BERJUMPA sahabat yang berasal dari satu almamater yang sama tentulah menyenangkan. Saling bertukar cerita tentang kondisi kampus di masa lalu sambil mengabarkan kondisi terbaru kampus masa kini–semuanya menyalakan lagi memori tentang suka duka menjadi mahasiswa. Meskipun jujur kami bukanlah anak kuliahan dengan segudang prestasi, apalagi diliputi pesona fisik yang membuai. #apasih 😀
Namun merencanakan pertemuan bukanlah hal mudah. Selain jarak yang memisahkan, kadang kesibukan masing-masing tak bisa dikompromikan. Jadi teringat seorang teman pernah berujar, “Kita ini sekarang kadang jarak tidak lagi masalah, tapi dipisahkan oleh kesibukan.” Betul banget, saya punya seorang teman sekelas yang sama-sama tinggal di Bogor namun hingga kini belum sekali pun bertemu lagi lantaran dia sangat sibuk.
Kopdar tanpa rencana
Maka begitu ada kabar bahwa seorang sahabat akan berkunjung dan menginap di Bogor, saya pun gembira. Sebut saja namanya Alpha. Meskipun berbeda jurusan, kami cukup dekat mengingat dulu sering ‘menderita’ bareng, terutama saat mengajukan penundaan pembayaran SPP dan pencarian beasiswa.

Alpha kini tinggal di Bandung, mengajar di sebuah sekolah internasional di kota yang sama. Semula dia bermukim di Pondok Cabe yang cukup dekat dari Bogor. Boleh dibilang Alpha termasuk guru yang sukses, disukai murid-muridnya juga akrab di kalangan kolega sesama guru.
Ketika akhirnya dia menginap di Bogor bersama keluarga kecilnya, saya pun mengusulkan agar kami bisa kopi darat dengan dua sahabat lain dari kampus yang sama. Ada Raya dan Suki. Ray tinggal tak jauh dari tempat saya, sementara Suki baru saja pindah dari Jakarta ke Bogor. Kami berempat lulus dari kampus yang sama dengan berbagai latar jurusan. Khusus untuk Raya, kami baru mengenalnya ketika di Bogor.
Disatukan oleh buku
Raya mengelola sebuah penerbit dan toko buku online yang menjual buku-buku baru. Saya kerap memesan buku ke dia bila ada judul yang saya inginkan. Lebih cepat dan murah karena buku bisa saya ambil langsung di rumahnya, hehehe. Ada diskon pula. Adapun Suki, dia juga menjalankan toko buku online dan penerbit indie. Bedanya, Suki khusus menjual buku anak-anak, baik yang baru maupun bekas. Saya pun sering berlangganan buku padanya–terutama saat memburu buku-buku yang versi barunya sulit dicari.
Bisa dibayangkan betapa serunya reuni mini kami dengan mengobrol banyak hal yang menjadi minat, dari perbukuan hingga politik. Namun kebanyakan kami menoleh ke belakang tentang kondisi kampus dulu dan perkembangannya sekarang. Saling meng-update informasi terkini yang diketahui. Warung-warung langganan kami dulu, tempat kos, hingga wajah kota Semarang yang banyak berubah.
Tak ada bakmi Jowo malam ini
Alpha hanya menginap semalam di rumah kami. Tiba hari Senin sore tanggal 12 September lalu berangkat pulang ke Bandung Selasa siang. Kami sengaja tak masak hari itu mengingat selepas shalat Idul Adha tentulah hampir semua warung sayur tidak beroperasi. Selepas magrib saya tawarkan Alpha dan keluarga untuk makan di luar, dan pilihan menu jatuh pada bakmi Jowo atau bakmi godok yang sudah akrab di lidah kami. Hmmm, yummy!
Alpha menyambut usulan saya dengan antusias. Walau kami harus merelakan bayangan kelezatan mi pedas itu lenyap begitu saja. Sesaat tiba di kedai bakmi tak jauh dari Marcopolo Waterpark, ternyata kedai mi tutup. Hanya tersaji pempek dan menu lain yang tak menggugah selera kami malam itu. Maklum, lidah sudah tersihir panas-pedasnya mi godok.
