Tahun 2012 silam ada kejadian sangat menarik. Berita ini masih terekam kuat dalam memori dan perlu saya ceritakan di blog ini. Bagi pembaca yang sudah membacanya, silakan lewati tulisan ini.
Namanya Alexa, seorang pembeli yang memesan satu unit Ipad di Best Buy. Alih-alih dikirimi satu, Alexa justru mendapat kiriman lima Ipad sekaligus dalam paket yang ia terima. Dari segi hukum, konsumen boleh memiliki apa saja yang dikirimkan atas nama kita entah bayar atau tidak.
Namun Alexa melakukan tindakan terpuji. Ia mengontak Best Buy untuk menanyakan pesanannya yang berlebih tersebut. Karena tak juga mendapat respons, ia lantas menulis di web The Consumerist tentang kekeliruan kiriman tersebut. Beberapa waktu kemudian, Alexa mendapat jawaban dari Best Buy.
IPad gratis
Intinya, telah terjadi kesalahan dalam pengemasan sehingga ada lima Ipad yang dikirim kepada Alexa. Best Buy sangat menghargai kejujuran Alexa dan memutuskan bahwa Alexa boleh memiliki empat Ipad yang terkirim dalam paket. Terserah mau diberikan kepada teman, kerabat, sekolah setempat atau lembaga amal.

Ini contoh sikap jujur yang profound–mendalam dan mencolok. Di masa sekarang sudah langka dijumpai perilaku semacam itu. Jangankan yang salah kirim, kadang barang orang lain saat lengah saja diembat. Sikap Alexa mengundang buah yang manis dengan diberikannya Ipad yang tersisa.
Penjual buah
Itu contoh di belahan dunia lain. Dalam konteks keseharian, ada contoh yang yang saya alami sendiri. Kemarin sore saya membeli jeruk di pasar dekat rumah. Ada kerabat yang akan berkunjung ke rumah menengok Bumi yang baru saja sakit. Setelah saya menerima barang dan akan beranjak pulang, abang penjual memanggil. “Uangnya lebih, Pak!” ujarnya sambil tersenyum.
Saya mendekat dan meraih uang tersebut. Meskipun tak banyak tapi itu menjadi cerminan kejujuran yang luar biasa. Bukankah sifat jujur berangkat dari hal biasa dan jumlah yang tak seberapa? Bila kita tak mampu jujur dalam hal yang sederhana, boleh jadi kita akan sulit jujur dalam hal-hal yang besar.
Sikap jujur adalah bukti rasa syukur atas karunia Tuhan. Bahwa Tuhan masih menganugerahkan nikmat dan oleh karena itu jangan sampai kita melanggar hak orang lain. Pantaslah, meskipun ada beberapa penjual buah di bundaran pasar itu, namun si abang ini termasuk paling ramai pembeli.
Alexa dan penjual buah ini menjalani hidup dengan jujur–dan sebab itulah mereka memetik kesuburan berupa nikmat tak terduga dan ramainya pembeli. Tak perlu mencari teladan yang rumit tentang kebaikan. Di sekeliling kita kerap banyak sikap-sikap mulia yang profound. Yang sulit bukan menemukannya, tetapi menirunya. Kejujuran akan membentuk integritas kita–yang akan menular tanpa mengenal batas.
Yg sulit bukan menemukan tp menirunya. True. Orang jujur memiliki banyak alasan mengapa memilih jujur. Salah satuny bisa jadi: dia percaya Tuhan pasti melihat walau orang lain tidak melihat.
LikeLike
Betul, Mbak. Itulah integritas sejati, bersikap jujur walaupun tak ada yang melihat. Karena yakin sama Tuhan.
LikeLiked by 1 person
bagaimanapun itu bukan hak kita ya pak, krn kita bayar hanya 1 🙂 oh ya saya pernah terima pembayaran double tuh tapi lg sdikembalikan
LikeLike
Tapi gara-gara jujur, eh malah dikasih bonus empat ipad hehe
LikeLike