar Bisnis lewat Sisternet

Ibu Arifah membuka presentasi dengan memperkenalkan aplikasi garapan XL bernama Sisternet dan M-Fish. Ini dua apps yang menurut saya menonjol dari segi manfaat. Menurut penuturan Arifah, Sisternet bisa menjadi wadah untuk memberdayakan potensi wanita dari segi usaha. Selain online, aplikasi ini juga memungkinkan terjadinya pertemuan atau kopi darat sesama pengguna untuk mendapatkan coaching bisnis yang dibutuhkan dari mentor yang dipilih. Di era informasi dan persaingan ketat seperti sekarang, saya memuji aplikasi macam ini.

3
Bu Arifah mendapat giliran pertama

Lebih lanjut Arifah menyatakan bahwa XL berusaha men-structure layanan mereka dalam bentuk platform aplikasi maupun e-commerce sehingga bisa memberikan value bagi konsumen. Misalnya dengan aplikasi M-Fish yang telah terbukti sangat bermanfaat. Dengan aplikasi ini, para nelayan bisa mendapatkan informasi tentang cuaca saat harus mencari ikan serta di area mana ikan bisa ditangkap. Terlihat sederhana, namun jelas unggul fungsinya bagi komunitas nelayan yang cukup besar di negeri ini.

Bukan Karyawan, Tapi Mitra

Bapak Ridzki mencairkan suasana lewat presentasi menarik tentang Grab. Dia membuka dengan memaparkan tiga misi utama Grab. Pertama, menyediakan sarana transportasi teraman di Asia Tenggara. Keamanan tentu menjadi alasan penting mengapa sebuah sarana transportasi dipilih. Kedua, menjadikan transportasi mudah diakses atau dijangkau oleh siapa saja. Ridzki menekankan bahwa kemudahan aplikasi Grab membuatnya menjadi primadona baru di kalangan pengguna ojek. Kemudahan aplikasi juga dimaknai dengan ketersediaan kendaraan di mana pun dan kapan pun dibutuhkan. Seandainya para driver berada di lokasi yang salah atau jauh dari calon pelanggan, maka sistem Grab smartly akan mengarahkan para driver untuk bergerak menuju konsumen. Barangkali inilah alasan mengapa Grab yang berbasis di Singapura ini kini telah tersedia di 30 kota, 6 negara dengan dukungan 270.000 driver.

4
Audiensi serius menyimak presentasi

Maka sebagai misi ketiga, Grab menjadikan para driver bukan sebagai karyawan, melainkan sebagai mitra yang terus diperhatikan kesejahteraannya. Tujuannya adalah meningkatkan taraf hidup para mitra agar memiliki value dan self-appreciation melalui aplikasi dan layanan ojek online ini. Ada driver yang eks-konglomerat, eks-manajer yang ingin bisa aktif mengantar anaknya ke sekolah, hingga eks-pensiunan dan sebagainya.

Selain Grab Car yang memungkinkan kita menyewa mobil pelat hitam secara langsung, sejauh ini Grab mengklaim sebagai satu-satunya aplikasi mobile e-hail yang memiliki fitur Grab Taxi yang mengakomodasi layanan taksi yang ada sehingga tidak menimbulkan konflik antara sopir taksi dan pengojek online seperti kasus yang beberapa bulan lalu terjadi di Jakarta.

5
Pak Ridzki berdiri untuk mengulik Grab

Good Experience, Great Value

Seminar sesi ketiga ditutup Mas Andreas yang berbicara mewakili tim developer Samsung Indonesia. Menurut Andreas, kini setidaknya ada 16 aplikasi teratas yang digandrungi oleh pengguna smartphone. Misalnya Facebook, WhatsApp, Instagram, dsb. Bagi orang yang ingin menciptakan aplikasi, tantangannya adalah bagaimana bisa masuk ke dalam jajaran top 16 apps tersebut. Berdasarkan penelitian, rata-rata pengguna smartphone menginstal dan menggunakan 15 hingga 25 aplikasi. Tentu ini pasar yang menjanjikan untuk dirambah.

Namun perlu diingat, ada jutaan aplikasi di Play Store, oleh sebab itu pembuatan aplikasi tidaklah main-main. Dalam berbisnis di era digital sekarang, orang tidak selalu langsung menciptakan aplikasi untuk menjual produk mereka. Awalnya bisa jadi merupakan toko offline, lalu bergerak ke dunia maya dengan menjual barang melalui marketplace yang kini semakin banyak. Setelah marketplace dirasa tak cukup mendukung dan kurang praktis, maka mau tak mau aplikasi harus dibuat untuk memberikan value dan experience yang unik. Bisa saja kita langsung membuat aplikasi, namun persaingan untuk mendapatkan viewers bisa diraup dengan terlebih dahulu merambah marketplace atau melalui online shop milik sendiri.