Sebagai ganti, saya usulkan meluncur ke mi Aceh tak jauh dari rumah. Namun sayang, mereka tutup juga. Akhirnya kami arahkan kendaraan menuju Jl. Yasmin Raya hingga menyusuri Jl. Semeru demi mencari menu yang cocok mengganti bakmi. Go-Jek dan Go-Food tak banyak berguna. Banyak kedai mitra tutup meskipun di aplikasi terlihat buka. Karena begitu lapar, akhirnya kami berhenti di gerai Ayam Geprek Istimewa di Jl. Semeru, tak jauh dari RS Marzoeki Mahdi.
Sambil menunggu menu kelar, Raya kemudian bergabung dan turut dalam keriuhan makan malam yang berkesan. Hujan perlahan turun, hingga membesar dan sangat lebat. Anak-anak belum terlihat mengantuk meskipun malam semakin larut. Boleh jadi karena mereka pun lapar plus punya teman baru untuk bermain.
Tak banyak yang kami pesan; hanya ayam geprek khas kedai tersebut, ditambah sop jamur, bakwan jagung, dan cah kakung. Jangan lupakan sambalnya yang dari dulu pedas sangat nikmat. Sedikit pun sudah nendang! Setelah semua menu tandas, kami beranjak pulang dan berjanji bertemu untuk mengunjungi Suki di rumah barunya.
Reuni mini di Ciawi
Tak perlu lama-lama, kami pun langsung meluncur ke rumah Suki melalui tol Jagorawi. Raya kami tunggu di SPBU Ciawi tak jauh dari RSUD. Kira-kira pukul sembilan pagi kami tiba di sana. Tawa dan kegembiraan segera mengisi ruangan tamu itu. Sesekali suara alat tukang yang bekerja meningkahi percakapan kami. Anak-anak yang semuanya cowok langsung larut dalam permainan di sudut ruangan. Sementara para ibu asyik keliling melihat koleksi dan katalog buku ditemani istri Suki.
Kami mengobrol sambil mengudap aneka kue irisan apel segar. Nikmat betul pagi itu. Mengobrol ke sana ke mari sekaligus mengulik memori. Alpha dan Suki adalah teman kuliah satu kelas, sedangkan saya beda jurusan tapi masih satu fakultas. Adapun Raya berasal dari fakultas lain. Percakapan menjadi gayeng dan mencair. Dan semakin mencair saat sesi makan siang tiba, hehe. Beberapa mangkok bakso segera terhidang di meja makan. Tentu beserta baksonya dong.
Semua kebagian, semua kenyang, semua senang. Alhamdulillah. Reuni mini begitu bikin hati happy. Kami para tamu pulang dengan muka semringah lantaran bisa memborong beberapa buku untuk anak-anak. Semua dengan harga diskon, plus bonus pula. Asyiknya bukan main. Perut kenyang, hati senang, pulang bawa tentengan berisi ilmu.
Begitulah, akhirnya Alpha langsung tancap gas ke Bandung via Puncak dan kami kembali ke rumah masing-masing. Membawa cerita indah tentang kopdar dan reuni tak terencana yang singkat namun bermakna.
Bertemu dengan kerabat memang hal menyenangkan ya mas. Saya juga setiap kali ada blogger yang datang ke Lombok, rasanya selalu ingin saya ajak bertemu 🙂
LikeLike
Begitulah, Mbak. Sangat menyenangkan kumpul dan bertukar cerita.
LikeLike
Pasti menyenangkan teman lama bertemu dan kumpul lagi. Apalagi teman yang sama penderitaannya. Saya kalo ketemu teman yang sama menderita (cuma makan mie instan kalo udah pertengahan bulan) waktu “kuli uyah” dulu, sering kami mengungkit penderitaan itu sebagai pengingat kenangan.
LikeLike
Hehe, iya, Mas. Mengenang bagaimana dulu susahnya belajar sambil mencari uang. Sekarang bisa jadi kenangan manis.
LikeLike