Bagi-bagi Kue

Begitu mendegar kata cake, bukan kue ulang tahun atau deretan kue manis nan menggoda yang terbayang. Yang segera muncul dalam pikiran adalah bagi-bagi kue yang menjadi praktik umum di kalangan politisi. Sulit bagi saya pribadi untuk melihat kejernihan dan keseriusan tekad mereka untuk berjuang untuk negeri ini. Kalau pun ada, kelompok seperti ini tentu minoritas.

Bagi-bagi kue biasanya terjadi setelah rezim baru berkuasa. Setiap partai pendukung memperoleh porsi kekuasaan di lingkaran departemen atau BUMN atau jabatan strategis lainnya. Tak jarang proses power-sharing diwarnai drama dan gejolak yang sebenarnya bisa diprediksi ending-nya. Malah sejumlah kalangan menuding gejala-gejala dramatis semacam itu tidak lepas dari skenario yang sudah dipersiapkan dengan rapi.

kue.jpg
 

Tak heran bila penonton atau rakyat pun melongo. Sempat ikut heboh dengan emosi yang naik-turun, lalu kecewa dengan keputusan yang akhirnya resmi diambil. Saya pribadi malas berkomentar mengenai dunia politik. Selain tidak tertarik, juga tidak terlalu paham. Namun praktik bagi-bagi kue bukan barang aneh dalam bidang ini. Di negara mana pun.

Yang paling terasa dan menarik perhatian publik adalah saat jajaran menteri dipilih dan diumumkan. Masyarakat gemuruh dengan berbagai opini–tentang siapa saja yang betul-betul layak, dan mana kandidat yang sekadar memenuhi syarat bagi-bagi kue saja. Dalam konteks ini, dipilihnya Mendikbud yang baru untuk menggantikan Anies Baswedan tak urung disinyalir kental nuansa bagi-bagi kue.

Kurikulum Tiga Belas edisi penyempurnaan baru saja disahkan, buku-buku baru dari penerbit tengah menanti giliran di mesin dicetak, bahkan sebagian sudah siap dipasarkan ke sekolah–tiba-tiba berembus kabar tentang wacana perubahan kurikulum terkini.

Saya sudah tidak lagi bekerja di penerbit buku sekolah, jadi sekarang hanya bisa berdoa. Semoga kebijakan menteri baru memang betul dirumuskan dari kebutuhan dan dorongan untuk membangun anak-anak Indonesia yang kuat, baik dari segi karakter maupun penguasaan ilmu. Bukan disusun untuk semata-mata menghabiskan anggaran, apalagi berpihak pada kepentingan kelompok/golongan tertentu.

Bagi kuewingkonya dong!

Advertisement

5 Comments

  1. Mendikbud yang baru gak disinyalir lagi tapi memang bagi-bagi kue kekuasaan.
    Boleh juga sih bagi-bagi kue kekuasaan asal prinsip the right man on the right place. Jangan angkat menteri yang gak tau juntrungan pekerjaannya.

    Like

Tinggalkan jejak

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s