6.jpg
Mas Andreas mewakili Samsung Indonesia

Setelah quantity cukup memadai, maka saatnya quality ditawarkan melalui engagement lebih dalam lewat aplikasi khusus. Itulah sebabnya mengapa great experience + clear benefit = great value = active app user. Artinya pengalaman yang menyenangkan, ditambah manfaat yang jelas saat mengakses sebuah aplikasi akan menciptakan value besar sehingga para pengguna akan menjadi lebih loyal dan aktif terhadap aplikasi tersebut. Saya pribadi lebih nyaman berbelanja lewat aplikasi sebuah marketplace dibanding lewat toko online di web karena aplikasi cenderung lebih responsif dan bisa diakses dengan cepat lewat ponsel pintar.

Potensi aplikasi memang sangat besar. Aplikasi Salam buatan Samsung Indonesia, misalnya, menduduki peringkat teratas dalam kategori Lifestyle – religion dengan durasi akses sebanyak 155 juta detik. Lalu aplikasi health berada di urutan berikutnya. Aplikasi jenis ini memang kian marak saat ini. Dengan 3,4 miliar smartphone yang tersebar di seluruh dunia — dan 7,7 miliar ponsel featurephone — tak heran bila Samsung terus gencar mengembangkan aplikasi sendiri serta bekerja sama dengan operator seluler dan pihak terkait.

Sobat pembaca tentu masih ingat kan bagaimana seorang kuli panggul di Makassar bisa meraup gemerincing dolar dari aplikasi yang ia kembangkan dan jual di Play Store? Bisa diprediksi, masa depan aplikasi akan terus bergerak naik menopang kemudahan hidup manusia modern yang hidupnya serbaterkoneksi.

Ericsson dan Internet of Things (IoT)

Keluar dari ballroom, saya segera menukar voucher dengan bingkisan di meja panitia. Sebelum pulang, saya mampir sebentar di booth Ericsson. Mendengar nama ini, saya langsung teringat ponsel pintar yang pernah digarap bersama Sony walaupun akhirnya tidak berlanjut. Ericsson memang bukan produsen hardware seperti Samsung, melainkan penyedia layanan teknologi, perangkat lunak, terutama mobilitas, broadband, dan cloud serta layanan komunikasi untuk korporat.

7
Booth Ericsson

Ditemani Mbak Anggie, saya sempat mengulik bagaimana Ericsson kini mendukung era IoT yang terus berkembang. Memang, harus diakui, bahwa kesuksesan customer engagement membutuhkan kemampuan untuk beradaptasi dengan pilihan-pilihan lokal, mengikuti persyaratan peraturan global yang spesifik serta industri yang memungkinkan kerja sama ekosistem guna mengembangkan solusi-solusi yang secara pesat dapat dibawa ke pasar.

Terdorong oleh hal itulah maka belum lama ini Ericsson mengumumkan tersedianya IoT Accelerator, yakni platform horizontal dan kaya fitur yang dipadukan dengan layanan dan marketplace, yang dapat bekerja sama dan menghasilkan uang. IoT Accelerator merupakan layanan dengan fokus awal pada konsumen di bidang keamanan publik, utilities, transportasi dan smart cities, sehingga memungkinkan penghematan waktu dan uang dalam mengembangkan dan menerapkan solusi-solusi IoT.

Dengan pengalaman hampir 150 tahun, perusahaan yang berbasis di Swedia ini telah terbukti memiliki relasi jangka panjang dengan banyak operator telekomunikasi besar di dunia yang memungkinkan orang, bisnis, dan masyarakat untuk memenuhi potensi mereka dan mampu menciptakan masa deppan yang lebih berkelanjutan. Berbekal IoT Accelerator tersebut, Ericsson menawarkan sebuah layanan yang memungkinkan para pelanggan untuk bisa melewati kendala-kendala biaya dan kompleksitas serta mendorong industri untuk memberdayakan data.

Tak terasa hari bergerak semakin sore. Saya harus segera memacu kendaraan kembali ke Bogor sebelum jalanan hiruk-pikuk oleh limpahan kendaraan bermotor para pekerja yang pulang kantor. Cuaca cerah, dan itu membuat saya semringah. Hati pun tenteram. Bukan lantaran perut sudah kenyang, bukan pula karena pulang bawa powerbank, tapi karena saya tidak tersesat di jalan. <Maklum, navigasi agak-agak, hehe…>

8.jpg
Oleh-oleh
foto.jpg
Sesekali nampang, hehe

Begitu meriah Selular Congress tahun ini. Selain rangkaian acaranya menarik dan bermanfaat, bertaburan pula hadiah untuk pengunjung dan pembaca setia selular.id. Mulai dari smartphone, modem, powerbank dan beragam hadiah keren lainnya. Sayang sekali saya tak sempat menyaksikan Selular Award yang dihelat malam harinya di lokasi yang sama. Semoga Selular menggelar acara yang lebih seru tahun depan.

4 Comments

    1. Betul, Mas. Yang luas jangkauannya dan tarifnya murah bakal jadi operator idaman. Akses aplikasi jadi makin lancar di ana pun kita berada. Pelanggan jadi punya banyak pilihan.

      Like

Tinggalkan jejak

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s